AMBIL UANG PENSIUN


.
Senin, 8 Agustus 2011

Trainer dipanggil Orang tuanya.  Tepatnya dimintai tolong Ibu untuk mengantar Bapak, mengambil uang pensiun di sebuah Kantor Pos di dekat Pasar Mayestik.

Ya … pagi itu sebelum ke kantor … saya mampir ke rumah Bapak-Ibu dulu di kawasan Senayan.  Menjemput Bapak.  Ini adalah kali pertama saya melakukan tugas ini.

Sebelum-sebelumnya …
Bapak atau Ibu selalu mengambil uang pensiunnya sendiri.  Tanpa diantar oleh siapapun.  Bapak waktu itu masih sanggup nyetir sendiri kendaraannya untuk pergi mengambil uang pensiunnya.  Namun karena usia yang semakin menua … Ibu memutuskan untuk tidak lagi memperbolehkan bapak menyetir sendiri.  Maka jadilah untuk pengambilan Pensiun mulai bulan ini … saya bertugas untuk mengantarkan bapak.

Singkat cerita kami sampai ke Kantor Pos tersebut.  Tidak sulit menemukan kantor pos ini, sebab daerah Mayestik dan sekitarnya merupakan daerah jajahan saya dulu … hahaha …

Ahaaa ternyata masih sepi.  Mobil saya adalah satu-satunya mobil yang parkir di halaman kantor pos pagi itu.  Mulanya saya sudah siap dengan kemungkinan terburuk … yaitu antri panjang karena ini hari Senin, dan relatif tanggal muda pula.  Namun ternyata saya salah.  Kantor Pos pagi itu tidak terlalu ramai.  Apalagi di loket untuk mengambil Uang pensiun.  Kami hanya menunggu sebentar … kemudian nama Bapak saya dipanggil.

Seorang Ibu berjilbab Oranye melayani Bapak dengan ramah dan sabar.  Indra pendengaran Bapak sudah agak kurang baik, sehingga Ibu itu kadang mengulang satu dua kalimat yang dia ucapkan.  Rupanya ibu itu sudah sangat terbiasa menghadapi para pensiunan.  Dia tau betul apa yang harus dilakukan.  Bersuara dengan keras.  Dengan ucapan yang jelas agar mudah dimengerti.  Lalu … step-by Step … dengan sabar … Menghitung uang satu per satu dihadapan customernya … memasukkan kedalam amplop … dan menyerahkan kembali kartu pensiunnya.   Semua dilakukan dengan cermat, cepat dan profesional … tanpa kehilangan kehangatan.

And you know what … ketika semua sudah selesai … Bapak masih sempet-sempatnya bicara pamer pada Ibu berjilbab oranye itu … “Ini anak saya yang besar”“saya diantar anak saya nih …”   Dan ibu itu pun tersenyum.  (aahhhh Bapak ini … tanpa dikasih tau saya yakin petugas itu juga ngeh kalau saya anaknya …)(hawong muka dan cara jalannya plek ketiplek …).

Eniwei … Saya pujikan sikap dan cara kerja Ibu berjilbab oranye, … Petugas loket pembayaran uang pensiun di Kantor Pos Mayestik itu.  Bertugas di loket seperti ini memang memerlukan keahlian, kesabaran dan ketrampilan yang khusus.

BTW
Pagi itu … sungguh saya tertegun melihat besaran uang pensiun yang diterima oleh Bapak … (serta merta saya terdiam lama …)(tidak tau mesti berkata apa).

Sementara itu Bapak pun dengan hati-hati memasukkan amplop uang itu ke dalam tas selempang kainnya, dielus-elusnya tas selempang dari kain itu perlahan dengan tangan tuanya … memperlakukan amplop tipis berisi uang pensiun tersebut bagaikan menerima intan berlian yang tiada ternilai harganya.

Ah Pak … Bu …
Seharusnya Anakmu ini bisa membantu lebih banyak lagi untuk Bapak – Ibu … !!!

.

.

(Jujur … Saya masih kaget … melihat jumlah nominal uang pensiun yang diterima oleh Bapak setiap bulannya …).
(Namun … Berapapun itu … Kami harus tetap mensyukurinya)

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

51 tanggapan untuk “AMBIL UANG PENSIUN”

  1. Oh tadi pagi papaku pergi ke kantor pos yang sama untuk mengirim paketku yang mau kukirim ke Solo. Tidak ketemu ya? Coba aku pergi bersama papa ya, jadi bisa melihat bapaknya mas NH, plek ketiplek ngga hehehe. (bisa jadi paparazi juga)

    Ya, aku pun sering sedih melihat besaran pensiun yang diterima papa, juga ibu mertuaku di Jepang. Tidak akan bisa mencukupi pengeluaran bayar listrik, air, gas satu rumah 😦
    Dan itu sering membuatku panik…. masa depan kita jika tua akan seperti apa ya?

    Dan …. yang lebih membuatku berpikir adalah lansia yang tidak mempunyai anak sama sekali. Dari mana mereka mendapat bantuan dana? 😦

    EM

  2. Sy pernah jg antar bapak ambil pensiun. Tercekat ketika melihat senyum mereka-bukan hanya krn mendpt uang pensiun (yg jmlnya mmg jauh dr gaji sblmnya) itu- namun jg raut bahagia bersilaturahmi sesama pensiunan itu..

  3. Oh ngambil uang pensiun di kantor pos itu masih ya? Seinget saya ada yg udah langsung ditransfer ke rekening deh Opa, kayak PakDhe saya…

    Apa beda tiap masing-masing departemen ya?

    Salam buat kedua orang tua Opa yaaaa…

  4. aku ikut merasakan kebanggaan seorang ayah terhadap anaknya, sehingga Beliau perlu utk memperkenalkan pd Si ibu jilbab oranye tsb 🙂
    Mas Enha ini adalah sikap teladan bagi kita semua, betapa hanya dgn mengantarkan ambil uang pensiun saja Bapak sudah begitu bahagianya 🙂
    Semoga Bapak, Ibu, juga Mas Enha sekeluarga selalu sehat dan dlm berkahNYA,aamiin
    salam

  5. Saya juga pernah mengantarkan Bapak saya ke bank untuk ambil gaji. Tapi cuma sekali Om.
    Hmmm, senang sekali membaca cerita ini Om. Bisa saya contoh..

  6. ^_^

    Ayah-nya pak NH… pastinya menyimpan kebanggaan.. uang hasil kerja keras beliau selama bertahun2 sebelumnya…masih bisa dinikmati hari senja-nya…
    Put yakin bukan besaran nilainya yang menjadi tolok ukur.. tapi justru pada proses kehidupan yang dahulunya beliau jalani…

    Salam takzim buat kakek, ya, pak.. ^_^ (Ayah pak NH tentunya bangga sekali dengan pak NH.. sampai memperkenalkan pak NH secara formal kepada si ibu berjilbab orenye… ^_^)

  7. Bapak memperkenalkan anaknya, seolah² anaknya masih remaja usia sekolah pasti ya Om.. hehhe.

    Klo uang pensiun mama sudah langsung transfer ke bank, dgn jumlah yg juga kita tau sama tau lah.. tapi bikin aku malu hati karena malah mama yang sering bantu klo aku lagi gak ada duiittt.. xixi.. 😛

  8. Om terharu sekali.. hiks,..
    Mbangganya Bapak punya anak seperti Om
    Salam hormat buat Bapaknya
    Semoga di beri kesehatan dan slalu di lindungi olehNya..

    Aku pernah nemenin Mbah Kakung,pensiunan TNI,
    Senengnya wah banyak jajanan deh di tempat pensiunan..Ramai..
    Pulangnya bawa oleh2 banyak..
    *cucu kesayangan sih*

  9. ini tugas saya Om sewaktu SMA-kuliah mengantar kakek ambil penisun di Blok A kebayoran. Kakek dari Cikampek mampir ke bekasi dulu. Saya tidak pernah tahu berapa pensiunnya, sewaktu secara tidak sengaja saya ikut memperhatikan shock sekali dengan jumlah yang didapat.
    Allhamdulillah skr sudah dipindah kekota tempat tinggal kakek.

  10. mengharukan mas….bapak pasti sangat2 bangga dengan anaknya apalagi bisa menyempatkan diri mengantarkannya untuk keperluannya…bisa dibayangkan saat kita kecil mereka dengan sabar melayani kita…luarr biasa para ayah bunda kita ….

  11. banyak orang yang ketika muda tak ingin buru2 punya anak, atau bahkan ada yang tidak mau punya anak meski telah menikah, maka ketika telah sampai pada masa usia lanjut seperti itu, penyesalan akan datang. mengapa sewaktu nikah tidak segera punya anak, agar sebelum tua, anak-anak kita sudah besar dan bisa membantu kita melakukan hal yang sudah sulit kita lakukan sendiri, apalagi yang sengaja tidak ingin memiliki anak, sungguh ksihan, tua sendirian…
    nice share pak. moga saya juga diberi kesempatan berbakti kepada orang tua di usia senja mereka.
    salam hangat
    salam hangat

  12. Cerita Om, mengingatkan saya ketika mengantar Nenek setiap bulan ke BTN untuk ambil pensiunan janda lebih dari 15 tahun yang lalu. Bedanya saya ngantar dengan kendaraan roda dua (nenek masih berani boncengan, tapi hanya dengan saya)
    Yang membuat saya senyum2 sendiri adalah istilah Om seperti ini “plek ketiplek “

  13. Kebanggaan orang tua ga akan pernah pupus sampai kapanpun…setelah punya anak saya baru bisa merasakan hal ini om. Dulu waktu almh saya masih sakit, saya sering banget bolak balik anter ke rumah sakit…alhamdulillah atasan saya sangat mengerti hal ini dan memberikan izin. Sayapun jadi teringat…kenapa banyak atasan yang tidak mau memberikan izin anak buahnya mengantarkan orang tua?..selama tugas2 dapat dikelola dengan baik bukannya hal ini justru membuat sang karyawan malah memberikan loyalitas tinggi karena atasannya berempati kepadanya??…apa ada yg salah dengan pendapat ini om???

    1. Tidak …
      Tidak ada yang salah menurut saya Pak Neck …
      Work Life Balance itu merupakan kompetensi yang sangat penting …
      Seorang Karyawan yang baik akan justru terpompa tinggi motivasinya jika atasan memberikan dia dispensasi untuk urusan keluarga yang mendesak …
      Dan atasan yang baik adalah mereka yang tau dengan pasti … mana karyawan yang memang betul-betul butuh dispensasi itu …
      dan mana karyawan yang diragukan integritasnya … yang hanya mengarang-ngarang cerita agar bisa bermalas-malasan …

      Salam saya Pak Neck

  14. Ooom…jadi inget Bapakku… Waktu saya kuliah di Bandung, beliau sudah pensiun. Saya tahu jumlah nominal uang pensiunan itu saat saya harus menyerahkan slip gaji Bapak untuk keperluan beasiswa. Sedih sekaligus marah, karena belum bisa berbuat banyak untuk membantu..

    InsyaALLAH kita diberi keluasan rezeki untuk membantu orang tua kita ya Om. Aamiin…

  15. Begitu lapang dada dan berjiwa besar orang tua kita menerima apa adanya dan seharusnya beliau terima. Yang jadi pertanyaan, Apakah kita sanggup seperti mereka?

  16. saya terharu sekali membaca ini pah sampe meneteskan air mata
    sebab dulu saya juga pernah mengantarkan ibu mengambil uang pensiunnya yang untuk ukuran sekarang pasti ga cukup
    tapi itulah hak mereka yang menandakan mereka masih punya penghasilan

  17. Dulu semasa masih kuliah di Yogya, salah satu tugas saya mengambilkan pensiun Mbah Kakung karena sdh tak bisa datang. Petugas posnya hafal banget, pasti menyapa “cucunya Eyang D.. ya”. Saya gak ingat jumlahnya sih.

    Sekarang, Papa saya pensiunnya ditransfer lewat bank. Sewaktu masih di Semarang, pensiun diantar ke rumah oleh petugasnya karena Papa stroke. Rata-rata para petugas itu baik Om, karena mereka mengahadapi para sepuh yang juga kebanyakan baik, nrimo dan tidak rewel. Nrimo dengan jumlah yang mereka terima, yang kadang bahkan hanya cukup untuk membayar tagihan listrik dan PAM 😦

  18. “Ah Pak … Bu …Seharusnya Anakmu ini bisa membantu lebih banyak lagi untuk Bapak – Ibu … !!!” tersentuh banget pas bagian ini om en, jadi teringat abah + ummi di rumah..

  19. huaaaaaa, menangis dengan sukses….. ;(

    memang sekarang banyak yg via bank, tp membayangkan betapa banyak kebahagiaan mereka yang akan terenggut dengan kemudahan fasilitas itu.
    Kesempatan reuni kecil ya saat ambil uang pensiun di kantor pos.

    kadang saya sering kesel kalo papa membangga2kan anak-anaknya ke teman2nya, rasanya lebay banget…pdhl, kalo dipikir2…tak pantas sy kesal melihat binar bahagia saat bercerita soal anak2nya….

  20. selama orangtua di rumah, pekerjaan ini juga merupakan pekerjaan rutin saya setiap bulan Om,
    tetapi saya cuma menemani, karena bisanya cuma bawa sepeda 😀
    dan saya juga banyak dapat pelajaran setiap bulannya, bukan nominalnya bagi mereka, tetapi sejuta kenangan yang bermunculan di kepala mereka setiap tanggal muda. ( ntar saya ceritakan juga lewat sebuah postingan, makasih idenya Om).

  21. Banyak para pensiunan yang pada saat ambil uang pensiun sekalian reuni, arisan dll. Semakin tambah usia memang kesehatan menurun, padahal jalanan semakin ramai…sering saya melihat bapak-bapak yang sudah sepuh sulit menyeberang jalan….namun masih keukeuh ambil uang pensiun sendiri.

    Uang pensiun memang sangat kecil, tak ada 10% dibanding saat masih aktif, ditambah saat aktif banyak tunjangan lainnya, termasuk biaya pengobatan diganti penuh. Namun disadari kehidupan memang seperti itu…
    Jangan lihat uang pensiunku ya om..nanti ikutan sedih.

    Btw, si sulung sekarang pindah Jakarta, karena tak tega melihat ayah ibu makin menua, dan dia bilang…
    “BU, sebetulnya saya sedih ibu masih tetap bekerja, dan kadang malah lebih sibuk dibanding saat aktif dulu.” Rasanya mak deg…..jadi saya jelaskan kalau ibu kerja nya part time, memang kadang-kadang sibuk banget kalau ada proyek….namun jika langsung berhenti sama sekali, nanti malah bingung. Yang penting tidak ngoyo…dan tidak mengejar uang lagi, namun sekedar honornya bisa untuk naik taksi pp plus untuk makan siang.

  22. jadi keingat bapak saya yang di kampung halaman…bapak biasa ambil uang pensiunnya sendiri..hiks..hmm itulah pak pensiunan..tapi masyaallah mereka bersyukur banget nggak ngeluh…saya anaknya ini malah masih banyak merepotkan…dan belom bisa memberi banyak..thanks for sharing pak..reminder berguna buat saya

  23. cerita diatas mengingatkan saya untuk selalu sayang dan hormat dengan orang tua kita, bagaimana orang tua kita telah berjuang untuk menghidupi kita hingga bisa seperti sekarang, dan sekaranglah saatnya kita untuk membalas semua apa yang telah mereka perjuangkan untuk kita anak-anaknya…

  24. *nangis*
    inget Bapak yang harusnya udah pensiun tahun kemaren tapi tetep kerja lagi buat bayar kuliah kami.
    menyentuh banget oom ceritanya. beneran aku terharu banget.

  25. seperti kebanyakan orgtua suka melakukan itu yach Om trainer. Ortu saya juga demikian. Kadang saya jadi tersipu malu dibuatnya hehehe..

    Hem…saya juga mikir, nanti kalau saya sdh tua gmn yach ? kan nggak dapat pensiun….sepertinya saya harus kerja keras biar bisa nabung tuk masa tua nanti agar nggak merepotkan anak2 yah….

    Btw….cerita yang menarik om Trainer 🙂 selamat beraktivitas lagi 🙂

    Best regard,
    Bintang

  26. dulu saya pernah ngantar nenek sebelum beliau meninggal beberapa kali ambil uang pensiunnya di kantor pos, dan benar… lihatlah air muka bahagia saat para orang tua itu menerima rejekinya bulan itu… haru bukan main…. jadi ingat bapa saya sekarang ini om T, masih mengambil pensiun sendirian.

  27. Berapapun jumlah yang diterima orang tua kita, pasti hal itu sangat membanggakan buat beliau ya Oom.. 🙂
    Papiku juga pensiunan Oom,, gajinya ya gak seberapa, tapi tiap habis terima uang pensiun cucu2nya dibagi eskrim semua,,, seneng banget liat senyuman papi saat itu.. 🙂

    salam hormat untuk papanya ya Oom..

  28. Inilah cara mengambil uang pensiunan di keluarga saya~hanya sebagai pembanding belaka.

    1. Ibu mertua mengambil uang pensiunan janda karena bapak mertua sudah sedo tahun 1983, langsung ke kantor pos yang dekat rumahnya.Naik beca dkawal cucunya yang ada di Cimahi.

    2. Emak, uang pensiunan janda guru~ bapak sudah meninggal tahun 1982 – uang diantar oleh petugas kantor pos yang sudah lolos fit and proper test~ emak ngasih uang lelah kepadanya. Happy-Happy solution.

    3. Saya, uang pensiunan perdana diantar oleh petugas. lalu saya tanya apakah uang pensiunan bisa di transfer ke rekening. Mereka bilang ” Bisa”, sambil bilang juga ” saya antar kerumah juga gak apa2 kok pak “. Saya memilih di transfer saja ke rekening. Jadi tiap bulan saya ambil uang pensiun di atm dekat rumah.

    Teman saya lain lagi, dia lebih suka antri di kantor pos, karena bisa bertemu dengan sahabat2 kami seangkatan atau senior, bisa guyon.

    Enaknya ya jadi pensiunan, hanya dengan sarungan sambil ngeblog dan nonton sinetron, masih diberi uang oleh negara.

    Maka jadlah pensiunan ~ dan rasakan sensasinya !!

    Salam hangat dari Surabaya

any comments sodara-sodara ?