KELUARGA CEMARA


Awal tahun 2019, saya berkesempatan untuk menonton film keluarga yang banyak dibicarakan orang ini.

Keluarga Cemara diangkat dari serial sinetron televisi ternama yang sempat booming beberapa tahun yang lalu.  Cerita ini ditulis oleh Arswendo Atmowiloto.  Sinetron tersebut banyak mencuri perhatian khalayak penonton karena kisahnya yang sangat membumi dan penuh petuah-petuah yang baik.

Seingat saya, karena sinetron ini disukai, masa penayangannya pun sangat lama dan bahkan sempat mengalami vakum lalu dilanjut kembali (mohon dikoreksi kalau saya salah ingat).  (dari sumber Wikipedia, sinetron ini mulai diproduksi 1996, dan berakhir 2005)

Pemeran “Emak” pun sempat mengalami pergantian beberapa kali.

Berangkat dari keberhasilan tersebut, sinetron ini lantas diangkat ke layar lebar, dan ditayangkan tahun 2019 ini.  Pemerannya tentu saja sudah berbeda.  Disutradarai oleh Yandi Laurens.  Saya tidak sadar tenyata pada tahun 2012 saya pernah menulis tentang karya sutradara ini.  Sebuah film pendek berjudul WAN AN yang memenangkan banyak penghargaan internasional.  Rupanya sutradara ini punya potensi untuk menjadi sutradara film yang baik.

Dan memang film Keluarga Cemara ini sangat baik untuk ditonton semua umur.

Ceritanya masih tentang sebuah keluarga kecil yang dulunya hidup di kota dan cukup berada, namun karena terkena kasus penipuan, keluarga ini harus menerima akibatnya.  Mendadak miskin.  Mereka mendadak tidak punya apa-apa dan harus pindah ke rumah sederhana yang ada di desa.  Bukan saja rumahnya yang sederhana, gaya hidup mereka pun harus disesuaikan.  Dari sinilah konflik demi konflik terbangun.  Ada banyak pelajaran-pelajaran berharga bisa kita dapatkan dari bagaimana mereka melewati konflik-konfilk tersebut secara bersama-sama.

Saya bukan ahlinya untuk menilai akting para aktor dan aktris yang bermain di film ini.  Ringgo Agus Rahman sebagai Abah, Nirina Zubir sebagai emak sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya.  Mereka total memainkan peran masing-masing.

Di samping mereka, ada tiga pemeran lain yang mencuri perhatian saya (dan juga penonton)

1. Widuri Sasono
Berperan sebagai Ara … sentral dari film ini.  Widuri sebagai pemain cilik pendatang baru, banyak mendapat pujian dari para penonton.  Kebetulan saya mengikuti akun media sosial milik keluarga Widuri yaitu The Sasono’s Family.  Saya lihat ada banyak netizen yang memuji permainan Widuri di sana.  Widuri adalah anak ke dua pasangan artis Dwi Sasono dan Widi Mulia.  Mungkin darah seni dari kedua orang tuanya inilah yang mengalir deras ke Widuri.

2. Asri Welas
Asri Welas memang hanya pemeran pembantu.  Namun penampilannya selalu mencuri perhatian saya.  Dulu dia juga pernah tampil sukses kocak dalam film “Cek Toko Sebelah”.  Kini Asri mengulang kesuksesan tersebut, berperan sebagai Ceu Salmah sang “Loan Lady” (alias tukang kredit).  Asri bermain sangat menghibur dan menghayati perannya.  Ini yang membuat film ini tidak banjir air mata semata, namun sesekali dibumbui tawa pecah karena dialog dan aksi kocak dari Asri.

3. Adhisty Zara
Zara JKT48 sangat mencuri perhatian saya.  Zara berperan sebagai Euis, anak sulung Abah dan Emak.  Menurut saya akting Zara di film ini sangat luar biasa.  Dia berhasil memerankan seorang anak pra remaja usia SMP, yang sedang labil.  Tertimpa “Cultural Shock”.  Penuh konflik batin.  Galau antara ikut bergaya bersama teman-teman dancenya waktu di SMP kota yang gaul.  Lalu harus menyesuaikan diri dengan pergaulan teman baru anak-anak SMP Swasta sederhana di pinggiran Bogor.  Belum lagi dia harus manut apa kata orang tuanya.  Menekan rasa malunya untuk berjualan opak di sekolah, rela ulang tahunnya dilupakan, memotong rambut panjangnya dan sebagainya.  Seluruh konflik batin tersebut dilalap habis oleh Zara.  Zara bermain sangat natural.

Menurut saya … Zara lah bintang yang bersinar di film ini.

Semoga akan ada banyak film keluarga lain yang dibuat di negeri ini.

Aku cinta, Semua cinta … buatan Indonesiaaaa … (lho kok jadi nyanyi saya)

 

Salam saya

.

.

.

.

 

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

12 tanggapan untuk “KELUARGA CEMARA”

  1. Hadeuh ini beberapa teman blogger menulis film ini. Tadi saya mampir di blognya mbak Nita diatas, nulis film ini juga.

    Sedih Om kalo ada yang nulis ttg film. Saya harus ke Bogor kalau ingin menonton di bioskop. Soalnya sekarang gak ada 1 bioskop pun di Sukabumi. Dulu mah ada sampai 7 bioskop disini.

    Jadi yaitu, sementara saya masih mengenang keluarga Cemara lewat serialnya dulu yang saya tonton di tv.

    Salam.

  2. Saya sempat nonton nih min. Memang kisah nya sangat menginspirasi sekali dan banyak amanah yang di sampaikan. Benar-benar real film keluarga banget ya.

any comments sodara-sodara ?