.
Tahun ini merupakan tahun kedelapan saya menggunakan moda transportasi kereta api (KRL) untuk pergi ke kantor. Saya bisa merasakan nikmatnya naik KRL AC eksekutif yang sangat kosong padahal kala pertama hanya 4 gerbong saja. Mulai banyak penumpangnya, gerbongnya bertambah jadi 6. Hingga akhirnya sekarang menjadi 8 gerbong.
Banyaknya peminat Roker (Rombongan kereta) bisa beberapa alasannya yakni dikomporin sama temennya (itu yang saya lakukan jika ada yang masih naik mobil ke kantor), cape dengan trafik jakarta yang makin hari makin ‘gila’, ingin coba-coba aja, dll. Menjadi Roker selama ini jadi bertambah teman terutama kalau naik di ruang masinis (waktu itu belum dilarang sih….hehehe) karena hampir setiap hari bertemu dengan orang-orang yang hampir sama.
PT KAI sebagai operator kereta terus berusaha meningkatkan pelayanannya dengan menambah kereta malam (jadwal: jam 9 dan 11 malam) dan hal ini sungguh sangat membantu apabila memang harus pulang malam karena urusan kantor maupun urusan kongkow dengan teman-teman. Track kereta (jalur Tanah Abang – Serpong) menjadi double tracks dan buat waktu tempuh jadi lebih cepat lagi. Pokoknya naik KRL itu benar-benar besar manfaatnya.
Namun sayang sekali kecepatan peningkatan pelayanan terhadap penumpang tidak sebanding dengan kecepatan animo masyarakat berganti moda transportasi. Tidak ada lagi ruang untuk menggerakkan anggota badan bahkan untuk masuk KRL sekalipun harus mendorongkan badan. Hampir tidak ada bedanya antara KRL Eksekutif, KRL AC Ekonomi maupun KRL ekonomi karena sama-sama FULL orang. Yang masih menjadi pembeda adalah AC (yang terkadang suka ga dingin) dan harga tiketnya.
Yang menjadi concern saya, mengapa para pengambil keputusan di bidang transportasi tidak sensitif melihat hal ini, perlahan tapi pasti pengguna KRL akan mencari moda lainnya yang lebih nyaman mis: Sepeda Motor. Mudah-mudahan saya tidak akan pindah ke lain hati, namun apabila terus-terusan Full desak2an dan tidak nyaman. Mimpinya pengguna KRL adalah nyaman dan tepat waktu (on schedule). Ngga neko-neko khan …mimpi mereka…seperti juga mimpinya saya.
Jakarta, 4 Januari 2011
—
Postingan ini ditulis oleh Penulis Tamu
Bapak Necky Effendi
Seorang karyawan swasta yang bergerak di bidang Telekomunikasi
Tinggal di Tangerang Selatan
(Kotamadya yang sama dengan saya)
Padahal naek kereta itu selain menyenangkan juga ramah lingkungan. Bayangkan jika semua orang nggak mau naek kereta dan lebih memilih sepeda motor, wah akan ada banyak asap2 baru. Tulisannya keren Pak, semoga dibaca sama para pengambil kebijakan bidang transportasi. Salam hangat buat Om NH dan Bapak Necky Effendi.
thx mas bro…semoga saja para pengambil keputusan punya mimpi yang sama…
Amin, semoga saja demikian. Meski kecil kemungkinannya, kita tetaplah berharap dan berdoa yang baik, kalau tidak mereka yang berkuasa sekarang mungkin yang akan datang.
tidak boleh berhenti bermimpi ya abi
Saya setuju dengan penulis, keinginan pengguna KRL adalah nyaman dan tepat waktu (on schedule). Saya baru jd pengguna KRL Bogor-Sudirman kurleb 2 minggu, dan rasanya kok ga jauh beda ya naek ac-eko sama yang ekpress….sama2 desak2an, kalo jadwal krl telat bisa sampe ke genjet2, hehehehe….
Saya yakin pengambil keputusan belum pernah merasakan naek krl seperti yang dialamin para penumpang, sehingga mereka terkesan masa bodoh.
wah emak azka….baru toh menjadi roker….sayang banget belum merasakan nikmatnya waktu kereta eksekutif masih lenggang dan bisa lari sprint kalau mau …dari gerbong depan sampai belakang….hehehehe…welcome to the mass transportation
he em, jadi roker biar seperti masyarakat jepang, hindari penggunaan kendaraan pribadi sesering mungkin
pak hafid…saya mah udh nyerah kalu ke kantor naik mobil pribadi….
ampun dije lah…pokoknya
beruntungnya saya karena tidak perlu ikut berdesakan di KRL untuk menjemput rejeki 🙂
semoga deh para petinggi di PT.KAI tersentuh hatinya (emang ada?) dan memberi perhatian sebagaimana mestinya agar para ROKER jangan sampai pindah ke lain hati 🙂
enaknya….ga perlu naik krl …bagi2 ilmunya menjemput rezeki tanpa perlu transportasi donk?
mesti beli e-booknya itu pak hihihi *tapi boong*
cuma satu ilmunya pak, namanya ilmu NEKAD aja 😀
berani Nekad apa nda hayoooo ……….
kalau memang jauh lebih bagus…kenapa tidak menjadi nekad??
Necky naik keretanya dari Pondok Ranji ya ?
( nuduh 🙂 )
kalau saja KIA bisa dan mau, untuk lebih memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengguna kereta api, sebenarnya sangat membantu masyarakat dlm beraktivitas.
Lihat saja, negara2 maju, mereka telah menggunakan kereta api (subway, metro) sebagai moda transportasi andalan bagi warganya .
salam
betul…betul…betul….koq tahu????….hehehehe…
saya yakin loh bun…kalau mereka keluar negeri minimal singapore aja…pernah merasakan nyamannya MRT di negara itu….hampir setiap 5 menit sekali datang, ga perlu lari2 ngejar kereta yang udah mulai jalan…kejadian 2 hari yg lalu di stasiun depok…gara2 ngejar kereta yang mau jalan harus meregang nyawa…hik…hik..hiks
Sayangnya ditempat saya nggak ada KRL…
Adanya cuman url
hahahaha…bisa aja nih mas marsudiyanto
kereta AC ekonomi yang gak penuh sesak cuma di gerbong khusus wanita . . .
Nyamar ja x yaahhh jadi bencong sapoooyy eikeehhh ?? hahahahaha
eyke…iuktan donk…bo….hihihihihi
eits..jangan salah pak, kalo jadwal kereta telat, bisa genjet2an juga looh. dan tenaga wanita bisa jauh lebih besar dan lebih ganas, hahahahaha….*pengalaman kegenjet sampe dada sesak hiks..*
Saya baru sekali naik Kereta api yaitu Palembang-Lampung untuk berlibur sama teman-teman saya,,,saya naik clas ekonomi,,karena harga yg murah,,maklum anak kost.. berdesak-desakan, sesak dan keringat,,..
Menurut saya sie,,KRL kita gak ada perkembangan,,,rel kerete yang udah lama banget,,,sehingga rawan kecelakaan..sehingga sebagian besar masyarakat tidak menyukai transportasi ini,,,
ngomongin rel kereta….hanya ada di indonesia yang panjang rel KA berkurang sementara di luar negeri nambah panjang kita nambah pendek teruss. Di P Sumatera, banyak sekali rel-rel peninggalan zaman Belanda yang semestinya bisa kita gunakan …..gimana mau nambah panjang merawat aja ga bisa …
ikutan ariasan ga dikereta pak? 😉
wah…emang ada??? ketinggalan nih ikut putaran berikutnya aja deh….hehehe
Saya belum pernah mencoba naik KRL di Jakarta karena di Malang atau Bali tak ada KRL, hehheheh
Tapi, menurut sahabat saya si Nyit2, heheh (piss Put) yang pecinta KA sering desak2an…tapi nggak pernah nanya KA apa yang dia naikin yah….
semestinya di kota lainnya sudah harus dimulai dan jangan nunggu padat dulu baru buat rel kereta…minimal pakai monorel deh….
Saya udah naek kereta dari tahun 2000
Dari kereta cuma 1500
Ada banyak cerita di kereta
Saya nemuin komunitas baru,sahabat
Belajar banyak tentang hidup
Naek kereta dengan berbagai posisi,,
Mulai dari gelantungan,, samppe berdiri di lokomotif
Perrnah jatuh dan di ketaewain orang
Tapi saya lebih suka naek kereta daripada angkott
Pak Necky naek dari sudirman juga
Sama wae dong kita,, naek yng jam brapa pak,,
wah ternyata kalah senior nih naik keretanya….awal2nya naik dari sudirman tapi karena sring masalah dari bogornya akhirnya beralih naik dari tanah abang. salam roker….usagi………hidup sailor moon….
usagi naek dari sudirman? sama dunks…*nyari kenalan roker :D*
Masa-masa naik KRL itu sudah lewat bagi saya karena jalur kerja saya berbeda. Jumlah KRL harusnya ditambah pada jam-jam sibuk antara jam setengah 6 pagi sampai jam 8, masak kebutuhan yang mendesak seperti itu hanya disediakan 3-4 rangkaian kereta saja, sudah pasti akan berdesak-desakan dan berebutan.
Harusnya disediakan 5-10 menit jeda kereta selanjutnya, sungguh nyaman banget kalau itu bisa terpenuhi
yah…udah lewat masa2 indah dengan KRL donk ….
hm.. semoga aja para pengambil keputusan itu bisa lebih sensitif Pak..
sehingga, mereka yg sudah naik KRL tidak tergoda naik kendaraan lain yg makin menambah kemacetan jakarta. amiiiiin.
semoga deh mbak anna….niat saya sih tidak mau berpaling tapi kalau pelayanan makin menurun tapi tiket malah naik….gimana donk?
sungguh postingan yg mewakili suara hati para pengguna KRL
saya sendiri pengguna KRL jakarta kota-stasiun depok.
pergi pagi pulang sore, kereta penuh dan desak-desakan.
entah itu di KRL ekonomi atau ekonomi AC.
saran saya, hendaknya pelayanan di KRL ditingkatkan, armada diperbanyak, sebagai penumpang saya rela membayar sedikit lebih mahal asal nyaman tepat waktu. harus diakui bahwa KRL adalah salah satu moda alternatip yg berkontribusi dalam mengurangi macet di kota jakarta.
Salam Roker pak……..padahal PT KAI itu sudah tahu permasalahannya karena ada milis KRL mania yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan…sayangnya….keanpa lama banget yah??? ga ada perubahan positif yang signifikan?
ngebanyangin ntar kalo dah suka naik KRL kan bisa kayak di jepang yahhh nyaman semua pada naik KRL. Gak macet kayak sekarang >_<
ga usah jauh2 ke Jepang……Singapore aja udah okeh banget ………
oiya,,,denger2 perkeretaapian itu selalu/sering merugi ya? Knp ya itu?
makanya sekarang untuk divisi jabodetabek….jadi anak perusahaan utk memisahkan jalur2 yg menguntungkan dengan jalur merugi…
Saya juga pengguna KRL AC Ekonomi dari pukul 17.30 WIB arah Jakarta dan kembali lagi dengan KRL AC Ekonomi (balik) dari Manggarai – Depok, pukul 20.30 WIB.
Selama satu setengah tahun sudah saya jalani, ternyata cukup nyaman dan tidak terlalu ramai atau berdesakan. Saya membeli karcis abonemen seharga Rp 155.000,- untuk satu bulan
Sayangnya kalau malam hari ketika naik di Manggarai, masih ada penjual asongan yang berjualan di kereta (walaupun peraturannya tidak mengizinkan).
namanya juga usaha pak…….selama tidak mengganggu sih buat saya pribadi ga jadi masalah….yg bikin sebel kalau lagi naik kereta ekonomi….udah penuh dan padat itu pkl mondar mandir terusssss….nah yang ini mesti dikeplak kepalanya,,,,….hehehehe
KRL AC Ekonomi sebenarnya sudah bagus (hanya permulaan saja) namun mungkin nasibnya juga akan sama dengan kereta-kereta yang lain, dimana hanya keuntungan semata yang dipikirkan bagi para pengelolanya. Namun seiring berjalannya waktu para pengelola tidak memikirkan nasib para penumpang yang rela mengeluarkan uang hanya untuk dapat menikmati fasilitas tersebut, karena semakin kurangnya kontrol atau pengawasan terhadap KRL-KRL tersebut.
setujuuuuuuuuuu…..plis gimana lagi caranya biar jadi lebih baik…….?
..
naek kereta emang enak pak, karena gak kena lampu merah.. ^^
..
udh ga ada lampu merah…kalau listrik mati ga bikin macet…malah krl bisa istirahat aka….”perjalanan anda dibatalkan”…..hiks…hiks….hiks
bennnerr bgt mas…
saya baru ngerasain nae kereta selama seminggu.. di segi waktu seh enak bgt, cepaaaaattt nyampe.. tapi dr segi penumpangnya, ya Allah, sempit2an, jubel2an, ampe ga bisa gerak..
padahal saya baru aja menjadikan Kereta salah satu alternatif pergi ke kantor dgn tepat waktu.. dgn tinggal di sawangan, dan kerja di tomang, kayanya itu sangat membantu sekali.. jarak tempuh bisa di pangkas dgn waktu singkat, tapi kadang ga nahan sempit2annya itu, ga jauh beda dgn KRL AC.. 😦
yaaahh.. semoga pemerintah kita lebih peka ya mas.. Amin!!
udah sempit2….masih banyak yang duduk pake kursi tambahan di pintu yah? makin sempit lagi tuh……..soal waktunya ga ada yang bisa bantah…dee….it’s so clear…tp kepentingan ‘lain’ bikin KRL ga bisa meningkatkan pelayanannya
Semoga ada solusi yang dapat membuat penumpang lebih nyaman 🙂
Saya belum pernah naik kereta sih, jadi cuma bisa membayangkannya saja 🙂
habis kak akin jauh sih,,……kalo mampir ke jakarta…..cobain naik KRL lah… maknyus lah pokoknya….qeqeqeqeq
kalo menerut sya alternatifnya adalah kita harus membeli salah satu gerbong keereta api.agar tidak berdesak desakan . . 😀
ikutan nyawernya ya bro…..hehehe
Ngomongin transportasi umum, saya jadi iri dengan negara tetangga yang sudah memiliki transportasi yg jauh lebih baik dari kita.
setuju 200% persen bro……saat ini masih bisa cuma bermimpi deh
Om..seumur hidup aku baru sekali naik kereta itupun KRD kiaracondong-padalarang hehhe..uji coba ngajak anak biar tau rasanya naik kereta..
Takut om..Kbayang deh ..ngeri..!!
naik parahyangan donk…….oops…udh ga ada yah??…..
Moga mimpi2 para Roker bisa terwujud ya pak…. 🙂
Mimpi…adalah kunci….untuk kita semua……(lagunya Laskar Pelangi….by Nidji)
Sayapenggila kereta api, dulu saya sempat nglegakke naek kreta api bolak balik dari semarang-bandung-surabaya-jogja..ya endak kemana2..cuman naek kreta, trus nunggu kreta lagi, ke kota selanjutnya, mbeli tiket, trus naek lagi..ehehehe 😀
top markotob……..ini yang namanya Crazy Train……alias Penggila Kereta….
Eh, pertama kali pikir nih cerita dari Om NH18… 😀
Ternyata penulis tamu toh…
Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…
betul…betul…betulll
pernah pengen nyoba naik kereta untuk pulang ke rumah, tapi dilarang sama teman2 yang lain
“jangan bu, desak2an”, nanti sustagen (yang biasa naik kereta mah tau lah artinya)
jadinya sampai sekarang nggak pernah naik krl untuk berangkat dan pulang kerja
wah kebalikan dari saya tuh bu…..saya malah udah berhasil ngomporin temen2 dan saudara2 untuk mencobanya. Tapi yah terserah aja sih…….kalau berdesakkan memang betul…kalau mau nyaman sudah ada gerbong KKW koq…Kereta Khusus Wanita….
sekedar berkunjung sambil blog walking aja
pete KAI seharusnya pemain tunggal BUMN kereta api,tp sayang sekali tdk maksimal, pemain monopoli yg kurang terampil 😀
hanya ada di Indonesia perusahaan yang monopoli tapi merugi…..
untung saya tinggal di kota kecil , gak perlu mikir desakan di kereta… 🙂 seharusnya ada peningkatan pelayanan biar naik keret ac maupun ekonomi bisa nyaman
enaknya tinggal di kota kecil……
Semoga peningkatan seperti nyang ditulisken di atas bisa dibaca dan ditindaklanjuti oleh yang berwenang ya pak.
amin pak….semoga saja…….mari terus berharap
apalagi yang jurusan bogor jakarta pak hahay udah segimana semrawutnya tuh 😀
iya bener kang ian…teman2 jalur depok/bogor lebih ga enak lagi dan semrawut dengan jadualnya….turut prihatin lah
KRL? weleh.weleh.. jadi ingat kena denda Rp10.000,00 di atas gerbong, karena salah naik kereta. Tujuannya benar, tapi salah jadwal. Ga ada jadwalnya di karcisnya 😀
asal beli karcis suplisi/denda sih berarti emang aturannya gitu dan itu ga lari ke personal pak.
Kepekaan..kepekaan…. sekali lagi kepekaan. Ini yang memang harus ditingkatkan. Jangan menganggap penumpang itu obyek pencarian uang belaka. Service harus ditingkatkan khususnya keamanan dan kenyamanan.
Saya dulu pernah menjadi warga PJKA ( Pulang Jum’at Kembali Ahad) saat dinas di Merdeka Barat 13. WC KA agak kurang terpelihara kebersihannya. Seharusnya petugas kebersihan KA sering2 menengok WC, maklum yang empunya hajat kadang juga seenaknya, tissue bekas harusnya dibuang secara benar agar tidak pathing klawer disekitar toilet, misalnya.
Saya memang belum pernah naik KRL, tetapi jika selalu berjubel begitu ya terasa tidak nyaman dan mungkin juga agak was-was, takut dompet amblas.
Kepekaan..kepekaan..sekali lagi kepekaan….agar KA bisa jadi primadona transportasi di Indonesia yang harga karcisnya masuk akal, nyaman,aman dan euenak pwol.
Salam hangat dari Surabaya
pak de….sebaiknya apa yang harus lakukan untuk pimpinan kita memiliki kepekaan ???
Naik kereata api lebih nyaman sebenarnya.
kalau aja pemegang keputusan lebih pro pelayanan…alangkah nikmatnya tuh.
untuk urusan kerja belum pernah make KRL pak..
ndak sanggupd ech desek desekannya..
pernah sekali make tapi ambil pas pulang,lah ini bisa masuk tapi ndak bisa turun,saking penuhnya 😀
tapi over all selalu menyenangkan naik kreta..
terlebih sekarang ada kreta khusus perempuan 🙂
kalau baru2 emang gitu…lama kelamaan akhirnya terbiasa…penuh dan desak2an bukan menjadi halangan kecuali listrik mati atau rel kereta nya banjir….