.
Mungkin ini momentumnya tidak pas. Mestinya saya menulis ini waktu sedang heboh-hebohnya survey pendidikan sex yang banyak dikecam itu. Survey ke siswa-siswi sekolah menengah yang menurut sementara pakar, tidak patut untuk dilanjutkan.
Saya tidak akan menilai keberadaan survei tersebut.
Tapi perkenankan saya menceritakan pengalaman saya waktu saya sekolah dulu.
Pernahkah Om Trainer mendapat penyuluhan tentang Sex ?
Tentang alat reproduksi dan sebagainya ?
Jawabannya : pernah.
Saya pernah mendapatkan pendidikan dan penyuluhan sex, waktu saya kelas 3 SMP. Ya waktu saya duduk di Sekolah Menengah Pertama. Hanya berlangsung selama satu hari penuh.
Sekolah kami sengaja mendatangkan pakar kesehatan dan juga psikolog remaja untuk memberikan penyuluhan … pendidikan seputar masalah Sex. Tentang hubungan dua anak manusia berlainan jenis, alat reproduksi, bagaimana proses terjadinya pembuahan janin dan sebagainya. Tentu saja semua itu dikemas dengan cara yang ilmiah dan disesuaikan dengan alam fikiran kami. (Ya ada ilustrasinya juga).
Pembahasan mengenai usia remaja yang sudah mulai beranjak dewasa, Yang organ-organ reproduksinya mulai berkembang sempurna, serta (yang terpenting) bagaimana menyikapi ini semua secara lebih berhati-hati. Agar jangan sampai kami menyesal di kemudian hari.
Siswa Laki-laki dan siswa Perempuan dipisah kelas penyuluhannya. Dan ketika penyuluhan tersebut berlangsung, di belakang kami juga duduk Orang Tua kami masing-masing. Entah Bapak, entah Ibu entah kedua-duanya. Pembahasan dilakukan secara terbuka. Guru-guru pun ada. (Tapi di ruangan yang tertutup tentu) 🙂
Dan mereka juga memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya. Bertanya apa saja yang masih mengganjal. Apa saja yang ingin kami ketahui. Tanpa dibatasi. Tanpa tedeng aling-aling. Dan supaya tidak malu, pertanyaan ditulis di kertas dan dikumpulkan tanpa menggunakan nama.
Dan kamipun mendapatkan penjelasan yang tentu disesuaikan dengan daya nalar kami. Tidak vulgar. Tanpa melanggar etika. Tetap ilmiah.
Saya tidak tau apakah anak-anak sekarang mendapatkan pelajaran mengenai sex dan juga seputar organ reproduksi dan bagaimana kita menghadapi masa dewasa secara lebih berhati-hati. Yang jelas … setahu saya … di sekolah anak-anak saya, tidak ada. Atau tepatnya kami orang tua tidak pernah diundang untuk menghadiri session seperti yang saya dapatkan waktu SMP dulu …
Sekali lagi, Saya tidak dalam posisi untuk menilai apakah hal ini boleh atau tidak …
apakah hal ini pantas atau tidak … karena saya bukan ahlinya …
Namun jika saya berkaca pada pengalaman saya dulu …
Dengan adanya penyuluhan – pendidikan tersebut …
asal diberikan dengan porsi yang sesuai dengan perkembangan remaja dan … diberikan oleh ahlinya. Disampaikan dengan bahasa yang tidak vulgar tapi ilmiah. Saya merasakan ada gunanya. Saya jadi TIDAK perlu lagi mencari-cari tau kepada tempat atau kepada pihak atau sarana yang salah … tidak dengan cara yang salah pula …
Kami jadi tidak penasaran lagi.
Kami jadi tidak NORAK lagi. 🙂 🙂 🙂
.
Bagaimana dengan teman-teman semua ?
Waktu sekolah dulu apa pernah mendapatkan penyuluhan mengenai hal ini ?
atau bagi mereka yang sudah punya anak seumuran SMP – SMA apakah pernah mendapatkan undangan pemberitahuan mengenai penyuluhan ini di sekolah anak-anak anda ?
Sharing ya ???
–
Salam saya …
.
.
(yang sudah tidak norak lagi itu …)(hehehe)
.
Kalau saya, sejauh saya ingat, tak pernah dapat pendidikan seks. Setidaknya, tidak secara jelas dan formal. Walhasil karena penasaran, dulu saat SMP malah mau-mau saja diajak nonton film ‘begituan’ sama temen-temen saya. Baru pas SMA benar-benar ngerti setelah baca-baca sendiri dari buku-buku dan internet. Intinya, terasa banget pengaruhnya.
Saya berharap, (seandainya) jika saya punya anak nanti, anak saya bisa mendapatkan pendidikan mengenai hal tersebut di sekolahnya. Lebih baik daripada harus mempelajarinya sendiri, yang penuh dengan risiko salah arah.
Saya ingat pertama kali belajar tentang reproduksi manusia pada saat SMP Om, walau kita belajar tapi sambil senyum-senyum peserta didiknya. Walau terlihat terlalu agak vugar, namun itu sudut pandang kita saja, namun setalh di arahkan yang benar, maka kita akan lebih mengetahuinya melalui suatu metode ilmiah ilmu pendidikan yang dijabarkan secara benar. Jadi kalau menurut saya itu tidak masalah.
Salam wisata
Wah, kok jamannya Om malah lebih oke ya
Waktu saya SMP kita diberi pelajaran ini jadi satu murid cowok dan cewek
Yang cowok gedubrakan dg noraknya, sedang yg cewek jelas maluuuuu bangets 😦
waktu sekolah tidak ada pendidikan sex seperti sekolahnya Om Nh
Ada. Tapi lupa SD atau SMP.
Tapi di SMA pasti ada (lagi) karena aku ingat seorang temanku (yang artis) bertanya soal petting 😀 Aku ngga tau apa artinya petting jadi bengong, dan malah nanya hehehe.
Tentu saja pendidikan sex perlu, apalagi Indonesia tertutup sekali soal begituan dan menabukannya. TAPI mencak-mencak kalau terjadi “kecelakaan” 😀
Di Jepang pendidikan sex awal dilakukan di akhir kelas 4 SD, karena pada usia segitu, perempuan akan dapat haid pertama, dan laki-laki juga mulai tertarik pada perempuan.
Sekolahnya Om Nh keren banget. Aku dulu ga pernah Om.. cuma pas pelajaran biologi yg bhs masalah organ produksi langsung pada rame. Tapi karena gurunya cm bisa ngajarin dlm porsi biologi, jadinya malah rusuh hahaha -__-”
Kalau di Swedia sih udah ada juga pelajaran sex Ed dari SMP. Dan menurutku bagus bgt Om. Kayak yg om bilang deh, biar anak2nya jadi ga “norak”.
1. Saya tidak pernah menerima pendidikan sex waktu SD,SMP maupun STM, apalagi di pendidikan militer.
2. Di SMP ada pelajaran Ilmu Manusia, gurunya Bu Sukesi . Lha wong anak-anak baru melihat manekin (salah ya?) yang memperlihatkan organ manusia saja sudah cengengesan (walaupun organ pital wanita hanya berbentuk daun waru-bukan bentuk aslinya)
3. Pendidikan sex model sekolah Om itu menurut saya perlu, apalagi jaman sekarang. Anak-anak sudah bisa mengakses internet yang kemungkinan juga bisa melihat gambar yang gimanaa geto.
4. Orangtua sebaiknya juga wanti-wanti memesankan kepada anak-anak agar hati2 dalam bergaul dengan lawan jenis. Apalagi agama juga sudah memesankan
Salam hangat dari Surabaya
Label “sex”nya saya pikir harus dilepas dulu, Om. Sebab label ini berkonotasi porno dan jorok dlm pikiran kebanyakan orang Indonesia. kalau sdh dilepas baru deh pendidikan sex akan diberi secara merata. selipkan saja dalam pelajaran biologi 🙂
blom pernah om 😦
maksimal cuma dari pelajaran biologi 🙄
dulu di sekolah ga ada om penyuluhan seperti ini ada juga dari pelajaran biologi dan dicampur laki laki dan perempuannya…. kalau sekarang masih ada ga ya yg model penyuluhan seperti om dulu sekolah, sepertinya bagus tu om….
Saya belum pernah mendapatkan penyuluhan maupun undangan untuk mendampingi Sabila mengikuti penyuluhan semacam ini, Om.
Saya sepakat dan sependapat, dengan cara dan porsi yang tepat, pendidikan sex perlu diberikan dengan tujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti anak mencari tahu sendiri pada sumber dan dengan cara yang keliru.
Meski tidak secara jelas disebut “Pendidikan Sex”, tapi jaman SMA pastinya dapat pengetahuan itu. Kondisi saat itu juga sangat mendukung bahwa pendidikan sex yang diterima tak terlalu terkontaminasi media lain.
Kalau sekarang???
Meski dapat Pendidikan Sex, anak akan nyari dari media lain karena bisa didapat dari mana saja…
aq ga pernah opa.. yg penitng sih dari pendekatan unsur agama menurut sy sih.. | pandai2 memilih teman juga ^_^
Aku ga dapet pendidika sex di sekolah
tapi dirumah mama dengan caranya memberikan sex education kepada kami
Kita bebas nanya,bebas berpendapat soal sex,,dan si mama terbuka ngasih taunya
Dan manfaatnya kita jadi ga norak,kalau teman2 cerita soal aktivitas dunia petualangan merka dalam mencari tahu hal hal yang dianggap penasaran kita nyantai aja,karena kita tau lebih banyak dri mereka
pe didikan sex itu penting supaya remaja ga salah jalan,tau mana yg benar dan mana yang salah,, sayang nya terkadang orang tua suka complain saat remaja bertanya soal sex jadilah mereka cari tahu dengan caranya
saya pernah, waktu pelajaran biologi di SMA. Tp cuma di pelajaran itu aja. Gak seharian penuh.
wuih keren sekolahnya om.. daku sih ga pernah dapat pendidikan sex, justru dapatnya dari baca sanasini, yang untungnya kebanyak buku kedokteran, dan bertanya sama sepupu yang dokter pula.. jadi dapat aja ilmunya.. pas ditanya ponakan, ku juga jawabnya semampunya, biar mereka ga malumalu.. kalu ku ga jelas ato ga tahu, ku tinggal sms sepupuku itu deh.. lebih baik dijelaskan pakar kan juga orang yang lebih tua yang lebih tahu dibanding bertanya sama temennya sendiri yang malah bikin bingung?
Kenapa aku SMP cuma diajarin reproduksi katak di pelajaran biologi sih..? 😀
Di STM ga ada biologi. Aku telat kenal cewek. Masa abg itu aku keranjingan naik gunung dan mulai ada rasa ke perempuan udah kerja. Sempat dibilang norak, culun dan sebagainya sama temen-temen. Untungnya sudah ada internet, jadinya bisa belajar yang jorok jorok dari situ, hehe…
aku dapet dari ibu dirumah hehe, pas mau dapat mens pertama dipanggil trus dijelasin ini itu udah gitu di ikutkan pelatihan remaja bertanggung jawab, yang salah satunya pendidikan tentang sex ini hehe
Saya belum pernah mendapat undangan dari sekolah anak-anak untuk penyuluhan tentang pendidikan seks. Tapi di rumah saya sendiri yang menyampaikan kepada anak-anak. Membuka sebuah buku dan membacakannya sampai selesai. Memberi kesempatan anak-anak bertanya. Oh ya… saya lakukan terpisah, tidak berbarengan antara anak laki-laki dan perempuan. Harapannya tentu saja, mereka bisa langsung bertanya pada bundanya, jadi tau apa yg ada dalam benak mereka mengenai seks. Semampu saya, tetap melandaskan pada nilai-nilai agama.
Setidaknya… membuka diri kepada anak-anak agar mereka tidak merasa tabu bicara mengenai seks kepada orang tuanya.
Kemarin waktu open house sekolah Vay, ada juga disinggung kemungkinan pendidikan sex di sekolah. Saya agak khawatir tapi sebenarnya saya sih membuka diri. Anak memang harus diberitahu dengan cara yang benar tentu saja, agar mereka tidak segan bicara dengan orangtuanya, tapi tentu harus segan bila membicarakannya dengan teman2nya. Takut sih Om, soalnya anakku perempuan…
aku dullu semasih SMA pernah dapat, Mas
persis seperti yang Mas eNHa alami
( diadakan hanya satu hari, dipisah murid laki dan perempuan, dihadiri ortu dan guru, juga membuat pertanyaan di kertas yg tanpa nama)
jangan jangan hal tersebut memang termasuk program sekolah2 di jakarta selatan waktu tahun2 segitu ya Mas ( thn 76 an kesana…. hehehe)
sedangkan anak2 mendapatkannya dari aku , agar mereka tak penasaran dan dpt jawaban yg ngawur bila bertanya dr sumber yg gak jelas juga 🙂 biasanya memang aku kaitkan jg dgn agama.
Salam
Selama saya sekolah malah belum pernah, cuma pas ada pelajaran organ reproduksi aja. Pantaslah ya.. Hiihihiii
Penyuluhan seperti itu sangat penting Om, untuk anak seusia itu Om.
Sekolah om saat itu ok sekali. Top pokoknya….
Saya mendapatkannya hanya pada saat pelajaran biologi itu juga di SMA, tidak ada penyuluhan khusus.
Tidak pernah diundang juga meskipun anak saya kevin sudah kelas 3 SMP
Kebetulan juga Om minggu yang lalu sekolah kevin menugaskan murid2 kelas 3 mencari sistem reproduksi pria dan wanita. Gambar beserta keterangannya harus di print.
Nah, besoknya di sekolahnya terjadi suatu peristiwa yang menimpa siswa perempuan.
Sebut saja namanya Mawar, Mawar mendapat selembar kertas yang menggambarkan dua kelamin yang sedang menyatu. Tentu saja dia kaget, diberikan ke temannya Melati. Melatipun kaget dan teriak, dan entah kenapa, Melati menulis sesuatu dibalik kertas itu.
Pada saat menulis itu, gurunya (pria) melihat dan mengetahui gambar di kertas tsb.
Guru yang dikenal killer ini, memarah2i Melati bahkan menantangnya sambil membuka baju dan berkata : “Lu jual, gua beli”.
Sampai akhirnya yang menjadi korban adalah Melati, berita nya tersebar ke semua siswa di sekolah itu, adalah gambar itu berasal dari Melati. Bahkan Melatipun dipanggil Kepala Sekolah yang juga ikut memarahinya.
Ibu Melati, telepon isteri saya minta bantuan untuk menyelesaikan masalah ini, karena malamnya Melati tidak bisa tidur, menangis seharian dan ketakutan. Apalagi setiap Melati ketemu dengan guru pria, selalu melihat dan tersenyum sinis, seolah mengejeknya.
Ibunya sudah pernah menghadap Kepala Sekolah, tapi Kepala Sekolah tetap memarahi Melati.
AKhirnya istri saya membantu menyelesaikan, karena kasihan dengan Melati yang selama ini dikenal sebagai anak yang baik, dan sebentar lagi akan mengikuti ujian kelulusan SMPnya.
***
Saya melihat ketidak adilan dalam kasus ini, baik si Guru Pria yang Killer yang sampai nantang2in anak permpuan, maupun Kepala Sekolah bahkan Guru2 Pria yang ikut menyalahkan Melati. Kenapa tidak diselesaikan baik-baik.
Bukankah mereka seorang pendidik ?
Masalahnya jadi kabur, Mawar yang menemukan kertas tersebut di tasnya dan memberikan kepada Melati, tidak pernah disinggung2.
Siapa oknum yang membuat gambar dan menaruh ke dalam tas Mawar pun tidak pernah di pertanyakan atau diselidiki.
“Kebetulan juga Om minggu yang lalu sekolah kevin menugaskan murid2 kelas 3 mencari sistem reproduksi pria dan wanita. Gambar beserta keterangannya harus di print.”
Wah, menurut saya pemicunya ada pada tugas ini ya, Da? Anak2 pasti akan mencari di internet, dan apa yg mereka dapatkan pastiiiiii hal2 yang mengerikan buat kita ya 😦 Meski sudah memasukkan key word dengan ilmiah hasil yang muncul belum tentu ilmiah kan? 😦 Padahal mestinya d buku paket IPA sudah ada.
Sekolah Melati memang tidak fair, guru arogan, memvonis tanpa meyelidiki. Semoga tidak terjadi di sekolah lain yaa
Salam.
Saya belum pernah mendapatka pendidikan maupun penyuluhan tentang sex semasa sekolah, Om. Begitu juga dengan anak-anak saya, sepertinya sekolah-sekolah mereka tidak memiliki program semacam itu. Salut dengan sekolah Om yang pernah menyelenggarakannya,.. Semoga semakian banyak sekolah-sekolah yang berpikiran maju seperti itu ya Om.. Apalagi di era seperti sekarang ini, di mana informasi begitu terbukanya bagi anak-anak kita, sehingga mendapatkan pengarahan yang benar tentang sex adalah sebuah keniscayaan, menurut saya..
Kalau aku secara forum terbuka gitu gak pernha om.. dan kalau sekarang sekolah ngadain baru baca undangannya aja mungkin banyak ortu yang gak mau. ngikut2 yang kemaren iu pada heboh..
Menurut saya sih gak perlu secara khusus, Om. Mestinya lewat pelajaran agama saja. Memang sih tujuannya bagus, supaya anak gak keblusuk, tapi kadang hasil justru gak sesuai dengan yang diharapkan.
Justru ortunya saja yang diajarin gimana menyampaikan pendidikan seks kepada anak hehehehe…. 😛
Pendidikan sex usia dini sepertinya perlu akan tetapi sesuai dengan porsi pada masing-masing tingkatan umur, karena jika anak-anak SMP dan SMA diberikan pendidikan sex akan tetapi nuansa’a penuh muatan yang membangkitkan “Gairah” justru akan menjadi senjata makan tuan.
sarjoni