–
Ada suatu masa (1997 – 2005), dimana ada seorang keponakanku yang tinggal bersama keluarga kami. Sebut saja namanya Her. Ayah Her adalah kakak istriku. Mereka tinggal di Padang. Karena kondisi keluarga mereka penuh kesederhanaan dan keterbatasan. Istriku berinisiatif mengajak keponakanku itu untuk tinggal bersama kami di Jakarta. Kami membiayainya Kuliah … sekalian membantu kami, menemani anak-anak.
Pagi hari dia bertugas mengantar dan menjemput anak-anakku sekolah. Siangnya baru dia kuliah. Dia mengambil kuliah ekstension di Fakultas Ekonomi di salah satu Universitas Swasta tak jauh dari rumahku.
Her seorang lelaki yang rajin. Ringan Tangan dan pandai bersosialisasi. Anak-anak kami sayang pada dia. Di lingkungan rumah kami pun, dia cukup dikenal. Bahkan dia pernah diangkat menjadi Ketua Perayaan Tujuh Belasan di lingkungan RT kami, beberapa tahun yang lalu.
—
Wisudanya
Prestasi akademis Her sangat baik. Dia berhasil lulus menjadi Sarjana Ekonomi dengan predikat yang sangat memuaskan. IPK diatas 3. Prestasi ini sungguh membanggakan kami dan keluarganya. Dia tau sekali cara menghargai upaya kami.
Namun Sayang… Ketika dia di wisuda … tidak ada satupun keluarganya yang menyaksikan dan mendampinginya disaat bahagia itu … Ah sedih sekali … Saat itu hanya ada dua orang yang mengantarkan dia ke Balai Sidang Senayan. Aku dan juga “Fi” teman dekat wanita si Her. (Di sepanjang perjalanan, meskipun kami ngobrol-ngobrol ringan di Mobil … namun jauh dilubuk hati ku … aku sedih sekali melihat pemuda ini …)
Apa pasal ? …
Karena beberapa hari sebelum dia diwisuda itu … Adiknya Meninggal dunia … disusul beberapa hari kemudian Neneknya (Ibu mertuaku) juga dipanggil yang Maha Kuasa. Berturut-turut, dalam waktu tidak sampai seminggu … dua orang dekat, yang dicintainya dipanggil ALLAH. Sungguh berat cobaan ini …
Sehingga karena masih dalam masa berkabung, Ayah-Ibunya tidak bisa datang pada saat wisudanya. Saat itu Istriku pun sedang berada di Padang, untuk mengurus tahlilan Nenek di sana. Sementara Aku tetap di Jakarta, mengurus tahlilan untuk nenek di Jakarta.
Ya, … cobaan bagi pemuda sederhana ini memang sangat berat. Namun … Dia tetap sabar, tawakal … tetap pasrah menerima segala cobaan yang telah mendera hidupnya.
—
Pernikahannya
Kini dia sudah berkeluarga, menyunting Fi teman dekatnya itu, (yang ikut mengantarkannya saat Her diwisuda dulu). Waktu Dia melangsungkan akad nikah … hampir seluruh warga RT disekitar rumahku ikut berbondong-bondong mengantarkannya. Tua Muda, ibu-ibu juga bapak-bapak. Ini buah kebaikan dari Her juga … warga dengan suka rela membantunya … seperti juga dia sering membantu warga disaat dibutuhkan. Sungguh mengharukan melihat spontanitas warga di RT kami yang luar biasa itu.
Namun, … sepertinya cobaan untuk Her, masih belum berhenti … disaat dia menikah inipun … Hanya Ayahnya yang bisa datang ke Jakarta. Ibunya sakit keras di Padang. Tidak bisa ikut menyaksikan saat bersejarah bagi hidup anak lelakinya ini … (Dan akhirnya beberapa bulan kemudian … Ibunya, kakak iparku dipanggil pula oleh ALLAH).
—
Sekarang …
Kehidupan Her semakin mapan. Dia sudah bekerja. Meskipun masih tinggal di tempat mertuanya. Tak jauh dari Rumahku. Alhamdulillah dia sempat beberapa kali dikirim ke luar negeri, ke Korea Selatan, ke Malaysia, juga ke China. Untuk mengerjakan beberapa tugas disana…
Sekali-sekala … Dia kerap datang berkunjung ke rumahku bersama “Fi” istrinya … membawakan oleh-oleh untuk anak-anakku … (ah aku terharu sekali jika makan satu dua kue oleh-oleh yang dibeli dari hasil keringat si Her Keponakanku itu … )(Entah mengapa … Kue itu terasa sangat manis dan enak sekali … )
–
Itulah cerita tentang keponakanku … Her … seorang pemuda sederhana, yang rajin dan tawakal. Cobaan yang bertubi semoga bisa menempanya menjadi Pemuda yang Sabar, Kuat dan Tahan Uji.
Aku tak putus-putus mendoakan Lelaki muda ini … agar dia diberikan kebahagiaan …
Dia juga berhak merasakan manisnya kehidupan … sudah saatnya dia sedikit tersenyum … setelah sederetan panjang tangis kesedihan, himpitan ekonomi, dan deraan kepedihan yang pernah dia rasakan semasa dia kecil dan remaja …
(ini bukan cerita sinetron melodrama sodara, … ini realita !)
.
.
Pertamaxxxxx lagi ? mantap…
Salut buat Om NH yg punya motto ” Anak Dijunjung, keponakan dibimbing” (prinsip orang Minang kalo ga salah Om)
Ceritanya sedih banget ya Om, tapi salut juga buat Uda Her yg tetap semangat, tawakal & sabar, bisa dijadikan contoh nih Om bagi kami yg muda-muda biar tdk gampang menyerah kalo bahasa kerennya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan Om (innamaal yusri yusro gitu kalo ga salah Om bunyi ayatnya) hehe
Pasti rasanya senang sekali jika kita bisa mengantarkan orang lain untuk sampai ke tujuan…apalagi jika melihatnya berbahagia.
Kalau saya membaca betapa kesulitan demi kesulitan dihadapi orang lain, membuat saya semakin bersyukur pada karunia Tuhan pada saya dan keluarga. Cobaan yang ada itu masih terlampau kecil dibandingkan cobaan yang dihadapi orang lain. Thanks for sharing, mas.
Prihatin dengan Her, semoga semua usahanya diberkati Tuhan. Beruntung juga karena Her, masih punya saudara-saudara termasuk keluarga mas yang mau membimbing dia, sampai bisa seperti sekarang tentunya.
OOT: aku pikir mau ceritakan soal keponakan mayanya om trainer hihihi
EM
Nice story om. Ini nggak jauh dengan cerita dalam buku The Lighthouse yang saya buat. (belum publish sih).
Proses kehidupan yang kita jalani tak selamanya bernilai DUKA. Didalamnya banyak hikmah yang patut kita syukuri. Semua proses kehidupan ini kita jalani atas kehendakNYA.
Salam saya untuk teman om ituh…
cerita yang menyentuh, om.
beruntung her memiliki keluarga yang betul-betul memperhatikannya, dan her ternyata orang yang pandai mensyukuri nikmat dan berterima kasih. orang-orang seperti itu hidupnya diberkahi, om.
Nice posting..
salut saya utk Her & juga keluarga Om yg udah mengantarkannya
permata berkilau hanya setelah diasah…
salam
Hm…
Persis seperti yang pernah dibilang sis Imel, “Hidup memang bagaikan ferriswheel.”
Kadang di atas, kadang di bawah..
Aku seneng sekali setiap membaca success story seperti ini.. Bikin aku semakin ngerasa kalo hidup ini adil… 🙂
boil the coffee, and it will smell wonderfully..
sepertinya, keponakan Om adalah tipe orang-kopi, bukan orang-wortel 😉 yang kena ‘panas’ langsung menye-menye.
sayang , sudah nikah yah ?
kalo gak.. jodohin ke Lala.. hahahhaa
*pis, La* ;p
Hihihi…
Kalo ada bujangan ajaa… langsung deh keingetan ama gue..
Dasar Hawe!!! 😀
Semoga doanya Om dan segenab keluarha boleh didengar Yang Maha Kuasa.
Om, dengan berbagai hal yang menimpa keponakan Om itu,, saya percaya ia mempunyai kepribadian yang kuat dan tahan banting. Setiap kali saya mengalami kesulitan, walau berat saya usahakan melihat dari suatu kaca mata bahwa itu merupakan tempaan Allah. Saya sungguh dikasihi, sehingga dibentuk, diasah hingga menjadi indah 🙂
semoga kelak mereka bisa menjadi orang yang rendah hati dan tahu berbalas budi setidaknya buat orang lain dengan cara yang sama
Tak ada yg bisa di tuangkan di sini, selain salut & sukses untuk Uda Her and Om NH..!!
C.U
cerita yang sangat menenangnkan, mas.
syukurlah semua perjuangan itu berbuah hasil ya…
Salut buat Om sekeluarga dan ponakannya.. Seneng banget baca ceritanya, very inspiring!! ^^
wew.. sungguh pengalaman hidup yang mengharukan ya om.. semoga kebaikan om sekeluarga dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda.. Amiin..
cerita hidup yang bagus banget om..
mengajarkan kita bagaimana bisa survive di kehidupan yg kadang2 terasa gak adil ini
salam buat keponakannya ya om.. 🙂
sungguh menginspirasi om….
Setuju Om, selalu ada hikmah dibalik masalah..
tergantung kita pintar untuk menyikapinya..
ah, ikut berbahagia dengan Her
salam sukses ^^
wah.. jadi pengen sukses juga seperti Her..
SEMANGAT!!
menyentuh banget om kisahnya, kirain postingan ini menceritakan om sendiri…rasanya puas ya bila kita bisa membantu orang lain sampai sukses 🙂
Sebuah perjuangan dengan hati, pikiran dan perbuatan yang baik pasti akan menghasilkan yg baik juga ya OM.
sayang keponakannya sudah merried klo blom kan bisa minta kenali sama keponakan yg nulis comment ini 😀
Kata Pak Ustad (tentunya dengan mengutip dari Alqur’an), Sungguh setelah kesusahan itu ada kemudahan.
Saya selalu memegang nasihat ini setiap kali dapat cobaan. Saya yakin Her pun demikian. Inspiring Story, Om..
Mengharukan,
sukses ya untuk om sekeluarga dan Her sekeluarga.
Tolong menolong dan harga menghargai dalam keluarga sangat indah 🙂
indah sekali pak…
her patut bersyukur, karena dia berada pada tangan yang tepat, sehingga mampu menopangnya di saat dia rapuh…
salam saya buat her ya pak.. 😀
terharu om, sampek berkaca-kaca mataku….
Huwaa… sungguh aku terharu membacanya. Untunglah keponakan Om tabah ya? Syukurlah sekarang sudah hidup mapan.