BANTUAN


Trainer turut menyampaikan rasa duka yang sedalam-dalamnya …

Atas terjadinya Gempa di Propinsi Sumatera Barat,  Semoga Para Korban selalu diberi ketabahan dan kekuatan dalam menerima suratan NYA ini …

Sudah seminggu ini Tayangan Televisi didominasi oleh reportase mengenai Bencana Gempa di Ranah Minang tersebut.

Saya pribadi salut dengan tayangan – tayangan tersebut sehingga kita, pemirsa di rumah  bisa mengetahui kondisi dan situasi terkini di lokasi bencana …

Namun Demikian …

Tanpa mengurangi rasa kagum dan hormat saya pada mereka … para Reporter dan pihak Media …
Dan Tidak pula bermaksud untuk sok-sok kritis … atau bagaimana …
Perkenankan saya untuk menyampaikan beberapa hal yang sedikit mengganggu fikiran saya …

#1.  Sepertinya … reportase yang dilakukan … kok hanya di seputar Hotel Ambacang … Bimbingan belajar dan beberapa lokasi di Pusat Kota Padang saja … padahal sepertinya yang juga banyak korbannya ada juga di tempat yang lain … (mengutip kata M Rafiq – Putri Suhendro dan Sandi Andarusman di acara sebuah radio pagi ini … mereka mengatakan … Hotel Ambacang ini sudah menjadi semacam “panggung pertunjukan” …)

#2.  Ada media yang mengklaim … (berkali-kali bahkan) … bahwa … “kami adalah media yang pertamakali berhasil menembus desa A-B-C dan sebagainya …
Seolah … Menjadikan bencana ini … seperti “Ajang Perlombaan” … “Amazing Race” … untuk menaikkan simpati penonton tentu … (mudah-mudahan mereka ke desa tersebut melakukan reportase yang pertama … sekaligus juga memberikan bantuan yang pertama juga ya …).

#3.  Ada juga di satu media … yang mengeksploitasi tangis anak kecil … (hasil rekaman video amatir yang dikirim oleh pemirsa) … Tangis Anak kecil (yang memang keras dan mendayu) itu terus menerus di tayangkan … Setahu saya dia digendong oleh ibunya … sedang mencari ayahnya … yang akhirnya datang dengan menaiki Sepeda Motor …
Tayangan TV swasta yang mengeksploitasi tangis anak ini kok sepertinya agak berlebihan …

Sekali lagi … tanpa mengurangi rasa keprihatinan saya terhadap peristiwa tersebut …
Tanpa mengurangi rasa salut saya kepada Media yang telah memberi informasi mengenai kejadian ini …
Tanpa mengurangi penghargaan saya kepada pihak yang membantu para korban …

Namun perkenankan saya menghimbau media untuk melakukan pemberitaan kepada masyarakat secara lebih informatif … proporsional … merata … tidak menjadi ajang “show off” … bagi pihak-pihak tertentu yang telah memberikan bantuan … yang ingin dilihat oleh pemirsa …

Dan bukan pula ajang untuk perlombaan siapa media yang paling cepat mencapai titik tertentu …

Bagaimanapun … Upaya penyelamatan dan pemberian bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah adalah yang paling utama … dan itu lokasinya bukan hanya di Pusat Keramaian Kota Padang …

Trainer selalu berdoa …

Semoga semua korban di beri kekuatan dan ketabahan oleh NYA
Semoga semua pihak yang telah memberi bantuan diberikan kemudahan pintu rejeki
Semoga semua relawan yang bekerja disana diberikan kesehatan dalam aktifitasnya …

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

43 tanggapan untuk “BANTUAN”

  1. haduuuh yang paling mengganggu itu tuh pertanyaan para reporter-reporter itu loooh Opaaaaa… bikin gatel kuping!

    contoh kasus:
    ada seorang bapak-bapak yang jelas terlihat sangat sedih dan bingung karena keluarganya belum diketemukan. dateng reporter tv yang katanya selalu terdepan, menyorongkan mic nanya: “apa perasaan bapak seandainya anak bapak belum juga diketemukan?”

    hadududududududududuh! pertanyaan model apa itu? 😈

  2. Coba saja perhatikan Om, mereka mengirimkan semua reporter terbaik mrk kesana, tapi menurut saya mereka belum melakukan hal yg terbaik disana seperti kata Om tadi menjadi orang pertama yg memberikan pertolongan bagi korban bencana tsb. Lagipula gambarnya terlalu vulgar dan diulang-ulang trs Om

  3. Setuju Om…
    Tanpa mengurangi rasa hormat pada media yang memberikan informasi seluas-luasnya ke masyarakat, namun terkadang beberapa unsur pemberitaan terlalu eksesif penyajiannya (ato istilah Om Trainer “Show Off”).

    Tak bisa dihindari, TV perlu event-event seperti ini untuk mendongkrak popularitasnya. Tapi lakukanlah dengan elegan. Karena dalam kondisi kayak sekarang, penyelamatan korban adalah hal yang paling utama..

  4. Reporter dan Media banyak berperan menggugah partisipasi dan solidaritas bangsa. Namun benar juga sahabatku, Media sepertinya harus punya kepekaan yang cukup agar tidak terus mengekspolitir tapi sedapat mungkin mengarah pada memberi informasi yang akurat, penting dan mendukung bantuan/perbaikan yang diperlukan.

    Catatan yang positif untuk rekan2 media. Masyarakat Indonesia sudah mulai cerdas. Jangan sampai,simpati pada media justru mebrbalik dan menjadi counter productive..

    Salam,

  5. musibah di satu sisi, berkah di sisi yang lain… yup betul… eleganlah dalam menyampaikan suatu info, pake empati, jgn asal tuk mendongkrak popularitas…semoga saudara2 qta yg tertimpa musibah diberi kesabaran dan ketabahan…bantulah mereka sesuai dengan kemampuan kita.

  6. Sayang sekali segala macam musibah justru menjadi ajang pertarungan media berita, dan yang diterjunkan kelapangan juga belum dilengkapi kemampuan memadai (?) untuk menggali yang perlu dengan empati … Haduh padahal banyak kawan-kawan Om Trainer nih yang jadi petinggi di media-2 itu…

    Namun betapapun juga, bencana, apalagi dengan skala sebesar ini memerlukan penanganan jangka panjang yang perlu mulai dipikirkan juga. Disamping prioritas tanggap darurat bagi seluruh masyarakat terkena dampak.

  7. Dulu saya sebal pada media Jepang, karena setiap terjadi bencana di berbagai belahan dunia lain, media jepang nomor satu mencari apakah ada korban warga jepang atau tidak(Meskipun wajar sih). Baru setelah tidak ada, mereka menayangkan kondisi di negara tersebut, dan biasanya masih memakai tayangan TV negara setempat.

    Sesudah reporter mereka (NHK) bisa mengadakan live report, mereka membuat tayangan sendiri yang lebih manusia. Yaitu tidak memperlihatkan jenazah, potongan tubuh dll, yang menyangkut h.a.m. Tentu saja mereka juga menayangkan bantuan Jepang yang dikirim ke daerah bencana + wawancara korban. Kemudian disambung dengan analisa pakar ahli gempa atau ahli negara bencana.

    Kali ini yang ditekankan dalam tayangan gempa Padang adalah kegiatan tim SAR Jepang dan ulasan ttg struktur bangunan yang rapuh.

    Soal media Indonesia? Wah, saya sudah lama tidak suka dengan cara-cara yang menurut saya tidak manusiawi. (Saya tidak tahu apakah kali ini televisi menayangkan jenazah dan potongan tubuh atau tidak). Sepertinya media Indonesia masih harus belajar “kemanusiaan” , dan saya setuju sekali pada tulisan mas di atas.

    Turut berduka atas bencana gempa di Padang.

    EM

  8. ” dan bukan pula ajang lomba utk siapa media yg paling cepat mencapai titik tertentu ”
    Saya juga sangat miris mendengar kalimat ini, Mas.
    pada saat meliput bencana mereka masih memikirkan masalah popularitas dan show off utk hal yg kurang perlu dlm situasi yg seperti sekarang.
    Semoga para korban gempa ini, diberikan ketabahan dan kesabaran olehNYA, amin.
    Salam.

  9. Iya Om, saya juga merasakan hal yang sama. Tangis anak kecil yang diputar berulang-ulang itu, juga tangis seorang ibu yang mencari suaminya, menurut saya nggak etis, mengeksploitir kesedihan korban. Jika ditanya, pasti korban yang bersangkutan tidak suka wajah sedihnya ‘dijual’ teve untuk menarik pemirsa …

    Nah, sekarang ada juga iklan bank dan provider seluler yang memanfaatkan bencana gempa untuk menunjukkan kehebatan mereka.

    Kok gitu ya … (*prihatin*)

  10. salam kenal…
    saya sempet heran mengapa malah bnyak pihak2 yg suka memanfaatkan situasi seperti ini… dijogja kmrn pas tempat saya terjadi gempa…malah banyak yg bikin isu2 dan malahan tindak kejahatan meningkat….banyak terjadi pencurian dimana2…maling2 malah seperti [ bkn seperti, tetapi memang] di drop ke lokasi gempa..
    semoga kita semua di beri kekuatan…

  11. Bahasa gaulnya, LEBAY gitu loh….
    Hm, terkadang kita semua lupa bahwa Allah memerintahkan kita untuk menempatkan segala sesuatu “sesuai porsi”
    (termasuk saya nih, masih suka kesel berlebihan hehehe)

  12. Kemaren di radio ada bahasan mengenai trauma paska-bencana. Narasumber yg psikolog menggaris-bawahi bahwa korban bencana jangan diwawancarai dulu oleh media yg ingin mengetahui perasaannya, kejadiannya dsb. Seharusnya media juga belajar mengenai psikologi ini ya ?

  13. iya yang poin no.2 itu saya sebel banget waktu dengernya…ada yang mengklaim meliput dan memberitakan pertama kali.
    saya juga agak kurang sreg sama siaran-siaran dan wartawan-wartawan reportase sekarang. kadang terasa seperti nggak punya kode etik. TV swasta kan beda, rating sering jadi tujuannya. jadi kadang bukan informasinya yang penting…

    semoga kondisi di sana cepat pulih.

  14. yang tulus datang dari hati, pasti sampai juga ke hati…

    tayangan yang cuma untuk menaikan rating, pasti akan dirasakan penonton, karena kesannya kok berita yang aji mumpung.

    semoga Tuhan yang Maha, melihat semuanya.
    Amin.

  15. media oh media….
    bahkan ada atu tv, ah sebut saja lah: tv merah, yang di menunjukkan dengan jelas dan berulang2 bahwa dia lah televisi PERTAMA yang bla..bla..bla…
    hmm….
    semoga saja bukan hanya untuk menaikkan popularitas, tapi menarik simpati masyarakat untuk ikut membantu korban yang tertimpa musibah.

  16. Turut berduka cita sedalam dalamnya ats para korban bencana di sumatera barat semoga amal ibadah mereka di terima disisiNya dan diberikan kekuatan untuk mereka yang ditinggalkan. Amin….

  17. SEtelah mendapat pencerahan dari Rafik yang baru pulang dari Padang, baru informasi lebih berimbang, Bos. Mudah2an bantuan untuk korban tidak ada yang nilep…

  18. Betul, Om..
    Hotel Ambacaaanngg…mulu!
    Padahal yang terkena gempa itu luas banget, nggak kota Padang aja. Didesa-desa di Pariaman sana banyak yang terkubur hidup-hidup dan nggak ada yang bantu menyelamatkan mereka, dan yang masih hidup nggak punya apapun untuk dimakan karena nggak ada bala bantuan datang. Bahkan mereka terpaksa cuma minum air kelapa. Duh, sediiih…mikirin ini semua.

  19. Hai om.

    Seorang adik papa tinggal di padang, separuh rumahnya runtuh, otomatis tidak bisa di tinggali lagi. Sedih, takut, resah, gelisah, pasti kita rasakan. Belum lagi berita tentang lempengan yang akan terus bergeser dan menimbulkan guncangan.

    Aku gak ngerti Om,
    KAdang aku tak mau melihat tayangan-tayangan itu, banyak tidak manusiawinya.

    Semoga semua korban di sana diberikan kekuatan, diberkan ketabahan dan agar kita dan semua orang yang kita sayangi terlindungi.

    Amien

  20. Aku juga sebel dengan tayangan TV semacam itu. Para korban diwawancarai kadang secara berlebihan. kasihan mereka, mereka kan juga punya hati dan perasaan.
    Dan tayangan yang mengerikan itu, kenapa ya, nggak di -“blur” aja?

  21. kritik yang bagus mas…
    memang tidak sepantasnya media seolah berlomba tuk menjadi yg terbaik
    karena sudah menjadi tugas mereka tu memberikan informasi yang dibutuhkan pemirsa

    semoga tak ada lagi musibah yg melanda bangsa ini
    turut prihatin….. 😥

  22. saya juga berpikiran sama dengan pak trainer ..
    heran deh .. kenapa hanya hotel ambacang .. sampe2 saya bertanya sama sepupu saya yang memang hingga 2 tahun yang lalu tinggal di padang ‘De’ memangnya hotel ambacang itu hotel bintang berapa sih ? emang bagus banget? emang mewah banget ? dan masih banyak lagi emang .. emang ..’
    banyak daerah lain yang juga memakan korban banyak ..
    ditambah lagi usaha media yang kesannya sedang berlomba .. pa dulu2an menyajikan berita .. jadi spt ajang menaikan rating atau apalah istilahnya ..
    besar harapan saya, biarkanlah kepedulian, kemanusiaan dan nilai sosial menjadi prioritas utama, kepentingan / keuntungan lainnya menjadi prioritas sekian ..

    Iklan Gratis

  23. Saya juga kurang setuju karena hotel ambacang yang selalu jd tumpuan perhatian media. Dan yang buat saya semakin sedih dan kecewa adalah ketika di detik saya baca, warga keturunan ternyata belum mendapat bantuan apapun baik dapur umum atau posko bantuan… kok bisa ya begitu, lha wong sama2 warga negara kok. Saat bencana begini baru deh ketahuan sifat asli orang Indonesia ini, rasialisnya keluar. Memalukan sekali.

    Semoga sekarang kekacauan seperti itu sudah bisa diselesaikan dengan baik,

  24. yang agak kruang sreg akrena adanya permintaan dari Televisi untuk pengiriman video tentang sebuah kejadian jadinya ada sebagian orang lebih mengutamakan mengambil dulu gambar atau video dariapda nolong orang tersebut…

    ironis

  25. saya lihat dari BBC …helikopter dari UN yg mencapai daerah terpencil, dan mereka menunjukkan brapa banyak beras yg penduduk makan setelah ada gempa yg kayanya hanya cukup untuk satu orang (untuk sehari) padahal gempanya sudah ber hari2…..mirisss
    mereka cuma bilang ini adalah bantuan pertama yg bisa mencapai daerah ini dan juga ini bantuan kemanusiaan dunia…..mereka mbuka klinik pengobatan..dan bagi2 makanan
    jadi saya ngga ngeliat blas TV Indonesia nyiarin gempa padang
    tapiii…..seringkali bantuan yg dikelola Pemerintah Indonesia bocor disana sini….nyampe ke korban cuma tinggal remah2 dan bungkusnya?????

    “cerita teman yg kebetulan rumah bapaknya hancur lebur pas gempa Yogya, bapaknya meninggal setahun setelah gempa karena “ngenes” mikir bantuan pemerintah yg aduhai”

  26. wah bundo telat sampai disini, sudah rame yang berkomentar.. terimakasih untuk semua atas perhatiannya, acung jempol untuk seluruh sukarelawan.. dan semoga berlapang dada bagi pihak yang dikritik.. semangat selalu memperbaiki diri..

Tinggalkan Balasan ke rhainy Batalkan balasan