BATU


.
Terus terang saya bingung memilih judul postingan kali ini.  Kita sebut saja judulnya Batu …  sekedar sebuah perlambang saja.

Begini …

Di dalam lingkungan pekerjaan … kehidupan di masyarakat … dan juga situasi-situasi sosial lainnya, sering kita jumpai ironi seperti yang akan saya ilustrasikan di bawah ini.

Ilustrasi pertama.
Ada seseorang … sebut saja namanya
FulanBerhasil membawa sebongkah besar Batu seberat 100 kilogramsejauh 50 kilometer … dalam waktu 1 hari.  Fulan melakukannya dengan segala tenaga … daya upaya dan ikhtiar … akal … ilmu … keringat … darah … korbanan yang tidak sedikit.  Sebuah pencapaian besar yang luar biasa sebetulnya.  Namun ironisnya … tidak banyak orang yang tau.  Tidak banyak orang mendengar.  Tidak banyak orang yang mengapresiasi pencapaian besar itu.  Lebih tepatnya adalah … orang tidak sadar akan hal ini.  Bahwa Fulan telah melakukan pekerjaan yang besar.

Sebaliknya … Ilustrasi kedua.
Ada seorang yang lain lagi … sebut saja namanya
Falun“Berhasil” membawa batu dengan jenis yang sama,  seberat 1 kilogram … sejauh 10 meter saja … dalam waktu 10 hari ...   Dan hebatnya … Semua orang histeris menyambut “keberhasilan” tersebut.  Semua orang tau ikhtiar yang telah dilakukannya tersebut.  Banyak orang membicarakannya.  Apresiasi dimana-mana.  Seakan sebuah pencapaian besar yang luar biasa … dan (seolah) sangat layak sekali untuk mendapatkan award penghargaan.

Sekali lagi ini hanya perumpamaan saja.  Saya berharap para pembaca mengerti intisari pesan di dalamnya.  Mudah-mudahan para pembaca mengerti apa yang saya maksud.  100 kilogram, 1 kilogram, 1 Kilometer, 50 kilometer, 1 hari … itu hanya perlambang saja.

Falun (tokoh di ilustrasi #2) berhasil memberi tahu semua orang.  Dengan kepiawaiannya, dia mampu mempengaruhi semua orang untuk percaya bahwa dia telah melakukan sebuah pekerjaan besar dengan pencapaian yang luar biasa.  Sebelum memulai pekerjaannya dia sudah aktif berbicara kemana-mana tentang rencana apa yang akan dilakukannya.  Di sepanjang perjalanan (yang hanya 10 meter itu) dia aktif “berkomunikasi” (tepatnya berpromosi) tentang apa yang sedang dia lakukan.  Plus disertai demonstrasi unjuk gigi … bagaimana dia beraksi membawa batu seberat 1 kilogram tersebut dengan berbagai macam pose.  Dan di akhir perjalanan dia pun membuat laporan dengan data dan informasi yang lengkap dan akurat serta tinjauan SWOT yang sangat analitis dan terstuktur sekali.  Laporan ini pun dia kemas dengan baik plus di CC kan sampai ke puncak penguasa tertinggi.  Kalau perlu copynya pun dia kirimkan ke divisi Humas.  Untuk disebar luaskan.

Ya … mungkin cerita saya terkesan agak dilebih-lebihkan … namun … saya rasa di banyak situasi nyata … entah di lingkungan sosial maupun di lingkungan pekerjaan … hal mirip seperti ini  sering kali terjadi.  Dan ini kenyataan …

Saya sama sekali tidak berkata bahwa FALUN melakukan hal yang salah FALUN sama sekali tidak salah.  Dia melakukan dan menceritakan sesuatu yang benar.  Bahwa memang dia telah mengangkat batu seberat 1 kilogram sejauh 10 meter.

FULAN apalagi … dia pun sama sekali tidak salah … dia pun sudah melakukan hal besar yang benar pula.

.

Masalahnya hanyalah terletak pada …
FALUN memastikan bahwa semua orang mengetahui apa yang dilakukannya …

sementara …

FULAN mungkin tetap berprinsip … “Rame ing gawe … sepi ing pamrih … !!!”

Kelihatannya memang ini  IRONIS … !!!
Adil atau tidak … itu saya serahkan pada penilaian para pembaca semuanya !

Tapi sekali lagi … someway … somehow … Ini kenyataan !!!

And … THAT’S LIFE !!!

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

26 tanggapan untuk “BATU”

  1. target :… dunia dalam genggaman, akhirat jadi tujuan… amiiinn…

    berharap kalopun ada penghargaan dari manusia, itu karena Allah yang membukakan mata mereka, bukan karena tujuan utama… insyaAllah…

    selamet hari Jumat Kek… 🙂

    1. sepakat dan sependapat dengan target Mpok Oyen, juga prinsip kerjanya.
      Ini renungan buat saya, Om. apakah saya termasuk seperti Fulan ataukah Falun, ataukah berganti-ganti karakter.

  2. Wah, banyak banget kejadian seperti itu, Om.. Karena ada orang yang suka bekerja diam-diam dan berfikir biarkan orang nanti tau sendiri. Ada lagi yang sebaliknya 🙂
    Diriku termasuk orang yang senang bekerja tanpa koar-koar 😀 makanya lambat naiknya..hahaha.. malah curcol..

    Salam hangat dari Bintan, Om. Semoga selalu sehat 🙂

  3. [nyengir..]
    [karena sudah seringkali jadi falun..]

    makasih sentilannya, om.
    selamat berakhir pekan bersama keluarga.

  4. Ngng.. Saya diajarkan sejak kecil mengenai tangan kanan memberi tangan kiri jangan sampai tahu. Tapi kemudian saya mulai berpendapat bahwa terkadang kita juga ‘musti’ memberitahu apa yang kita bisa lakukan. Bukan maksudnya menginspirasi orang lain, yang kayaknya untuk itu rada ‘sombong’ juga, ya.. Tapi untuk ‘meraih pundak’ orang-orang lain yang diluar sana bahwa mereka gak sendiri. Soalnya semakin dalam kita terlibat pada suatu kegiatan sosial, semakin kita tahu bahwa banyak orang yang merasa senasib, merasa kalau mereka kerja keras sendiri, tanpa banyak orang tahu (kecuali orang2 yang terlibat pada kegiatan yang sama). Dan saya tahu bahwa orang-orang ini, justru kebanyakan bukan orang yang memiliki kemampuan besar. Mereka melakukan apa yang mereka bisa. Dan senang banget rasanya kalau tahu ada orang lain yang sama2 merasakan naik-turun dan kadang pengen menyerah. Bahwa kita gak sendiri 🙂

  5. om enha…saya pernah menjadi si Falun…..tapi itu waktu masih muda…hehehehe. Sekarang mah…kita bekerja sebagai ibadah, mencari rizqi untuk menafkahi keluarga…cari yang halal dan sekuat tenaga mencegah yang haram. Bagi saya Fulan merupakan sosok sederhana…mau diakasih reward oleh manusia atau tidak dapat reward bukan urusannya…yang penting memberikan manfaat bagi orang2 sekelilingnya

  6. balik lagi kepada niatnya, bukan? ( dan hanya tuhan & si empunya niat yang benar2 tahu apa itu… ) keironisan seperti tersebut diatas seringkali kita ketahui dan seringkali pula kita maklumi, hehe…

  7. satujuuuuuuuuuuuuuuuuu
    inon sering menemukan tokoh seperti FALUN..
    bahkan di kelilingi oleh orang orang seperti itu,,
    kadang suka geregetan,,tapi ya akhirnya cengar cengir sendiri aja…
    biarlah para yang biasa biasa saja di apresiasi banyak orang,,
    dan kita yang sedikit diatas biasa bekerja diam-diamm, yang penting melakukan yang terbaik,,
    #nyengir

  8. Contoh kecilnya seperti lagu Iwak Peyek itu Om…
    Sebelum dinyanyikan oleh Trio Macan, lagu itu sudah hilir mudik dinyanyikan penyanyi lokal Jawa Timur dan juga diputar di radio lokal, tapi tak pernah nongol di TV Swasta Nasional
    Begitu dibawakan Trio Macan, se Indonesia jadi kenal semua, termasuk Pas SBY pastinya tau

  9. Sayangnya aku gak suka cara Falun. Karena aku punya teman seperti itu di kantor, apapun kegiatannya diumumkan di mana-mana di cc sampai tingkat dewa. Sementara pencapaiannya memang hanya 1 kg 10 m 1 hari. Berisik menurut saya!

    Dan sayangnya lagi. orang-orang begini diperhatikan Boss, beda dengan kita yang diam2 sing penting target tercapai 😦

    (curcol, Om 😛 )

  10. Semua kita kembalikan kepada niatnya apakah untuk ibadah atau untuk pamrih lain.
    Itulah hebatnya komunikasi, dia mampu mempengaruhi opini orang lain.

    Seorang sahabat pernah memberitahu saya ” Lik, bos tanya ” Siapa sih Cholik itu “, makanya kamu belum bisa pindah ”
    Saya bilang ” ya biar saja, saya kan memang gak pernah melongkok jendela kantor bos sambil teriak kenceng2 “selamat pagi,nDan ”

    Tapi akhirnya saya dapat juga.

    Salam hangat dari Surabaya

  11. Fulan dan Falun ada dalam keseharian kita, masing2 bekerja dengan strategi yang terencana, masing-masing mencapai target, marem dan tidak ada yang salah.
    Sstt batu marmer dan batu kalsit asalnya sama2 CaCO3, Dhimas (apa sih ini …. kan perlambang)
    Salam

  12. Kehebatan Falun hanya sesaat dan kelihatan sensasional, tapi tidak mempunyai dasar yang kuat. Saya yakin suatu saat fulan akan mendapatkan buah dari manisnya usaha yang dilakukannya…. 🙂

  13. setuju pak, apalagi di lingkungan pekerjaan saya juga banyak yang seperti itu, rame ing pamrih, sepi ing gawe! ugh jan nyebelin tenan orang2 seperti itu

  14. Betul sekali Om, banyak sekali yg begitu, dan kadang orang2 bertipe Falun inilah yg berada di jajaran pimpinan, membuat kiprah para Fulan (seperti) menghilang..

  15. Lakukan dengan niat baik, masing-masing nanti akan punya jatah masing-masing
    Tuhan sudah siapkan ladang yang tepat untuk setiap kita

any comments sodara-sodara ?