SAHABAT SEJIWA


.

Rabu 22 Desember  kedua orangtua  datang  dari Kepulauan Riau di Soeta.
Kamis 23 Desember malam, saya, keluarga, dan kedua orangtua yang baru datang berangkat menuju Sumatera lewat jalan darat.  Mengantar kedua orang tua yang sudah sepuh, yang sudah sangat kangen kampung halamannya..

Bapak yang sudah 79-an tahun …  tiga tahun terakhir, tangannya terkena Parkinson,, dan satu tahun terakhir, berjalannya, melangkahkan kaki juga jadi ikut berat … jauh dari kampung halamannya, jauh dari adik-adik  dan keponakannya, walapun dekat dengan anak bungsunya, tetap membuatnya kurang rajin jalan pagi  😦

Tetapi saya salute dengan semangat beliau, apapun yang beliau mau, dan anak-anaknya juga yakin, selalu berjalan sukses, walapun orang lain yang melihatnya sudah meragukan kemampuan beliau.

Di perjalanan beliau tetap semangat.  10 jam perjalanan lagi dari tempat tujuan, beliau sudah sibuk wanti-wanti sama ibu, dia mau mampir ke rumah temannya, tolong ditelphonekan. Saya dan ibu tidak mengerjakannya, hanya mengiyakan   “ntar aja, kalo kita lewat rumah teman bapak siang, kita langsung mampir … kalo malem, kan ga enak sama beliaunya“   itu alasan yang saya dan ibu berikan. Beliau sepertinya kurang puas. (beliau maunya, temannya tau, kalau dia dalam perjalanan ke kampung).  🙂

Dua hari di kampung, bapak baru kita antar ke rumah temannya.  Saudara-saudara dan keponakan banyak yang berkunjung.  Melihat kondisinya.  Beliau lebih banyak diamnya, ditanya tiga, jawabannya cuma satu … Kurang begitu bersemangat.

Ketemu temannya, beliau tertawa lepas, mereka berdua asyik ngobrolin jaman muda, dulu balapan makan, siapa yang banyak … sekarang makan udah ga pada banyak tetapi sering … saling tertawa melihat kondisi masing-masing …

Bapak saya dengan bangga ngomong  : “saya walaupun kondisi kayak gini, dari rantau lewat udara, langsung nyambung lewat darat, masih OK”,,,,

“salut saya, saya udah ga kuat itu”,  kata temannya,
“tapi saya merantaunya udah puas waktu muda, bukannya tua malah ke rantau”,,, mereka tertawa bareng,,,  Dan sang temannya juga cerita,, tiga hari terakhir ini kepikiran Bapak mulu..

Dan ternyata oh ternyata, jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan mereka berdua, persis sama,,,, padahal mereka ga pernah janjian waktu belinya … satu di Sumbar, satunya lagi di perantauan … ini mungkin yang disebut dengan sahabat yang sudah sejiwa.  🙂

Saya cuma ikut tersenyum, dan dalam hati bergumam … “Thanks God, saya masih diberi kesempatan untuk mempertemukan mereka dan melihat wajah-wajah tua yang lagi berseri-seri ini” …

Apakah saya diwaktu tuanya nanti memliki seorang sahabat yang sejiwa???
Entahlah …

Tulisan ini dikirim oleh seorang Penulis Tamu
Dia adalah Yeni Salma
“Hal besar dimulai dari sebuah langkah kecil yang tepat”. 
Lahir Tanggal Sembilan, Bulan Sembilan
Tinggal di Jakarta

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

61 tanggapan untuk “SAHABAT SEJIWA”

  1. pertama, tebakanku ttg inisial ys bener 😀
    kedua, waaaah…usia ayahnya hampir sama dgn usia bapakku mb, jeda 2th.. Kmrn2 bpk rajin ‘reunian’ dgn teman2nya yg jg sdh sepuh2. Tapi karna jumlahnya sdh banyak berkurang, acara reunian itu gk dilanjutkan lagi..
    Bener mb, bertemu dgn teman sewaktu muda dulu memberi semangat bagi orang tua kita. Mereka seolah kembali menjadi muda dengan berbincang tentang masa muda mereka..
    Semoga orang tua kita dikaruniai umur panjang ya mb. Amin.

  2. udah yakin, ys itu pasti si uni satu ini deh

    hebat ya, bapak sudah sepuh tapi masih kuat jalan darat,
    semoga bila diberi rejeki mur panjang aku ingin sehat seperti beliau,

    pasti beliau kangen banget bisa ngobrol, teman seusianya mungkin tak banyak lagi ya

  3. Saya punya teman masa kecil yang sudah 20 tahun tidak bertemu. Waktu kecil dia adalah teman ngangon sapi, teman nandur sawah, teman mengaji di surau dan teman sepermainan. Setelah lama gak ketemu awal-awal terasa ada hambatan dalam komunikasi. Tapi setah beberapa kali ketemuan, mengenang kembali masa kecil, bicara pakai bahasa kampung, akhirnya terasa akrab lagi.
    Saya pikir ada chemistry yang menyatukan kita dengan teman. Cara menemukan chemistry itu silahkan pakai cara dan gaya masing-masing.
    Salam,
    ALRIS

    1. kebahagian anak, melihat kebahagian orangtuanya,,
      kebahagian orangtua, diatas segala-galanya bagi seorang anak,
      kebahagaian sahabat, ikut tersenyum bahagia disaat sahabatnya menemukan kesenangan, memberi support disaat sahabat terpuruk,,
      dst,,,, 🙂

  4. Saya juga kadang memikirkan ini. Bagaimana kalau saya diberi umur sepanjang Bapaknya Mbak, apakah saya masih memiliki momen2 seperti yang Mbak ceritakan? Tapi memang lebih bijak jika kita berbaik sangka. Salut sama tulisannya;

  5. Mbak salma… saya sedih bacanya… saya jadi ingat seorang sahabat saya yang jauh di sana… dia pernah janji akan ketemu saya lagi, meskipun mungkin dia sudah jadi kakek… sedih amat ya ngomongnya…

    Saya membayangkan masa tua saya kelak…hiks….

    1. berarti udah punya seorang sahabat yang sehati tuh,,
      Prima yang udah punya pengalaman tentang “dreams”,,
      hmm tinggal waktu yang merealisasikan niat sahabatnya,,

  6. sahabat sejiwa seperti ayahnya Salma sangat jarang ditemukan,
    dimana beliau berdua masih sehat2 dan masih diberi kesempatan bertemu lagi di usia senja……
    benar2 luar biasa kekuasaan Allah swt utk mempertemukan beliau berdua kembali di masa2 tua nya …. 🙂
    sungguh sangat menyentuh ya Salma ……..
    salam

  7. hiks…so sweet mbak….

    “Thanks God, saya masih diberi kesempatan untuk mempertemukan mereka dan melihat wajah-wajah tua yang lagi berseri-seri ini” …

    Semoga Allah memberikan kesempatan yang sama pada saya, doakan ya mbak….

  8. bapakku masih lebih muda sedikiiiiitttt……..
    alhamdulillah masih sehat wal’afiat,
    sayangnya teman2nya ga ada di sini 😦
    temannya sehari2 cuma tv dan tv
    berpindah dari satu channel ke channel yang lain.

    bapaknya mba beruntung sangat yaaa

  9. Kisah yang menarik karena orang tua saya juga sudah sepuh, berusia 80 tahun.
    Kita harus bersyukur diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merawat orang tua yang sudah sepuh.

    1. beliau maunya dirumah cintanya mereka mas,,
      dibawa ketempat anak-anaknya, ga betahan, minta pulang,,
      doakan aja ibu dan bapak saya tetap sehat yaa 🙂

  10. Iri banget ma bapaknya tuh..
    hmm tua nanti aku bakalan punya sahabat sejiwa ga ya..*semoga*
    kbayang deh dah pada tua rumpinya,ngomongin apa yah..
    salam hormat buat bapanya.,

  11. Indahnya bisa mempertemukan bapak dengan sahabatnya, pasti rasanya luar bisa ya mbak, karena membahagiakan orang tua adalah tindakan paling mulia.. 🙂

    wah, aku jadi pengen punya sahabat sejiwa kayak bapaknya mbak Salma lho, tak cari-cari dulu,, hehehe..

    trims ceritanya mbak.. 🙂

  12. Sahabat sejiwa? Hmmm… semoga saya pun memilikinya.

    Bertemu dengan keluarga adalah sebuah kemewahan, tapi bertemu dengan sahabat lama adalah sebuah keistimewaan. Ada sensasi yang berbeda antara keduanya. Yang pasti, dengan keluarga kita akan bercerita banyak, tapi dengan sahabat kita akan tertawa banyak… 🙂

    Salam kenal Uni Yeni

  13. Cerita yang sederhana, tapi menyentuh sanubariku mba. Ingatan melayang jauh ……. ke depan…(jujur, entah kenapa kok sedih ya, tanpa sadar mataku berkaca2 mba…)
    Bagaiman dengan kita..???
    Apakah kita sempat tua….???
    Apalagi menikmati masa tua..???
    Misteri Illahi….ya Mba….

  14. Ping-balik: About YSalma | YSalma

any comments sodara-sodara ?