(Kalau tulisan ini adalah request dari abangku Herry Azwan … please lihat postingan yang ini)
Ini cerita tahun-tahun pertama bekerja di perusahaanku. Terjadi disekitar tahun 1991 – 1992. Aku masuk sebagai manajemen trainee di bagian Marketing. Aku harus sering melakukan Traveling untuk lebih memahami konsumen dan pasar produk kami yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari sinilah aku pertama kali merasakan yang namanya naik Pesawat Terbang. Dari sini pulalah aku juga pertama kali merasakan empuknya kasur hotel berbintang. (ya begitulah … agak norak memang …).
Dulu perusahaan tidak membekali karyawan yang travelling dengan Cash Advance. Ticket Pesawat sudah dibelikan. Sewa kamar Hotel pun sudah dibayarkan. Tetapi untuk kebutuhan lain selama Travelling seperti Makan, Transportasi, Taxi, Incidental, Laundry, Telfon dsb, kami diminta untuk me”nalangi” dulu dengan uang pribadi … baru nanti setelah pulang. Bon-bonnya bisa diclaimkan ke bag accounting untuk diganti uangnya.
Aku sangat menderita jika aku diperintahkan traveling justru saat tanggal-tanggal Tua. Belum Gajian. Gaji masih kecil. Sehingga aku harus putar otak untuk mengelola sisa cash super cekak yang ada di tabunganku agar cukup untuk kebutuhan Travelling selama 4-5 hari. (tersiksa sekali sodara-sodara). Aku mati-matian berhemat. Harus SURVIVE
Credit Card ? Aku tidak punya. Besar gajiku waktu itu belum memenuhi syarat untuk mempunyai kartu kredit … (dulu belum ada obral kartu kredit yang jor-joran menawarkan gratis iuran tahun pertama seperti sekarang). Kepemilikan Kartu kredit pun sangat ketat.
Sering kali agar menghemat uang untuk Makan, aku makan di War-Teg biar murah. Di dekat hotel biasanya ada warung kecil tempat makan para karyawan/satpam hotel tersebut. Kadang aku membeli POP MIE untuk makan malam di hotel, sebab kalau makan di restoran hotel atau makan keluar … akan keluar ongkos yang tidak sedikit … belum lagi Taxinya. Air panas masak sendiri dari Air keran yang di didihkan dengan teko pemanas untuk buat Teh/Kopi.
Anugrah terbesar adalah jika Manager Area setempat berbaik hati berkenan mentraktirku Makan Siang atau Makan Malam. Ya ALLAH … aku sangat berterima kasih sekali pada mereka. Ada pula yang membelikan aku oleh-oleh makanan khas disana. Niscaya belum sempat sampai dibawa pulang, makanan oleh-oleh itu sudah habis aku makan sendiri di Hotel. Kalo ke Medan Enak … Bika Ambonnya sangat mengenyangkan. Namun jika ke Padang … wahhh keripik balado man … pedas nian … Ke Bali ??? Kacang Bali dan Salak … seharian makan keripik pedes, kacang or Salak … kebayangkan apa rasanya … (or tepatnya .. apa “hasil”nya ). Kalo ke Yogya ? menunya pasti Bakpia patok sepanjang hari.
Aku tidak nge “Laundry”. Laundry di hotel mahal. Kadang baju kemarin aku pakai pula hari ini. Ahhh sengsara nian. Apapun aku lakukan untuk se-sedikit mungkin keluar uang cash selama travelling. Petugas Bell Boy hotel pun terpaksa tidak pernah aku beri tips … (dikatain pelit biarlah … daripada kelaparan …).
Ah jika ingat masa-masa itu … (sedih juga aku …)
(tidur sih gaya di hotel berbintang … tapi makannya “gerilya” macam turis kere kehabisan uang …)(yang ada dikepalaku hanyalah … “Pokoknya Tidak Nyolong, Tidak Ngemis, Tidak Pinjam …”)
nikmat membawa sengsara itu namanya…hahaha…
Kalau saya ditugaskan ke kantor cabang, yang ada selalu nombokin.
Uang dinas gk seberapa, habisnya bisa 3 kali lipat uang dinas. Maklum, kerja sambil jalan-jalan 😀
jadi inget masa ku yg sekarang 😥
kalo sekarang mengenang masa masa
indahsengsara itu malah senyum-senyum sendiri ya pak*terkenang masa-masa sulit sebagai anak kost nalangin biaya hidup dan kuliah sendiri*
Wah .. berarti masa-masa tersebut, sama dengan saat saya mulai bekerja juga tuh. Tapi syukurnya, pada awal-awal bekerja belum diberikan tugas untuk keluar kota hehehe .. 🙂
Pengalaman bapak sangat menarik.Terima kasih sudah berbagi cerita pak. Mudah2an menjadi ‘pelajaran’ buat teman-teman yang baru mulai bekerja dan ditugaskan ke luar kota.
wedew … kok hampir sama yah … nyicipin kursi pesawat terbang ketika di dunia kerja hehehe … dan kebetulan dapat di medan … so aku dapat ikut merasakan bika ambon yg disebut mengenyangkan diparagraf ke-6 hehehe …
Kalau sekarang gimana, Bos? Apakah perusahaan masih menerapkan kebijakan yang sama? Kalau iya, kasihan juga karyawan baru seperti Bos alami waktu itu.
Kalau di perusahaan saya bekerja, SPJ nya memang tidak besar, tetapi diberi di depan beserta ongkos taxi, laundry, dsb. Jadi nggak harus deg-degan kalau disuruh keluar kota saat bulan tua.
Cerita yang menarik, Bos.
Terima kasih sudah dipenuhi permintaanku.
Salam
Subhanallah
Permulaan yang baik untuk kesukesan yang terus memucak 🙂
untungnya aku belum pernah tugas ke luar kota…kalau tugas keluar kota…bisa jadi tambah pengalaman nih…..
itu juga yang sekarang terjadi pada kakak saya…
walhasil… ortu tetep *masih* jadi sponsor utama… gaji yang dia dapatkan mungkin lebih seperti uang saku
hooh malang nian…
dulu sebelum kerja, sering makan disana-sini, sekarang malah bawa bekel dari rumah
mungkin sebentar lagi giliran saya *NO no No*
bagaimana seandainya waktu bisa diputar kembali ? 😉
thanks ya dah mampir
pengalaman yang indah. karena kelak bisa diceritakan pada anak-anak.
Kalau dengar cerita dari bapak saya, dia selalu bawa kopi, teh,cocoa dan gula dari rumah. Lalu cracker dan coklat. Dia tidak suka mie instant jadi tidak pernah bawa. Nanti mau tanya deh saat pertama dinas luar bagaimana…
Sendal Hotelnya masih ada di rumah kah ???
hehehe..
cerita mas yang dulu terjadi kepada saya sekarang, meski jarang…
but, memang selalu ada cerita menarik setiap kali bepergian..
pengalaman baru, apalagi berkunjung ke daerah yang pertama kali dikunjungi..
pasti berkesan..
🙂
paragraf 5, Di warteg juga ada tahu tempe yg sangt bergizi ko’ pak..
P’ 6, Bika Ambonnya….hehehe….. keripik balado, kacang dan salak Bali….. hwahahahahahaha………. bapak bisa aja…..
P’ terakhir.. hahahahahaahaa….. “Pokoknya ggk Nyolong, ggk Ngemis, ggk minjem kan pak….:):)
paragraf 5, Di warteg juga ada tahu tempe yg sangt bergizi ko’ pak..
P’ 6, Bika Ambonnya….hehehe….. keripik balado, kacang dan salak Bali….. hwahahahahahaha………. bapak bisa aja…..
P’ terakhir.. hahahahahaahaa….. “Pokoknya ggk Nyolong, ggk Ngemis, ggk minjem kan pak….:):)…….. btw, salam kenal juga ya, terimakasih sudah mampir pak……
😀 sempet juga tuh begitu… tidur di hotel yg keren… makan sih nggilir PKL di depan hotel 😆 … tp asik juga kan oom..?? “petualangan” nya itu lho… ga tergantikan… 😀
be-rakit2 ke hulu, be-renang2 kemudian kan om? sekarang tinggal senang2nya kan?
Numpang kenla aja Mas
Perjuangan mas… Membawa kesuksesan 🙂
Sama deh….saya dulu juga seperti itu kok…makanya saat udah jadi bos, dan mengajak anak buah turne, saya selalu mengajak mereka makan siang dan malam, kalau di Indonesia kan makan pagi sudah termasuk biaya hotel. Laundry? Sampai saat inipun jarang laundry di hotel…salah-salah bajunya malah rusak, kecuali terpaksa karena pendidikan sampai 3 bulan, atau tidurnya di hotel bintang 4 atau 5.
kalo sekarang gimana mas? masih seperti itu jugakah?
Hehe…, pak trainer ini lucu. Masa’ fasilitas dari hotel diembat semua. Panen raya dong.
Sekarang kita udah mengenal panjar dinas. Terserah kita mau minta berapa, tapi jumlah maksimalnya disesuaikan dgn rencana jumlah hari dinas. Semua pos sudah ditentukan tarifnya berdasarkan area lokasi dinas.
Setelah selesai dinas, bikin claimnya sesuai jumlah aktual hari dinas. Kalo jumlahnya diatas actual cost, untung. Kalo dibawah actual cost, buntung deh. Hehe…
biar sengsara tapi membawa nikmat kan 🙂
skrg ini menikmati hasilnya.
kalau di yogya, kenapa ngak makan gudeg ?
biar ” menderita ” tapi punya pengalaman lebih khan bisa keliling2 😀
wah… wah…. kok seimbang ya. seimbang antara penampilan dan kenyataan kantong. berada di hotel tapi cari makan di emperan. tapi sekarang sudah nggak lagi kan?
sudah jadi bos, sesekali ajak dong. traveling kan kesenangan saya. he he…
brarti sekarang udah makmur kan?
*siap menerima hibahan rejeki 😆
wah, yang kaya gitu kejadian sama neng waktu kemarin dijakarta. dihari2 hari terakhir justru banyak biaya dadakan. akhir ceritanya, neng pulang kemedan, hanya dengan uang 20 ribu. kebayangkan kan gimana neng mesti pinter2 ngeluarin duit supaya bisa pulang dari bandara dengan uang yang seadanya.
menderitahhhhh:(
hehe gk nyangka pernah berakit-rakit. 😀
pokoknya tidak nyolong, Insya Allah sama,
pokoknya tidak ngemis, Inysa Allah bisa.
pokoknya tidak minjem.. nah ini yg susah ngikutin-nya 😀