TENTANG JOKI


.

Para pembaca pasti sudah mengetahui bahwa di Jakarta, khususnya di Jalan Sudirman-Thamrin- Gatot Subroto dan sekitarnya, pada jam-jam tertentu diberlakukan peraturan bahwa dalam satu kendaraan pribadi harus memuat tiga orang atau lebih.  3 in 1,

Banyak orang kesulitan untuk menemukan teman yang bisa diajak untuk menggenapkan penumpang mobil agar menjadi tiga orang.  Ini lumayan merepotkan.  Sehingga hal ini membuka peluang terciptanya satu profesi baru, yaitu profesi joki 3-1.  Pura-pura menjadi teman si pengemudi.  Profesi ini hanya ada di Jakarta saja, saya rasa.

Jika anda sempat memperhatikan, mereka yang berprofesi sebagai joki ini sangat beragam latar belakangnya.  Laki-laki – perempuan.  Tua-muda.  Dari Kakek-kakek sampai bayi.  Dari yang wangi sampai yang prengus.  Dari yang “bening” sampai yang “butek”.  Semua tertarik untuk berprofesi, mengadu nasib sebagai joki.

Kerjanya enak.  Hanya dua kali sehari.  Antara jam 7.00 sampai dengan jam 10.00 pada pagi hari.  Dan jam 16.30 sampai dengan jam 19.00 di senja hari.  Cuma naik turun mobil (mewah).  Duduk manis.  Adem ber AC pula.

Om Trainer pernah pakai jasa mereka ?

Jawabannya : pernah ! (bahkan sering !)

Jika ada training atau meeting di hotel-hotel yang terdapat di jalan Sudirman atau Thamrin, atau bahkan hotel di daerah Pasar Baru, mau tidak mau saya pasti menggunakan jasa mereka.  Sebetulnya bisa saja sih mencari jalan alternatif yang tidak kena 3 in 1, tapi itu sudah pasti sangat macet, jauh dan berputar rutenya … dan saya akan terlambat sampai tujuan.

Bagaimana dengan “Joki Fee” nya ? Berapa ongkosnya ?
Pada hakikatnya … tidak ada standar biaya yang pasti.  Kita pake logika saja. Paling tidak kita harus mengganti biaya transport mereka.  Ditambah prakiraan jarak yang akan kita tempuh.  Makin jauh jaraknya ya makin tinggi fee nya.  Jika ke jalan Thamrin saya selalu memberikan mereka paling tidak 10 – 20 ribu per orang.  Jadi untuk berdua 20 – 40 ribu.  Itu sekali jalan.  Pulangnya pun demikian.  Sehari bisa 40 – 80 ribu melayang untuk jasa Joki ini.

Siapa mereka ?
Berdasarkan bincang-bincang saya dengan mereka, latar belakang mereka sangat beragam.  Paling banyak adalah pengangguran.  Banyak juga yang Ibu rumah tangga.  Ada juga yang pelajar SMP-SMA yang masuk siang.  Pernah pula saya ngangkut seorang Joki yang berprofesi sebagai karyawan outsource cleaning service yang hari itu kebetulan sedang libur, atau masuk shift siang.

Menurut pengakuan mereka, mereka bisa bolak balik dua-tiga kali rit sekali “nambang”.  Artinya sepagian mereka bisa naik di dua atau tiga mobil yang berbeda.  Jika rata-rata pengemudi memberikan mereka 15 Ribu rupiah (5000 untuk ongkos bis plus uang jasa 10.000).  Maka satu orang, sepagian saja bisa mendapatkan uang jasa sekitar 30 ribu rupiah bersih.  Ini baru pagi hari.  Jika ditambah jam dinas sore hari maka sehari mereka bisa mendapatkan 60 ribu rupiah.  Enam puluh ribu rupiah perhari bukan merupakan uang yang sedikit.  Jika di kali 20 hari kerja, maka sebulan mereka akan mendapatkan 1.2 juta rupiah.  Lumayan untuk nambah-nambah penghasilan bukan ? 

Belum lagi kalau, si pengemudi sudah cocok sama si joki.  Jatuh hati pada si joki.  Maka niscaya pengemudi akan rela merogoh koceknya lebih dalam lagi.  Dan tentu saja si joki pun bisa dijadikan langganan.  Pendapatan pun akan semakin banyak (dan semakin pasti)(tak perlu rebutan).

Bisa dimengerti mengapa banyak sekali joki yang mengenakan pakaian yang bersih, berdandan cantik-keren, memakai sepatu dan wangi-wangian.  Ini semua sebagai usaha agar mereka disukai oleh pengemudi.  Calon pengguna jasa mereka.  Agar para pengemudi lebih tertarik dan tidak segan untuk “mengangkat” mereka, tanpa takut mobilnya terkontaminasi bau “kecut” karena aroma keringat sang joki.

Dan mau tau cara mereka untuk melipat gandakan penghasilan ?
Mereka biasanya menggunakan “bayi” atau anaknya yang masih kecil.  Mereka berdiri di pinggir jalan sambil menggendong anaknya.  Dengan demikian fee joki yang mulanya disediakan untuk dua orang akan masuk kantongnya semua.  Hawong dia “mengkaryakan” anaknya sendiri sebagai partner.  Yang seharusnya penghasilan dibagi dua dengan temannya sesama joki, menjadi diborong untuk dia sendiri.  Ini bisa terjadi karena di dalam peraturannya, tidak disebutkan batas umur tiga orang itu harus berusia berapa tahun.  Sehingga mau dia anak kecil kek, mau bayi kek, kakek-kakek kek, jika jumlah kepalanya sudah ada tiga di dalam satu mobil itu artinya sudah bebas melintas Sudirman Thamrin.  Nggak diprit polisi, yang selalu siaga di mulut-mulut jalan kawasan zona 3 in 1 itu.

Cerdas bukan ???

Tertarik jadi Joki ???

(hehehe)

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

21 tanggapan untuk “TENTANG JOKI”

  1. Mantep neh pekerjaan om. kalau mahasiswa aku rekomendasikan deh. lumayan kan gak caprk juga kerjanya. ya asal jangan sampe berbenturan sama preman jalanan aja. bisa kacau.. hihihi..

    Salam saya om 😉

  2. Hahaha… saya jadi ingat waktu bersama teman, sibuk menghitung2 berapa kira2 penghasilan seorang pengamen di bis SMD-BPP dalam sehari. Sepertinya lebih besar dibanding penghasilan joki itu.

  3. aku sih ngga mikir berapa yang mereka dapat, tapi yang pasti aku tidak setuju membawa bayi/anak kecil kemana-mana begitu 😦 (Dan ya…memang itu kondisi ekonomi mereka …)

  4. Setiap mau melewati jalan HR Rasuna Said setelah lampu merah jalan Mampang Prapatan dipastikan banyak penjual jasa joki ini. Saya gak pernah mau pakai jasa mereka. Apa pasal? Lha, saya kan pake motor, hehe…

  5. wah sekarang joki 10-20rb an per orang ya om..
    saya pernah pake joki itu di sekitar th 95-96-an pas masih kuliah. dan waktu itu tarif joki 1-2rb.! hahahaha berarti udah 10 kali lipat sekarang ya. 😀

  6. untuk paragraf terakhir itu lho Mas, “mengkaryakan ” anak sendiri…….
    kreativitas yang “menyedihkan” mungkin ini ya….
    gambaran dr nafsu keserakahan manusia 😦
    ( krn uang yg didapat gak perlu dibagi dua lagi khan?) 😦

    salam

    NB : masukin lamarannya dimana ya Mas , kalau mau jadi joki? hahahhaaa…. 😀 😀

  7. Saya pernah nulis tentang ini juga Om. banyak dari mereka pulang searah dengan saya ke arah Tangerang. kalau dibandingkan dengan jualan gorengan atau jadi buruh kasar, menjoki memang menarik sekali. modal hanya 4 ribu untuk ongkos pp naik kereta ekonomi pengjasilan bisa 80 ribu. luar biasa. hehehe.

any comments sodara-sodara ?