TELEPON DUDUK SAKTI


.

Telepon duduk adalah istilah saya untuk menamakan telepon meja atau telepon yang dikelola oleh PT Telkom.  Telepon yang bukan telepon genggam.  Banyak juga yang bilang telepon rumah.

Ada apa dengan telepon duduk ? Telepon duduk sakti pula ?

Ini berkaitan dengan membuka rekening tabungan di bank.  I tell you sodara-sodara … telepon duduk itu sakti sekali.

Begini ceritanya …

.

Sakti pertama.
Beberapa tahun yang lalu, saya membuka rekening di sebuah bank swasta terbesar di Indonesia.  Sependek pengetahuan saya, jika ingin membuka rekening tabungan ini maka kita akan diarahkan untuk membuka rekening di bank yang lokasi kantor cabang pembantunya paling dekat dengan rumah kita.  Jadilah suatu hari, saya datang ke kantor cabang pembantu 200 meter dari perumahan saya.  Saya sampaikan maksud saya disana.  Sambil memberikan KTP saya.  Saya mengisi formulir.  Si mbak customer service lantas memeriksa dokumen saya.  Mencocokkan nomer KTP dan sebagainya.  Sampai pada satu kolom isian, si mbak pun bertanya …

“Ini nomer telepon rumahnya kok tidak diisi pak, boleh diisi dulu pak ?”

“Saya nggak punya nomer telepon Telkom mbak ?”

Ya, saya berkata yang sebenarnya.  Saya memang tidak punya telepon rumah, nomer telepon dari PT Telkom.  Belum dipasang.  Kami merasa, dengan adanya telepon genggam, kami sekeluarga masih bisa survive tanpa telepon rumah.

“Wah kalau begitu, KTP saja tidak cukup pak.  Mesti memakai KK juga ini”

Waduh … ? KTP tak cukup ? mesti memakai KK ? Padahal kan KTP itu turunan dari KK.  Dan saya ini kepala keluarganya lho ?

Namun apapun argumennya, saya tetap tidak bisa membuka rekening tabungan di KCP yang berjarak hanya 200 meter dari rumah saya itu, tanpa KK.

Akhirnya saya pun harus pulang dulu ke rumah (yang tidak punya telepon Telkom itu), mengambil KK dan balik lagi ke KCP tersebut.  Alhamdulillah rekening akhirnya jadi (tapi pake bolak balik dulu ke rumah)(untung jaraknya cuma 200 meteran).

Tanpa telepon duduk, repot urusan.  Anda tidak bisa buka rekening hanya dengan KTP.

.

Sakti kedua
Masih tentang pembukaan rekening tabungan juga.  Tapi kali ini di bank BUMN.  Bank BUMN terbesar di negeri ini saya rasa.  Terjadi kurang lebih setahun yang lalu.

Sama prosesnya.  Saya datang ke KCP bank tersebut.  Jaraknya juga kira-kira 200 an meter dari perumahan tempat saya.  Letaknya memang berseberangan dengan bank swasta yang pertama tadi.  Saya isi formulirnya sampai selesai, lalu saya serahkan ke customer service.  Dan pertanyaan yang sama pun keluar dari si Ibu : (yang jaga ibu-ibu … bukan mbak …)(maklum BUMN hehehe)

“Ini nomer telepon rumahnya kok tidak diisi pak, boleh diisi dulu pak ?”

and yes … saya pun menjawab dengan jawaban standart saya …

“Saya nggak punya nomer telepon Telkom Bu ?”

Oh kalau begitu mohon dituliskan nomer Telkom dari kerabat atau saudara yang bisa dihubungi.  Lalu saya berikanlah nomer telepon ibu saya di Senayan.  Si Ibu itu pun menelpon ibu saya.  Cross check rupanya. Apa kenal yang namanya N.Hernanto atau tidak ? Ada hubungan keluarga tidak ? dst dst dst.  Saya merasa seperti orang yang duduk di kursi pesakitan waktu itu.  Hahaha … (ah itu hanya perasaan dik Nanang saja).

Setelah menelpon ibu saya … rekening tabungan pun akhirnya bisa saya dapatkan.

Tanpa telepon duduk, anda baru bisa membuka rekening tabungan kalau bisa menyebutkan saudara dekat yang punya nomer telepon duduk.

Saya membatin dalam hati … hhmmm begitu pentingnya kah mempunyai telepon duduk dari PT Telkom ya ?  Padahal (sekali lagi) saya membuka rekening itu di bank-bank yang lokasinya hanya 200 meter dari perumahan saya.  Dua ratus meter belaka saja sodara-sodara …

Dan FYI kami sudah tinggal di daerah ini lebih lama … jaaaaauuuhhhh sebelum mereka membuka kantor cabang disini ! (emangnya kenapa Om kalo lebih lama tinggal disini ? jadi Om preman sini nih ceritanya ?)(qiqiqiqi)

Saya sepenuhnya mengerti, bahwa langkah-langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi penyalah-gunaan rekening tabungan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.  Untuk menipu dan yang sejenisnya.  Pasti para pembaca pernah membaca SMS penipuan yang menyertakan nomer rekening dengan nama fiktif deh ? ya kan ?

Rupanya ini solusi seleksi yang mereka ambil.  Tanyakan nomer telepon rumah.  Nomer telepon duduk.  Dengan demikian resiko penyalah gunaan bisa diperkecil, karena dianggap lebih mudah dilacak jika nanti terjadi “apa-apa”.

.

Pembaca pun pasti akan bertanya … Jadi gimana Om ? mau pasang telepon duduk ?
Mmmmmm … nanti dulu deh.  Aku pikir-pikir dulu … 🙂
Dan sampai sekarang pun kami masih belum punya telepon duduk. Telepon rumah. Telepon Telkom.

(om-om tengil … seperti biasa)

BTW.
Apa para pembaca ada yang punya pengalaman serupa dengan saya tak ?
Apa para pembaca ada yang tidak punya telepon duduk juga di rumah ? seperti saya ?
Cerita-cerita yaa … !

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

77 tanggapan untuk “TELEPON DUDUK SAKTI”

  1. kalo saya di KCP deket rumah disuruh pake KK n KTP trus karna KK KTP ny beda kota, suruh pke KTM atau SK Kerja di Kota yg sama dg KCP.
    akhirnya buka di KCP bank yg sama, agak jauh. tp gak minta KK. SK kerja jg potokopian aja. gak ditanyain telpon duduk tuh om. padahal punya

  2. Hahaha.. Jadi inget pengalamanku di negeri orang malah om… Samaaaa… Telp rumah adalah semacam jaminan kalau kita beneran residence di alamat tsb… Mulai dari rek bank, daftar regie ( untuk sewa rumah), sampai urusan beli mobil et asuransi… Ribet, tapi SOP.. Jadi harus dipenuhi deeeh..

    1. hahaha …
      kok bisa ya …
      tapi mungkin data alamatnya masih ada … sehingga mereka ok-ok saja walaupun telepon tersebut sudah mati

      salam saya Pak De

  3. Lha apalagi aku om, yang kontraktor alias kontrak sana sini. Mana mungkin punya telepon duduk? Tapi kok aneh ya aturan sekarang harus punya telepon duduk, padahal mau nitip duit, bukannya mau utang.
    Tapi beberapa bulan lalu saya buka tabungan aman2 aja tuh, nggak dimintai no telepon duduk, cuma KTP dan uang 500rb seperti jaman dulu.

    1. Sepertinya ini tergantung wilayahnya mbak … ada yang perlu pakai ada yang tidak.
      Ini untuk pengamanan. Sebab kalau nomer HP itu sering berubah-ubah. apalagi kartu perdana murah meriah banyak …
      Mereka perlu sesuatu yang pasti sepertinya

      salam saya Mbak

    1. Ini ternyata (setelah membaca komen dari teman-teman lain) tergantung kebijakan kantor cabang/regionalnya masing-masing
      ada yang wajib ada yang tidak perlu. Tergantung wilayahnya ternyata

      salam saya

    1. Iya Miss …
      Sampe segitunya di daerah saya … di pinggiran Jakarta
      Setelah membaca komentar teman-teman. Ternyata setiap area berbeda-beda kebijakannya. ada yang mewajibkan ada yang tidak

      salam saya Miss

  4. saya juga punya rekening di bank BUMN itu, tapi tidak pernah tuh om, ditanya berapa nomer telepon duduk saya. saya pakai nomer handphone waktu buka rekening itu 🙂

    1. Ya … banyak orang sekarang yang lebih mengandalkan HP.
      mungkin nggak mesti harus manggil-manggil ya … Kalo telepon rumah kan, kalau yang angkat orang lain, mesti manggil-manggil dulu

      salam saya Mbak Muna

  5. saya juga mengalami hal yang sama dengan dua hal yang dialami diatas Om,
    dulu sempat bela-belain punya telpon duduk ini, ga pernah dipakai, cuma bayar biaya bebannya aja setiap bulan. akhirnya sekarang saya tak mempunyai telpon duduk ini lagi.

    1. Apa Kabar Uni YSalma
      Ya … salah satu sebab mengapa kami belum memasang telpon duduk, karena kami takut tidak terpakai. dan hanya membayar abonemennya saja tiap bulan. Kan sayang

      salam saya Uni

  6. kami di puskes juga lebih suka nanya no telp duduk,
    no telpon jitu untuk menghubungi pasien untuk jaga2 kalau salah obat
    krn kl dikasih no hp aja, mereka sering banget ganti nomor

    1. Iya ya Kak …
      Ini juga mungkin salah satu sebabnya. Telpon duduk itu lebih “menetap” dan pasti. Kalau telpon HP itu suka ganti-ganti.

      Salam saya Kak

  7. blm pernah kl dihubungkan sm telpon duduk, Om. Paling dulu pas saya mau bikin rekening, ada salah satu bank swasta terbesar yang minta saya untuk buka rekening sesuai domisili di KTP. Dan itu lokasinya jauh banget. Sementara ada bank lain yang buka rekening deket rumah juga gak apa-apa. Saya gak mengerti kenapa kebijakan tiap bank berbeda-beda.

    Tentang kebijakan punya telpin duduk setelah baca di postingan ini bisa saya mengerti juga, sih. Karena banyak pengguna telpon selular yang mungkin nomornya gonta-ganti. Jadi, kalau sewaktu-waktu dibutuhkan susah dilacak. Cuma, kita sebagai user kadang udah nyaris gak pernah pakai telpon duduk, ya, Om. 🙂

    1. Ya itulah Chi …
      Memang bagi mereka, pihak bank menjadi sangat dilematis … nomer perdana yang banyak dijual membuat orang bisa berganti-ganti nomer telpon tiga kali sehari … sehingga bisa digunakan untuk hal yang tidak sepatutnya.

      Mereka harus melipat gandakan kewaspadaan

      Salam saya Chi

  8. “Akhirnya saya pun harus pulang dulu ke rumah (yang tidak punya telepon Telkom itu)….” Haha, ngakak baca kalimat ini, ixixix. Saya pun tak punya nomor telepon duduk Om. Nomor ponsel saja sudah cukup banyak haha.

    saya juga pernah buka rekening di Bogor, tapi belum ditanya soal nomor telepon Telkom. Paling mentok dimintain KK. Saya bayangkan mungkin kali lain calon nasabah akan dimintai nomor kontak Pak RT setempat sebagai tanda bahwa ia betul-betul tinggal di alamat yang tercantum dalam formulir. Hehe

    1. ya … kita bisa mengerti mengapa mereka sampai “parno” seperti itu …
      supaya identitas nasabah jelas … sejelas-jelasnya hehehehe

      salam saya Om Bel

  9. Ceritanya lucu Om hehe
    Kalau saya dr jaman duluu selalu punya telepon duduk, karena belum sanggup beli hp 😀

    Dan setiap pindah rumah, selalu sudah ada telp duduknya, cuma tinggal laporan kalau no lama dipindah ke alamat yg baru.
    Jd meskipun sekarang sudah bisa beli Hp, teteep punya tlp duduk, malah kangen pengen punya yg diputer2 kaya jaman bareto… 😀

    Selamat berhari Minggu Om…

    1. Hahaha …
      Yang di puter-puter itu lebih klasik ya … lebih vintage …
      bunyinya juga … serrrr … seerrrr … seerrr …

      Salam saya Neng

  10. Haha. Sama, Om. Kalau saya, kaitannya sama pembuatan kartu kredit. Gak pernah bisa lolos karena gak ada mencantumkan nomor telepon rumah. Bahkan keluarga pun tidak ada yang punya nomor telepon rumah. Semua sudah serba selular.

    Pernah mau coba pasang untuk di rumah, tapi malah repot. Telkomnya bilang gak ada saluran lagi untuk daerah rumah saya, musti nunggu bla bla bla. Gak bisa buka saluran baru. Ah, dunia sudah serba canggih, tetap saja harus “punya” telepon rumah, ya? Apa e-KTP saja belum cukup? 😀

    1. HHmmm …
      Iya ini satu lagi nih … pembuatan kartu kredit.
      Rupanya mereka benar-benar ingin menjaga keamanan … atau mengelola “risk management” nya dengan ketat …

      Salam saya Mas

  11. hahaha jaman gini kok masih dimasalahin sih kalo gak punya telpon rumah. 😛
    kita disini juga gak pasang telpon rumah. ya pake HP aja kan udah cukup ya.. 😀
    untungnya disini sih gak pernah dimasalahin kalo gak punya telpon rumah (landline).

    1. Iya …
      Mungkin kalau punya telepon rumah / duduk … itu sifatnya lebih stasioner
      lebih mudah dilacak kalau ada apa-apa

      Salam saya Om Arman

  12. Bank bumn tellernya ibu2, hihi…ktauan ya om jabatannya ga naik naik…ups…

    Kalau soal ditanyaa no telp rumah sy pikir tadinya bank bumn aja tau ya swasta jg demikian. Ya…
    Brarti mmg untuk keamanan bagi bank, bukan seperti ingin memajukan sesama bumn ya om…

    Salam saya om nh

    1. Yang saya alami demikian Pu …
      Saya rasa ini tidak ada hubungannya dengan ingin memajukan sesama BUMN. Ini murni tentang alasan keamanan …
      Telepon duduk itu lebih stasioner .. lebih menetap … jadi mudah untuk melacaknya

      salam saya Pu

    1. Iya …
      Saya lihat dari komen kawan-kawan, ternyata kebijakan dari satu daerah ke daerah yang lain berbeda-beda. Ada yang harus pakai … ada yang tidak

      salam saya

  13. Iya Om, itulah anehnya. Gegara data telepon duduk ini, tahun 2007 dulu saya sampai seminggu lembur dan sabtu minggu masuk mengisikan data teleponduduk. Kalo ada nomor HP nasabah kudu ditelepon dan ditanyakan nomor telepon duduknya. Kalo kata orang risk management pusat telepon duduk ini penting sekali biar nanti nasabah gak kabur kalo punya utang. Lah jadi bingung sendiri deh kalo kayak gitu. Pernah sampe meeting malem-malem ngebahas telepon duduk ini Om.Gak ketemu juga solusinya. Akhirnya kalo gak punya ya diisi nomor HPnya saja. Disamain gitumaksudnya Om..

    1. Aaahhh … Terima kasih Dan informasinya
      Sebagai orang Bank tentu tau betul mekanisme yang terjadi di belakang meja sana …
      tapi yang jelas … ini adalah salah satu upaya “Risk Management”. Mengelola resiko. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyalah gunaan atau kerugian

      Sekali lagi terima kasih infonya Dan

      Salam saya

  14. Emang repot ya om kalau urusan sama bank….
    Tapi kalai telepon rumah aku suka ga jalan gara gara kabel nya putus sama anak anak yang suka main layangan….hahaahaa
    Jadi curhat gini…. 🙂

    Salam hangat om…

    1. Tapi kita bisa mengerti mengapa mereka bertindak seperti itu
      mereka menjaga dari hal penyalah gunaan rekening untuk kegiatan yang melanggar hukum

      salam saya Riz

  15. mungkin bank2 itu bekerjasama dengan pt telkom ya pah? *mungkin*
    aku juga kemaren gitu mau buka rekening bank mandiri kudu ngasi no telpon duduk keluarga
    trus pas mau buka rekening di bank lain dia minta juga no telp duduk, aku bilang aja ya udah gak usah buka kalo musti pake no telpon itu
    ehhh dia ngejer2 aku lagi bilang gak apa2 deh bu gak pake no telpon itu :p

    1. Saya rasa tidak Jul …
      Ini semata karena alasan keamanan
      Telfon duduk / rumah lebih stationer … menetap …
      sehingga lebih mudah melacak kalau ada apa-apa

      salam saya Kajol

  16. Benul eh betul banget Om, si telepon duduk alias telepon rumah emang sakti banget, saya juga punya kendala demikian waktu di Bandung. alhamdulillah sekarang di Cianjur rumah saya sudah dipasangi telepon rumah sejak saya SMP dulu, walaupun rumah ini sudah jadi milik saya sekarang, tapi yang bayar biaya bulanannya kakak saya, baik banget ya beliau :), dannn struk pembayaran dan no telepon rumah ini sakti juga, bisa dipake buat mengajukan pinjaman dana ke bank, *soalnya petugasnya minta sih! 🙂

  17. Nah karena itu lah OM, saya telpon rumah tetap ada tapi hanya bayar abodemen saja. Apalagi sejak pesawat telpnya rusak jadi sama sekali tidak pernah digunakan. Jaga-jaga kalau ada keperluan dengan pihak bank

    1. Belum pernah mendapat informasi mengenai boleh atau tidaknya menggunakan nomer stationer dari flexi atau provider lain untuk membuka rekening di Bank
      (BTW Flexi masih ada ya ?)

      Salam saya

  18. saya punya om….dan baru tau pentingnya telp rumah itu saat buka rekening dari cerita om ini…kalau untuk pesan taksi, biasanya sebutin no telp rumah, alamatnya otomatis dia sebutin Om,,,,,

  19. Di Jogja belum diberlakukan yang seperti itu, Om..
    Untuk keperluan toko online kami yang baru, istri saya membuka rekening di 1 bank swasta dan 3 bank bumn. Sama sekali tidak ada tuh ditanyakan nomer telpon duduk. Barangkali Jogja masih dianggap “aman” untuk rekening palsu ya Om.. 🙂

  20. Untuk urusan buka rekening sih nggak masalah, Om. Tahun lalu baru buka rekening juga. Waktu itu saya tanya: “telpon rumah harus diisi ya, Mbak?” (yang jaga Mbak-mbak, Om. Bukan ibu-ibu #infopenting)
    “Nomor hp aja juga nggak papa, Mbak. Yang penting bisa dihubungi…” gitu jawabnya Om. Sayapun dengan bahagia melanjutkan ngisi pormulir. Padahal saya punya kok telpon duduk sakti itu, Om. Cuma malas aja. Soalnya kami ada di rumah cuman malam hari, percuma juga ngisi nomor telpon duduk. Coz mereka nggak mungkin nelpon malam-malam. Ya kan, Om…

    Nah.. kalo mau beli tiket pesawat online, baru nggak bisa Om. Musti isi nomor telpon duduk. Biasanya saya pakai nomor telpon kantor aja.. 😀

  21. Kalau pengalaman saya malah tidak pernah ribet, malah saya pernah buat rekening 2 x tanpa dicantumin?????kenapa ya

    Salam

  22. Kebetulan aku masang spidi pak, walhasil punya telefun duduk. Etapi sebelum ada spidi di dunia ini, diriku sudah masang telfun sih, tepatnya pas tahun 1994. Waktu itu bapakku butuh sih. Dan di zaman serba henfun saat ini, telfun rumah yg makek cuma ibuk doang. Soalnya ibuk gak mudeng megang hape haha..

  23. samaan dengan pakde cholik, saya tetep ngisi nomor telepon rumah.. tapi semenjak smua anggota keluarga punya hp telpon rumah sudah berenti berdering hehehheheehhe

  24. buka rek bank sudah lama, waktu itu boleh pake no hp saja… tapi…. waktu daftar mo jadi pelanggan di rental DVD/buku, harus kasi no telp duduk 😀 … ya, trik nya sama deh dengan pakde cholik, cantumin aja no rumah yg sudah alm, plus no hp… kalo mereka beneran ngecek kan pasti telp ke no hp juga 😉 (ga yakin juga sih mereka ngecek… biasanya malah sms-an doang unt urusan pinjam meminjam…)… salam kenal oom nh18

  25. Saya punya, Om. Tapi gak punya pesawat telponnya. So tiap bulan hanya bayar abunemen saja hehehhe… Lha telpon dengan ponsel yang nomernya serumah sama kan jauh lebih murah. Tapi mau dimatikan sayang, sudah tahunan jeh 😀

any comments sodara-sodara ?