AMONG TAMU


.

Bagi mereka yang pernah punya hajat, atau pun membantu kerabat dekat yang sedang punya hajat …
Pastilah tidak asing dengan istilah ini : Among Tamu

Among tamu adalah mereka yang bertugas untuk menyambut, mengantar sekaligus “ngemong”, “ngangon” , mengajak ngobrol para tamu undangan.  Mereka biasanya menyebar berbaur dengan tamu.  Say Hi.  Say hello.  Doing Greetings dan sebagainya.  Untuk membuat para tamu undangan merasa nyaman dan comfortable.

Among Tamu fungsinya untuk menggantikan sang tuan rumah.   Karena tuan rumah biasanya sibuk di pelaminan menerima ucapan selamat dari para tamu yang datang ke perhelatan tersebut.  Pada umumnya yang bertugas sebagai Among Tamu adalah keluarga – kerabat dekat – sahabat yang punya hajat.  Kakak … adik … sepupu … om … tante … teman dekat dan sebagainya.

Semua cerita di atas biasa terjadi jika kita mengadakan perhelatan – hajatan besar – baralek gadang – walimatul ‘ursy atau kondangan pengantenan.  Yang mana tuan rumah yang asli tidak memungkinkan untuk berkeliaran menjadi Among Tamu.  Karena mereka harus tetap berdiri atau duduk manis di pelaminan mendampingi mempelai.

Lalu bagaimana halnya dengan hajatan lain yang lebih kecil, seperti sunatan, perayaan ulang tahun atau  acara syukuran lainnya, yang dilakukan di rumah atau restoran …

Tentu saja Yang bertindak sebagai AMONG TAMU adalah langsung Tuan Rumahnya sendiri …!

Untuk memudahkan pembahasan … saya ambil contoh hajatan syukuran sunatan anak

Menjadi Tuan Rumah atau Among Tamu di hajatan kecil seperti ini sungguh suatu hal yang susah-susah gampang.  Kita, sebagai tuan rumah harus mampu bertindak sebagai Among Tamu yang baik.  Sebagai Tuan Rumah yang baik untuk semua kalangan undangan …

Undangan biasanya terdiri dari beberapa kelompok komunitas.  Ada komunitas tetangga, keluarga dari pihak ayah, keluarga dari pihak ibu, teman sekantor ayah, teman sekantor Ibu.  Mungkin juga teman satu klub futsal ayah, teman arisan ibu, guru sekolah anak-anak, guru ngaji dan les anak-anak.  Teman reunian sekolah SMA ayah / ibu dan sebagainya.

Kita harus mampu membagi perhatian kita kepada para undangan yang terdiri dari beraneka ragam latar belakang tersebut …

Jangan sampai … (misalnya)
Tetangga merasa diabaikan … karena kita sibuk ber haha-hihi dengan teman sekantor …
Atau keluarga pihak ayah merasa ditidak acuhkan, karena tuan rumah sibuk ngerumpi dengan tetangga sebelah.

Atau teman sekantor dianggap angin lalu, karena tuan rumah sibuk berfoto-foto bersama keluarga, tanpa menghiraukan tamu lainnya.  Dan lain sebagainya …

(Saya bisa bercerita begini karena saya beberapa kali punya pengalaman seperti itu.  Saya merasa “diabaikan” oleh tuan rumah, karena dibiarkan celingukan mati gaya ndak keruan.  Sang tuan rumah sibuk ngobrol cekakakan dengan teman semasa kecilnya).

Lalu bagaimana solusinya ?
Tak lain dan tak bukan adalah dengan cara membagi perhatian yang seimbang kepada seluruh undangan yang datang …
Cara yang paling mudah untuk membagi perhatian adalah …
Teman kantor ayah, teman pergaulan ayah, saudara dari pihak ayah … harus diperhatikan oleh sang ayah.
Sementara saudara dari pihak ibu, teman sekolah ibu  dan mungkin teman sekantor ibu menjadi tanggung jawab ibu untuk memperhatikannya.

Tetangga, guru sekolah anak-anak dan sebagainya  … ? … dibagi berdua …

Sang tuan rumah harus lincah bagaikan kutu loncat, menclok kesana-kemari, menyapa setiap komunitas dengan baik.  Berbincang dengan setiap komunitas dengan gesit tapi ramah.

Yes indeed, kita sering kali tidak bisa berlama-lama ngobrol di satu komunitas saja, maka jangan lupa untuk mengatakan …

Sorry saya tinggal sebentar ya … silahkan teruskan ngobrolnya … Itu ada Sate di gubuk sana … cobain deh … en BTW Pudingnya juga enak lho … seger …” dst … dst …

Pendek kata …
Jangan sampai ada Tamu yang duduk sendirian bengong karena tidak ada yang memperhatikannya …


So …
Selamat menjadi … Tuan Rumah yang Baik …
Selamat menjadi … Among Tamu yang Lincah dan Gesit …
Bagaimanapun … mereka adalah Tamu Undangan kita …
Wajib Hukumnya … untuk menghormati dan memuliakan tamu kita …
Seperti juga mereka telah menghormati kita…  telah sudi datang memenuhi undangan kita

(yes indeed … sesungguhnya tidak ada tips etika yang baru disini … saya hanya sekedar mengingatkan …)

.

BTW …
Apa Sodara-sodara sekalian pernah punya pengalaman “ditidak-acuhkan” oleh si Pengundang di suatu acara hajatan kecil, syukuran, sunatan atau ulang tahun ?
(
Bukan di acara perhelatan perkawinan yang besar dan di gedung itu lho ya …)

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

39 tanggapan untuk “AMONG TAMU”

  1. sering…dulu waktu masih remaja, belum tahu bergaul…pemalu..hihihi

    sekarang sih jarang, karena saya yang berkenalan duluan dgn org terdekat.
    Kalo tidak ada yang terdekat? Ya makan aja terus…sampai kenyang, lalu pulang hahaha

    Kalau di rumahku, papa mama harus among tamu, yang urus dapur ya saya.
    Males kalau aku yang harus among tamu 😀

    EM

  2. Kalo saya sih gak pernah mau pergi ke pesta sendirian. Kudu ngajak temen. Hehehe. Supaya gak mati gaya kalo sampe ‘dicuekin’ sama yg punya hajat (walau saya yakin pasti org yg punya hajat gak ada yg dgn sengaja mau ‘nyuekin’ tamunya ya).

    Cara lainnya ya dgn terus terusan ngambilin makanannya aja. Hahaha.

  3. wah…ide bagus tuh om nh…
    kalau saya sih,,biasanya nggak ada among tamunya. biasanya cuma sekedar pager ayu, pager bagus, cuma sekedar bilang ‘welcome’ aja kepada tamu yang baru datang atau menerima hadiah. setelah itu tamu masuk sendiri, makan sendiri, gitu…

  4. saya sering menjadi among tamu Oom terutama jika shohibul hajat satu angkatan atau teman/senior satu kantor .Waktu dinas-biasanya para bintang menjadi among tamu VIP.
    Tugas kami hanya mendampingi VIP menuju pelaminan lalu mengantar ketempat makan, jadi tak mendampingi ngobrol.he he he he

    Salam hangat dari Surabaya

  5. klo di minang.. perhelatan kecil di rumah begitu justru kita akan sangat diperhatikan.
    urusan makan, tiap bentar akan disuruh nambah lauk ini itu.. krn makannya kan lesehan. lauk pauk terhidang dihadapan kita.

    aku justru agak panik klo diperhatiin begitu.. pengennya dicuekin ajah, biar pas nambah gak ketauan 😛

  6. saya pernah jg diacuhkan begitu pak trainer, hanya saja saya mengerti dan tau betul sibuknya mereka seperti apa, jd sayapun biasa saja.selama mreka jg bs bagi wktu buat undangan ya no problem, dan tamupun mengerti

  7. Alhamdulillah belum pernah Oom.. karena saya biasanya malah jadi among tamu dadakan kalo kebetulan dateng ke undangan temen atau sodara, soalnya temen2 mereka kebanyakan saya kenal n kalo yang belom kenalpun saya berusaha sok akrab,, hehehehe… (biasa deh, ceriwis…) 🙂

  8. Sudah sepatutnya menghargai para tamu dan meyapa mereka dan berikanlah yang terbaik untuk tamu. rata2 diacara tersebut selalu tidak diacuhkan om, dan selalu mendapatkan perhatian yang baik. salam sehat

  9. biasanya bareng teman, kalo mati gaya ya makan ajaa.. hehe..

    kalo pesta temen dekat, memang saudaranya teman itu yang akhirnya nyamperin..

    tapi kalo pesta adat Batak, biasanya pasti ada kenalnya, karena selalu ketemu kalo arisan, atau pesta buka tutup tahun, jadi ga pernah merasa dicuekin..

  10. Waduhh…harus jadi kutu loncat dan lari kesana kemari?

    Saya paling stres kalau punya gawe..jadi sunatan diam2 aja…..tetangga cuma diantar selamatannya, lha bingung ngurusi anak yang disunat…
    Pernah jadi among tamu kondangannya bos..duhh pusing…tapi karena bos langsung, beliau khusus memanggilku….”Saya tahu, kamu nggak suka yang beginian..tapi karena anak buah langsung,. mau kan jadi among tamu? Cuma senyum2 kok…” Hahaha….dan karena macak gajah (istilah Jawa..yang berdandan serius, pakai sanggul dsb nya..teman2 malah jadi pengin tahu kalau saya pakai sanggul seperti apa…hahaha…

    Kondangan dicuekin? Entahlah, soalnya saya datang, salaman, makan….terus tak lama pulang..kecuali yang punya gawe teman dekat atau keluarga. Dan saya sering ke kondangan sendirian, maklum sering datang ke pesta anak buah, suami di luar kota, anak2 sibuk…cari teman tak ada..ya paling sama sopir…ya tenang aja, absen di depan, senyum2 sama yang among tamu, salaman sama yang punya gawe, makan (ini wajib dong)..terus pulang…..dan kayaknya yang seperti saya banyak deh….

  11. Aku juga pernah merasakan hal yang sama, diabaikan oleh yang punya hajat. Tapi bagiku gak terlalu masalah asal sang tuan rumah sudah tahu kita datang, langkah selanjutnya langsung tancap gas untuk ngacir. Eits…. makanan nya belum disantap. Biarin aja dah, jadi gak selera makan nih :angry:
    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  12. pengalaman saya jd sahibul hajat baru dalam level pengajian atau arisan di rumah, jd tamu2 masih bisa saya cover sendiri 🙂
    **klo jd among tamu sih bbrp kali, terutama di hajatan tetangga satu RT

  13. Kalau dicuekin sama among tamunya akan saya ‘lampiaskan’ dengan menyibukkan diri mencicipi semua hidangannya om… Ntar tuan rumahnya juga langsung sadar kalau orang ini harus ‘dikawal’…heheheh:-)

  14. Alhamdulilah tak ada om..
    Lah piye,wong jika diundang ultahnya sahabat kan ngumpul disalah satu tempat makan
    cuma beberapa sahabat ajah,jadi tak ada yang bisa dicuexin kan satu meja :mrgreen:

  15. kalau jadi among tamu, sering juga Mas, baik dr pihak saudara sendiri ataupun teman2 yg membutuhkan ketika mereka hajatan.

    kalau di cuekin juga pernh, tapi maklum saja, mungkin krn terlalu banyak yg hrs diperhatikan oleh tuan rumah, jadi hanya sekedar menyapa , sudah cukuplah rasanya, krn mereka juga kewalahan utk greeetings pd tamu2 yang lain.
    salam

  16. Saya mengaku takluk kalau disuruh menjadi Among Tamu. Apakah seorang Among Tamu harus pintar bicara, minimal tahu apa yang musti dibicarakan? Waddoh…. Padahal sejak beberapa tahun yang lalu saya punya penyakit Arap-ap Eureup-eup (semacam gagap, gitu)

  17. Tugas berattt.. saya ndak sesupel itu.. bayangken harus masuk ke barisan kursi yang rada sempit itu saya ya ndak sanggup kali pak.. 😀 paling saya bisa dadah saja dari jauh 😀

    Aak bungsu saya rencananya begitu liburan kemarin – tapi ndak jadi – kebanyakan main 😀

  18. rasa-rasanya pernah pak…tapi selama cemilannya banyak dan makanannya enak cuek-cuek saja sih hehe…
    Tapi bagus juga dishare pak diblog ini 🙂

  19. pernah, dan memang benar, jadi mati gaya 😀
    terimakasih artikelnya om, semoga kita tidak pernah melakukan hal-hal yang kurang bijak alias tidak acuh terhadap tamu

    salam hangat dari kota daeng

  20. Pernah dicuekin gitu Om… akhirnya kuhajar aja tuh makanannya banyak-bayak hehehe…

    Biasanya untuk among tamu hajatan kawinan yang ditunjuk orang-orang yang dituakan dan pinter menyapa…
    Biasanya yang masih muda-muda nggak Pe-de juga kalau ditunjuk jadi among tamu.

  21. pakdebas baru dapet kepercayaan besar ngatur jumenengipun para among tamu pejabat top, bantuan ya apa yang harus kusiapkan termasuk dah kubuat denah tata ruangnya maklum tamunya nyampai hpir 2000 an…………….

  22. saya pernah, tapi biasa aja tuh Om.. habisnya saya mencoba ‘memakai pakaian’ mereka sebagai tuan rumah yg pastinya sibuk n capek ga cuma di saat itu aja.. sebelum n sesudahnya pasti cuapeekk poll.. sdgkan tamu kan hanya 2 atau 3 jam aja,.. masa’ datang n tinggal makan aja masih protes.. saya pikir kok jd engga punya rasa syukur ya Om.. 😀

  23. Beberapa bulan lagi adik saya akan menikah. Sepertinya saya harus jadi among tamu. Lalu ingat tulisan Bapak yang pernah saya baca ini. Kembali lagi deh, dibaca ulang.. Hmmmm, bisa gak ya jadi among tamu yang baik? Aslinya saya agak kurang bisa membuka diri, gak murah senyum pula. Tapi ini tantangan… 😀
    Oh iya, di atas ada nama Ratna komen juga disini. Itu saya bukan ya? Yang pasti dulu pernah baca tulisan ini dan terkesan. Entah saya komen atau tidak. Yang jelas kalau itu memang saya, agak asing juga dengan isinya yang seperti spammer, hehehe..
    Mohon maaf ya, Pak NH 🙂

any comments sodara-sodara ?