PRINT AND PRIVACY


Cerita ini bermula dari keheranan saya mengenai adanya suatu perubahan kebijakan.  Suatu kebijakan tentang tata cara mencetak buku tabungan di sebuah bank swasta, sebut saja Bank A.  Saya jadi nasabah Bank A sudah lama sekali, sejak saya mulai bekerja dan punya gaji sendiri.  Di bank tersebut saya punya tabungan, demikian juga istri dan anak-anak saya. (dalam bentuk tabungan pendidikan atas nama mereka masing-masing).

tabungan
ilustrasi

Selama ini jika saya nge-print buku-buku tabungan tersebut (tabungan atas nama saya, atas nama istri saya dan atas nama anak-anak saya) lancar-lancar saja.  Saya tidak ditanya macam-macam.  Namun sejak beberapa bulan yang lalu saya mulai mengalami sedikit kerepotan jika ingin mencetak buku-buku tabungan tersebut.  Ada prosedur tambahan yang harus saya lakukan.  Saya terlebih dahulu diminta untuk menyerahkan KTP atau tanda pengenal untuk di fotocopy.  Suatu prosedur yang dulu tidak pernah dilakukan. (Dan kemudian saya juga baru tau kalau di beberapa bank lain, bahkan ada yang dimintai surat kuasa dari pemilik rekening buku tabungan)

Ternyata ini berkaitan dengan privacy.  Seorang teman saya Rinrin Irma, menginformasikan bahwa ada undang-undang yang mengatur mengenai kerahasiaan data nasabah bank (termasuk saldo tabungan). Tepatnya ada pada pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengatakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.  (Terima kasih infonya Rinrin)

Jadi rupanya Bank A mulai memperketat aturan kegiatan cetak-mencetak buku tabungan ini.  Jika tabungan yang akan kita print bukan atas nama kita maka kita wajib menyertakan surat kuasa atau fotocopy KTP, atau prosedur lainnya.  Tidak peduli walaupun tabungan tersebut milik istri/suami atau anak-anak kita.

Rasa penasaran saya membawa saya bertanya kepada adik ipar saya yang bekerja di sebuah bank BUMN.  Dan ya ternyata aturannya memang begitu.  Aturan ini sudah diberlakukan sejak dulu di bank tempatnya bekerja.  Lantas adik ipar saya itupun memberikan sebuah ilustrasi.  Bank bisa saja dituntut oleh seorang suami yang buku tabungannya diprint secara diam-diam oleh istrinya.  Karena istrinya kepo ingin tau saldo tabungan suaminya.  Demikian juga sebaliknya, bisa saja karyawan bank dituntut oleh seorang istri, yang mengetahui ternyata buku tabungannya diprint oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.

Saya semakin keheranan.  Lho berarti adalah sebuah kesalahan jika seorang suami mengetahui saldo tabungan istrinya, tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.  Adalah sebuah kesalahan jika seorang istri mengetahui saldo tabungan suaminya, tanpa seizin yang bersangkutan.  Ternyata yang namanya privacy harus tetap dijaga sekalipun dua orang tersebut telah menjalin hubungan rumah tangga sebagai suami istri.  Perbankan tidak peduli apakah dua orang itu statusnya suami istri atau bukan, yang pasti adalah bank harus senantiasa menjaga privacy atau kerahasiaan data setiap nasabahnya.  Orang per orang.

Saya masih tetap penasaran. Di dalam pemikiran saya, yang namanya orang berumah tangga kan semestinya memberlakukan open manajemen.  Tak ada dusta diantara kita.  Tak ada yang disembunyikan.  Suami dan istri sudah selayaknya masing-masing mengetahui jumlah dana yang ada pada mereka.  Ibarat perusahaan, ke dua orang ini kan sudah merger bersatu menjadi satu manajemen.

Namun sepertinya tidak semua berfikiran sama dengan saya.

Lalu bertanyalah saya pada kawan-kawan di sosial media. Saya melakukan survei kecil.

Saya mengajukan pertanyaan :

“Apakah anda mengetahui saldo tabungan masing-masing pasangan ? Rekening suaminya ? istrinya ? pasangannya ?

 

Ternyata jawabannya beragam.

  • Ada yang istri tau saldo tabungan suami. Tapi suami tidak tau (tepatnya tidak mau tau) saldo tabungan istrinya
  • Ada yang saling sama-sama tau.
  • Ada yang setelah menikah hanya punya satu rekening saja (atau rekening bersama)
  • Ada yang masing-masing tidak tau, yang penting setoran bulanan lancar. Seluruh kewajiban terpenuhi.


Dari sini saya belajar.  Bahwa cara orang mengelola keuangan rumah tangganya itu berbeda-beda.  Dan cara orang menerjemahkan kata privacy pun ternyata berbeda-beda.

So …
Apa anda tau saldo rekening pasangan anda ?
Apa anda mau tau saldo tabungan pasangan anda ?
Apa anda harus tau saldo rekening pasangan anda ?
Apa anda diberi tau oleh pasangan anda, tentang jumlah saldo yang ada di buku tabungannya ?

Salam saya

om-trainer1.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

70 tanggapan untuk “PRINT AND PRIVACY”

  1. Sama halnya di bank tempat gaji saya om.. Dulu nitip pun juga bisa ngeprint.. Sekarang harus nasabah sendiri.

    Soal saldo rekening, kami saling tau.. Tapi ga juga dikit2 ngecek. Kalo salah satu nanya, yg lainpun mau menjawab dengan jujur jumlah saldo. Wong pin aja saling tau kok Om 😊

  2. Ini menjawab pertanyaan saya Om soal mesin pencetak buku tabungan di salah satu bank swasta. Kalau dulu, mesin itu tersedia di dekat mesin ATM. Saya sering memanfaatkannya. Tapi sekarang, mesin itu sudah tidak ada lagi. Agaknya, aturan yg Om sebutkan itu yg menjadi penyebab ditiadakannya.

    Soal saldo suami-istri, alhamdulillah kami tidak ada batasan sama sekali. Semuanya terbuka saja. Katena toh, gak ada gunanya juga main rahasia-rahasiaan., 🙂

  3. Apa anda tau saldo rekening pasangan anda ?=>gak tahu nilai nominal, paling taunya masih punya uang apa gak
    Apa anda mau tau saldo tabungan pasangan anda ?mau tapi gak ada guna nya juga,,
    Apa anda harus tau saldo rekening pasangan anda ? gak harus yang paling penting pas butuh ada uang :))
    Apa anda diberi tau oleh pasangan anda, tentang jumlah saldo yang ada di buku tabungannya ?gak resmi sih paling dalam obrolan aja,, kalau akhir bulan suka bilang “uang ku sisa segini,,, ”

    ada beberapa bank emang yang menerapkan aturan itu,,kalau ngeprint harus pake surat kuasa,, malah kalau ganti KTP harus ngurus ke bank asal kalau mau cepet,,kalau ke cabang bisa satu minggu,,
    makanya aku malas print buku tabungan , mending cek saldo pake ebanking aja,,

  4. Aku pernah kesal dengan petugas dari bank, ketika aku mau nge-print buku tabungan suami mereka menolak, aku mesti bawa KTP dan lain2.. Masa’ dicurigai, Lha, wong yg ngisi tabungan suamiku itu ya aku sendiri…..

  5. Wah, kehormatan sekali nama saya disebut di sini… terima kasih banyak, Oom… ^_^

    Kalau saya dan suami termasuk yang tidak saling tahu isi dan rincian keluar masuk uang di tabungan… kecuali kalau bareng-bareng masuk ke ATM (itu juga jarang), yang penting buat saya sih jatah tiap bulan lancar…

    Kalau kebetulan agak tersendat biasanya suami bilang sebelumnya, dan ketika saya iseng kepoin rekeningnya memang jatah untuk saya belum ada dan tidak ada transaksi yang mencurigakan. Begitu juga kalau ada rezeki lebih, tanpa diminta suami suka kasih uang lebih di luar jatah. Jadi, saya memang tidak punya alasan untuk tidak percaya terus diam-diam kepoin rekening suami.

    Sementara tabungan saya, suami pilih tidak mengusiknya sama sekali.

    Toh nanti kalau kebetulan diperlukan print secara rinci (misal untuk pengajuan pinjaman hehe), masing-masing bisa saling lihat…

    1. Hai …
      Surprise … perlu sedikit waktu untuk mengenali akun ini …
      ternyata ini teman lamaaaaa … aaahhh senangnya …
      Dan ternyata sekarang sudah jadi Happy Mommy …
      Apa Kabar Nella (The Gardener) …?
      Sehat semua yaaaa …

    1. Nah iya, om. Ada juga bank yang punya fasilitas kirim rekening koran ke alamat email.

      Perkara privasi suami-istri, memang tergantung masing-masing rumah tangga sih ya. Kalau saya, ya karena saling percaya juga, paling tahu sebatas istri belanja apa saja dan kartu kreditnya dipakai untuk apa saja. Istri pun sebatas tahu penghasilan saya dari mana saja, apa saja, kira-kira besaran berapa saja, dipakai untuk apa saja. Tidak butuh sampai rinci rekening di tabungannya berapa juga, sih.

  6. rekg tab saya dan suami saya, satu Om. Jadi kami sama2 tau isi rekg tab kami. Dan mengenai kebijakan bank tsb,saya baru tahu. Tapi saya memang lebih setuju jika suami istri, tau sama tau rekg masing2. Zaman memang telah beruba ya Om…. entah mengenai ini, perubahan ke arah yg lebih baik atau tidak

  7. Kalau saya nggak tahu berapa tepatnya isi saldo suami. Kalau mau tahu sih bisa aja, lha wong PIN atm nya saya hapal. Tapi buat apa juga ngecek-ngecek saldo suami. Paling kalau pas habis narik uang di ATM, saya lihati saldonya masih berapa. Setelah itu ya, ATM nya dikembalikan ke suami.
    Suami juga nggak pernah nanya, saya barusan narik berapa dari ATM. Sudah sama-sama tahu kebutuhan rumah tangga buat apa saja.

  8. terima kasih infonya, om. saya selama ini jarang banget ngeprint. biasanya pas saya melakukan transaksi lumayan besar baru deh ngeprint. itu juga bukan atas kemauan saya, tapi teller yang ngasih tahu kalau buku tabungannya harus diganti karena halamannya sudah habis.
    kalau ngeprint buku tabungan istri seh belum pernah. paling tahu saldonya kalau saya tanya aja…. takutnya udah cukup nishab tapi belum dibayar zakatnya

  9. Mungkin udah krna udah Ada kasus Jadina lebih ketat sekarang, Om.

    Jadi inget waktu mau ngeprint buku tabungan suami di Bank A krna harus lapor LHKPN hari Itu. Pihak bank tdk mau memprintkan krna tdk Ada KTP ataupun Surat Kuasa. Akhirnya saya tunjukkan foto KTP suami. Alhamdulillah bisa.
    Sejak saat Itu, saya ga mau lagi print buku tabungan suami. Saya suruh suami aja yg print, haha

  10. Kami tidak sailing tahu tabungan masing2.
    Yang pasti tabungan istri sak ciprit wong dia buka rekening hanya krn adiknya mau kirim uang.
    Walau begitu jiwa ragaku sudah sy serahkan padanya,bukan.
    Salam hangat dari Jombang

  11. kalau soal ngeprint buku tabungan suami gak pernah om.

    jadi keinget kemaren ngeprint buku tabungan gaji, kebetulan lagi ada perlu, dan ternyata aku terakhir ngeprint bukunya tahun 2011 aja gitu. Tellernya sampe komentar udah lama ya gak pernah di print bukunya, hahaha..

    Kalau soal tahu saldo aku termasuk yang gak terlalu peduli dengan saldo pasti suami (tapi kadang kepo juga seh beberapa waktu 😛 ). Yang aku mau tahu ada jumlah setoran bulanan yang harus disetor abang setiap bulannya. Semua pembayaran baik itu bayar cicilan rumah, atau bayar internet, tv berlangganan, keperluan anak dan semuanya deh sampe pulsa aku juga si abang yang bayarin. Tapi si abang tahu saldo tabungan aku, soalnya dia suka ngomelin kalau aku kebanyakan belanja online pake uang gaji 😛 sayang katanya mending gaji aku ditabungin aja jangan dipake belanja gak penting. hahaha

  12. Saya tau saldo rek suami dan suami tau saldo rek saya. Kita berusaha saling terbuka Om hehehe

    Oiya, saya dan suami sudah lama ga ngeprint buku tabungan. Kita biasanya lwt online buat ngecek mutasi rek 😀

  13. Pakabar Om? Keperluan ngeprint apa ya Om? Kalau saya sih sudah nggak pernah ngeprint lagi.
    Apakah saya tahu saldo rekening istri dan sebaliknya? Kira2 sih tahu Om, tapi gak detil. Kita hanya saling bertanya, nggak sampai ngecek saldo. Terkadang kita tahu juga secara detil jika harus mentransferkan via internet banking.

  14. sejak bisa ngecek online, udah jarang ngprint buku tabungan sih Om. saya dan AM punya rekening bersama, tapi kami juga punya rekening pribadi yang nggak saling tahu berapa saldonya, meski kalo ditanya ya saling menjawab jujur hehehe

  15. tapi aneh jg sih bank nya, kalau memang berkaitan dengan privacy saja, ya cukup mewajibkan nasabah utk simpan buku tabungannya baikx2 donk, kan sama jg dengan kartu ATM, kl hilang…wajib lapor =)

  16. Saya….kadang tahu kadang nggak, he h ehe
    Kalau tanya ya dikasih tahu dan ditawarin mau bawa ATM-nya atau butuh buat apa?
    Tapi, biasanya sih tahu…..kan suami istri.
    Omong2 masalah print, saya sering minta tolong accounting untuk print buku tabungan saya dulu dan juga kadang nitip papa buat ngeprint buku tabungan karena malas ke bank sendiri 😀

  17. Kalau saya sih
    Saling terbuka satu sama lain…
    Sma2 tau…jumlah dan lain sebagainya
    Dan pertanyaan yg da di atas…bisa saya jawab semua

    4lifetransferfactor.molekul-ajaib.com

  18. Saya pernah emosi juga gara-gara persyaratan tersebut. Waktu itu KTP saya sudah kadaluarsa/mati 5 hari, tetap aja ga bisa, pakai SIM ribet jadi lama banget,padahal saya ga mungkin seharian di bank karena ada kegiatan lain. Padahal sebelumnya kasirnya(tetangga saya) ga serumit ini. Itu pengalaman saya waktu masih single. Tapi sekarang sudah berkeluarga dan urusan keuangan sama-sama taulah.
    Pasti masing-masing individu punya pengalaman lain-lain yang dialami waktu di bank, khususnya dengan aturan ini. Bolehlah saling sharing. Terimakasih Om..

  19. Sy malah menyerahkan rekening atas nama saya sepenuhnya kepada istri, baik buku maupun kartu ATM-nya. Kalo sy pegang ATM sering ketelan, sering lupa pin hehe.. Kalo keluar kota baru minta kartu ATM

  20. Kalau saya sih sama sekali tidak tahu Om berapa tabungan ayah si Vay, memang dari awal kami sepakat untuk tidak saling mengetahui. Aneh mungkin ya.
    Tapi orang tua saya juga begitu, ada tabungan yang tidak diketahui masing-masing. Cuma kalau tabungan pensiun papi saya memang diketahui mami saya Om, karena bukunya dipegang. Dan kemarin juga begitu, waktu ke Bank bawa buku tabungan papi saya juga tidak diizinkan print, harus bawa surat kuasa. Yah namanya juga si Opung kakinya sakit dan susah jalan, jadi gak bisa bolak-balik ke bank. Tapi syukurnya pihak bank cukup kooperatif Om. Papi saya menunggu di mobil di parkiran dan mereka datan ke mobil membawakan buku.
    Yah mungkin peraturannya sekarang begitu ya.

  21. Saya teringat waktu mau reset pin ATM saya di sebuah bank lokal om,,,,harus ada KTP asli, buku ini, buku itu, kartu ini kartu itu,,,,ribet,,,kebetulan KTP saya ilang dan ndak boleh digantikan dengan SIM akhirnya tabungan saya harus mengendap sekian lama ndak bisa diambil sebelum ada KTP,,,,ribet dech pokonya,,,,

  22. Dulu semasa kerja sering nitip suami ngeprint buku tabungan klo pas nerima gaji, buat ngecek saldo terakhirnya. dulu mah gampang ga byk prosedur..
    tapi sekarang jarang ke bank lagi… tinggal ngecek pake internet banking az sudah clear semuanya.. abisnya ke counternya tambah ribet n sita banyak waktu, mesti nomor antrian lah bawa ktp lah bawa surat kuasa, dll
    kecuali bila perlu2 amat baru mesti ke bank.

  23. Kebijakan setiap bank berbeda…jadi kita harus bijak dalam mengelolah keuangan rumah tangga agar tidak salah kaprah dengan kebijakan bank yang bersangkutan..Saya sendiiri punya pengalaman ketika mau print buku sepupu saya di sebuah bank lalu bank tersebut meminta ktp orang yang bersangkutan lalu kebetulan saya dikasi ktp oleh sepupu saya untuk ngeprint buku tapi ternyata orang bank tersebut mengatakan bahwa harus orang yang namanya tertera dibuku tabungan yang datang sendiri untuk ngeprint bukunya…

  24. Setahu saya, dalam ilmu perencanaan keuangan pun, suami istri harus tahu kekayaan, jumlah tabungan, investasi yang dilakukan pasangannya. agar kalo terjadi hal – hal yang tidak diinginkan, misalnya salah satu pasangan meninggal. Maka yang masih hidup dapat mengurus berbagai macam keperluannya

  25. Ijin mau baca-baca om.Komentar dulu baru baca deh hehehe..Jadi trainer enak nih,banyak teman,banyak ilmu,dan saya yakin banyak penghasilan nih hehehe…Salam sukses selalu deh untuk THE ORDINARY TRAINER..makin jaya dan berkibar di 2016..

any comments sodara-sodara ?