Kawan saya, sang Belalang Cerewet saat ini sedang mengadakan sebuah perhelatan yang bertajuk “Sadar Hati”. Sadar Hati adalah akronim dari bahaSA DAeRah HArus diminaTI. Ini ide yang sangat unik dan menarik, sekaligus mempunyai tujuan yang menurut saya sangat baik. Kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya upaya ini merupakan upaya penting yang patut didukung. Sebuah upaya untuk mengenal kembali bahasa daerah, yang dalam hal ini dimulai dari mengenal pepatah, ungkapan, peribahasa, bidal atau adagium.
(Dalam kontes ini Om Belalang meminta kita untuk menulis pepatah dalam bahasa daerah, lalu kemudian kita diminta untuk menjelaskan arti pepatah tersebut, berikut ilustrasi contohnya)
Berbicara mengenai pepatah, maka perhatian kita tentu akan tertuju kepada salah satu suku bangsa di negara kita, yaitu suku Minang. Suku Minang memang sangat terkenal dengan banyaknya pepatah, adagium atau bidal yang berima indah dan bermakna dalam. Penggunaan pepatah memang merupakan bagian tak terpisahkan dalam budaya suku Minang, terutama saat melaksanakan pertemuan-pertemuan adat, acara-acara resmi juga perhelelatan-perhelatan acara keluarga. Tak bisa dipungkiri, seorang tokoh panutan dalam adat masyarakat Minang, wibawanya akan lebih dihormati oleh masyarakat sekitarnya jika dia pandai dan piawai dalam merangkai pepatah dalam pidato sambutan atau tutur kata bijaknya.
Saya memang bukan orang Minang asli. Saya berasal dari suku Jawa. Istri sayalah yang asli Minang. Itu sebabnya saya mengetahui bagaimana tetua-tetua adat, ninik mamak di bumi Minang itu sangat pandai merangkai kata, dalam acara resmi, acara adat dan sebagainya.
Salah satu pepatah petuah yang paling saya suka adalah … “ALAM TAKAMBANG JADI GURU”
Saya rasa sangat mudah menerka arti kalimat pepatah tersebut. Banyak kemiripan antara bahasa Minang dan bahasa Indonesia. “Alam takambang jadi guru” arti harfiahnya kurang lebih adalah : (fenomena) alam yang terbentang luas (bisa) menjadi guru.
Saya memaknai “alam” ini bukan saja berarti lingkungan sekitar kita. Bukan berarti flora, fauna, pantai, gunung, hutan saja. Alam disini juga mencakup manusia yang ada di dalamnya beserta budi daya / teknologi yang diciptakannya.
Budaya Minang mengajarkan, bahwa pada hakikatnya kita harus bisa dan mau belajar dari siapa saja, belajar dari apa saja. Masyarakat Minang sudah terkenal sebagai suku perantau yang sangat tangguh. Salah satu kompetensi penting yang harus dipunyai oleh para perantau tangguh adalah kemampuan untuk beradaptasi. Dan kemampuan adaptasi itu salah satu sendi utamanya adalah semangat dan keinginan yang terus menerus untuk belajar dari lingkungan dan alam sekitarnya. Inilah kunci sukses perantau-perantau Minang.
And I tell you a secret !
Salah satu kiat sukses perantau Minang. Coba anda perhatikan, di setiap kota dimana mereka tinggal. Mereka pasti mempunyai perkumpulan atau semacam ikatan keluarga Minang di perantauan. Mereka sekali sekala pasti mengadakan acara pertemuan. Entah untuk halal bi halal. Sehari “malapeh taragak” (melepas rindu), ataupun untuk sekedar arisan keluarga. Dan jika saya perhatikan, acara wajib yang biasanya selalu ada di dalam pertemuan tersebut adalah “sharing session”. Saling berbagi. Baik bersifat formal dalam bentuk presentasi. Maupun non formal dalam bentuk diskusi-diskusi kecil. Mereka yang sudah berhasil pasti berbagi kiat-kiat pada yang masih belum berhasil. Mereka yang mempunyai wawasan luas pasti akan membagi ilmunya pada mereka yang baru mulai berniaga. Mereka senantiasa tidak malu untuk bertanya pada mereka yang lebih tau. Dan yang lebih tau pun dengan senang hati membagi apa yang mereka tau kepada rekan-rekannya. Semakin banyak yang mereka sharingkan, … semakin banyak petuah yang mereka bagikan … akan semakin dihormatilah orang tersebut.
Saya sering mengantar istri datang ke acara pertemuan halal bi halal atau pertemuan berkala ikatan keluarga Minang yang ada di Jabodetabek. Dan saya selalu kagum dengan cara mereka mengejawantahkan petuah “Alam Takambang Jadi Guru” ini. Bagaimana segenap alam semesta dan seisinya ini dijadikan sarana untuk belajar. Mereka selalu mengamati dan belajar dari fenomena alam sekitar … termasuk pada manusia di sekelilingnya. Di tempat mereka tinggal.
Alam takambang jadi guru, … sebuah sikap hidup perantau sejati.
Sikap hidup yang menuntut kemampuan kompetensi adaptasi yang selalu mau belajar, tangguh dan luwes.
Sikap-sikap masyarakat Minang yang sangat saya kagumi.
(tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk saudara-saudara saya yang berasal dari suku Minang) (juga tentunya untuk Istri saya tercinta … yang asli Minang)
Salam saya
(Saya biasa dipanggil Urang Sumando oleh sanak sahabat Minang)
Note :
Jika ada pengertian saya yang salah … atau kurang pas … saya mohon maaf.
Mohon dibetulkan yaaa …
—
“Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati”
—