Garnish adalah upaya untuk menghias makanan. Upaya ini dilakukan agar penyajian yang cantik ini dapat lebih meningkatkan selera makan kita untuk menyantap makanan tersebut.
Garnish jadi semakin penting artinya bagi pengusaha kuliner, karena dewasa ini sudah menjadi kebiasaan umum bahwa para konsumen itu sering memfoto makanan dahulu, untuk diunggah di social media masing-masing sebelum mereka menyantapnya. Belum lagi fenomena food blogger yang menjamur. Ini membuat upaya garnish menjadi semakin penting adanya. Dengan upaya garnish yang baik dapat lebih meningkatkan minat konsumen untuk tertarik datang dan menikmati hidangan yang ditawarkan.
Tampilan turut mendukung isi.
Benarkah demikian?
Ternyata tidak sepenuhnya!
.
Beberapa waktu yang lalu saya bertanya kepada teman-teman maya saya di sebuah sosial media. Bagaimana cara mereka menyantap bubur ayam. Diaduk dahulu atau tidak?
Saya pribadi TIDAK mengaduk. Saya makan bubur ayam dengan cara menyisir dari pinggir dengan menyendok sejumput bubur, sejumput potongan cak kwe, suwiran ayam, cocolan kecap dan lada secukupnya baru dimakan. Sekali lagi tidak di“ubek-ubek” dulu. Sama dengan jawaban beberapa teman-teman saya.
Namun demikian, di sisi lain, sebagian teman-teman saya yang lain berkata bahwa mereka mengaduk terlebih dahulu bubur ayam tersebut, baru dimakan.
.
Pertanyaannya mengapa saya TIDAK mengaduk?
Ini semata-mata agar penampakannya tetap “kondusif” (hahaha). Dan tidak mempengaruhi selera makan saya. Entah mengapa saya kok agak “bagemanaaa gituh” kalau melihat bubur yang dicampur, dioblok-oblok. Imajinasi saya lantas melayang-layang entah kemana!
Dan saya sangat kagum pada mereka yang tidak terpengaruh sama sekali dengan penampakan bubur yang sudah diaduk itu. Buktinya mereka tetap dengan lahapnya menyantap bubur itu.
So GARNISH … kadang tidak berpengaruh pada apetite – selera makan. (untuk kasus bubur ayam!) (Huahahaha)
Anda bagaimana?
Makan bubur ayam diaduk dulu atau tidak?
Salam saya
suapaya..garnish bubur ayam… tetap utuh sampai bubur abis…, caranya bisa sedot dari bawah mangkuk…he2, desain mangkuk bubur ayam bisa berubah nih…
Kalau aku makan bubur juga biasanya engga diaduk om abis biar terlihay lebih rapi dan enak aja makannya hahahaha kalau di campur asa gimanaaa gitu jadi engga terlalu berselera makannya 😄
toss om,saya juga gak suka diaduk kalau makan bubur ayam,kalau diaduk kok jadinya jijik he he he he
Kalo saya makan bubur ayam kudu diaduk dulu, lebih merata semua bahan-bahannya dan terasa lebih maknyus.
Kita sama Pak 😀
Saya kurang suka dengan bubur ayam, Om.. Tapi jika sesekali memakannya, saya juga tidak mengaduknya. Rada gimana gitu melihatnya, hehe..
Saya termasuk aliran yang mengaduk2 bubur sebelum dimakan Om, supaya segala macam bumbu dan isinya tercampur rata. Sehingga komposisi isi dan rasa ditiap suapan menjadi sama. 😀
Saya perlu waktu sangat lama untuk bisa memakan bubur ayam ini, Om. Sekarang sudah bisa makannya kalau lagi kepepet. Cara makannya, tergantung situasi, yg pasti ga ada cerita dinikmati atau ditatap lama-lama dulu. Sendok dan telan dalam waktu secepatnya 😀
Saya makan apa saja biasa ga diaduk. Kecuali mi ayam, aduk dulu biar saos sambelnya merata 🙂
setuju. Nggak diaduk, Om. Biar tetep keliatan cantik dan kita bisa menikmati bubur beserta toppingnya dengan lebih maksimal. #apadeh
Wih, cara makannya om trainer sama dengan aku nih…Gak diaduk dan dimakan dari pinggir perlahan-lahan 🙂 Dan sama juga dengan Om, kalau makan bubur diaduk rasanga gimanaaa gitu 😦 Dan malah bikin gak selera…
aku team bubur aduk! hahahahahaha
Ini yang aku salut dari om enha, dari jaman dulu selalu tahu untuk membuat postingan dan tetap menulis mulai dari hal hal kecil sehari – hari.
(Dan aku kehilangan kebiasaanku yang itu, tergerus rasa malas dan hal lainnya, hahahahah)
Btw, aku team bubur gak diaduk oom. Sama kaya oom enha …
Kalau saya lebih suka yang diaduk om hehe, supaya bumbunya tercampur dengan rata hehe
oo ternyata istilahnya garnish ya, baru tau saya.. emang saya pun udah ikut ikutan orang, kalo mau makan moto dulu makanan itu hehehe.. #latah
salam bapak…..
saya pribadi terkadang akan saya pandangi dahulu sembari berpikir :
ini kalo saya aduk maka bentuknya tidak keruan,akan tetapi jika tidak di aduk maka bumbu dan kuahnya jadi tidak rata ……demikian bapak,walaupun itu akan selalu terulang dan sampai sekarang saya masih sering mengalami dilema tersebut ketika makan bubur ayam
Saya tidak diaduk dulu Om, mungkin saya sama kaya Anda ya, lebih mementingkan penampilan daripada rasa, hhh
hmmm jadi ingin tahu bagaimana kalau mas makan bubur manado ya? Semuanya sak plek semua diaduk jadi satu. Lalu jus alpokat malah tampangnya mirip #$%’ hehehe.
Saya? lebih suka diaduk karena menurut saya bubur ya memang harus begitu tampangnya 😀 Rasanya lebih merata. Tapi kalau masakan lain, saya malah tidak suka dicampur. Misalnya soto ayam, tidak suka kalau nasi dimasukkan di mangkuk, maunya dipisah. Nasi campur juga tidak suka, mungkin karena sudah menjadi orang Jepang, yang maunya makan satu jenis makanan setiap suapan sehingga bisa menghargai rasa satu jenis itu saja. Lontong cap gomeh juga ngga begitu suka karena semua rasa jadi satu hehehe.