SARAPAN PAGI


.

Minggu pagi, habis Sepedahan keliling kampung. enaknya sarapan bakso nih.  Trainer akhirnya jajan bakso saja di kedai bakso dekat rumah.  Pesan Soto Mie Bakso … ah nikmat sangat.

 

Tak lama datanglah 3 ”customers” yang lain.  2 laki dan 1 perempuan. Sepertinya Mahasiswa.  Menggunakan 2 buah sepeda motor bebek (semuanya tanpa spion, dan knalpotnya pake spleteran … yang kalo di gas bunyinya memekakkan telinga).   

Yang perempuan menyisir rambutnya yang ”pirang gadungan” itu.  Melambaikan tangan langsung berteriak keras memanggil

”Mas sinih … !!!“.  (ah arogan sekali).   

Langsung mereka merepet … “Bikinin Saya bakso setengah, mi putih aja, micinnya jangan banyak-banyak. Mmm Saosnya banyakin, jangan pake kecap.  en Pake kerupuk ya … “

 

“Kalo saya Soto mi bakso, dagingnya banyakin… “,

“Saya Soto Mie bakso juga, nggak pake risoles, gak pake kentang, bawangnya dikit aja ya …”. 

“Ini baksonya baru kan ??? bukan bakso kemaren kan ???” “Gua bisa tuntut lho kalo elu jual bakso yang bekas kemaren”. (sambil bertolak pinggang … ah pongah sangat).

 

(Maksudnya sih “kritis” … tapi salah alamat dan tidak pada tempatnya).

(Dan FYI … itu semua diucapkan dengan serius, bukan nada candaan seorang sahabat).

 

“Cepet ya Mas … nggak pake lama …”.  Mereka terus ngobrol keras dan tertawa terbahak-bahak.  Tidak peduli dengan sekelilingnya. (note : dari obrolannya inilah aku tau bahwa mereka mahasiswa.  Salah satu topik obrolannya adalah tentang “copy paste” tugas paper kuliah)

 

Tidak lama mereka berteriak lagi …”Aduuuhhh Haus nih … mas ada jus nggak ??? ada jus ???

Si mas santun menjawab “Ada … mau jus apa ya mbak ??”

  

“Saya mau jus Melon .. Melon … Melon ada nggak … !!!.  (sambil terus memainkan rambutnya)

“Wah maaf kami tidak ada jus Melon … adanya Jeruk sama Alpukat saja …”

“Aaaahhhh payah banget si nih … gimana sih … bbeeuuhh warung nggak mutu nih … !!!”

“Ya udah jus jeruk tiga !!!” tetap dengan teriakan yang sangat meremehkan.

 

Tak lama kemudian pesanan siap tersaji …

“Mas-mas … aku nggak jadi setengah … aku satu porsi aja … ,  Dan ini sambelnya tolong pisahin dong … aku nggak suka sambel …. Aaaahhh gimana sih ini !!!.  (nada tetap tinggi).

“Eh mas kok Jus nya asem nih … minta tambah gulanya dong …. “ dst dst dst …

Hah … pendek kata … BERISIK … REWEL … RESE’AROGAN   permintaannya banyak (lebih dari “Tujuh Tuntutan” sepertinya)  dan itu terus berlanjut sampai mereka selesai makan. 

 

Baru pake motor bebek saja belagunya kayak gitu … gimana kalo nanti bawa Mobil yak …

 

Katanya pro rakyat kecil … tapi kelakuannya terhadap penjual bakso kok begitu ????

(Sebetulnya rakyat kecil sebelah mana sih yang anda bela ???).

 

(Dan para mahasiswa pun berkilah … ”Aah itu kan hanya oknum …”)

(hhmmm … oke deh kakak …)

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

20 tanggapan untuk “SARAPAN PAGI”

  1. mmmm mereka salah mengartikan makna “pembeli adalah raja”. Mereka anggap bisa semena-mena terhadap penjual.

    Trus, sarapan paginya om rasanya gimana tuch om?? 😛

  2. Pribadi manusia beda2 ya…ada yang suka dengan yang begono tapi tak sedikit yang malah menggernyitkan kening atau aaaaaah brisiiiiiik. bin Rese.

    Keknya usia-usia segitu kalao di kampung istilahnya POK TOROLONG. Apa yang di ucap harus terkabul.

    Om….Lambat laun kecentilan nantinya akan berakhir nggak ya…

  3. Sedih juga dengar cerita mas Trainer. Sama-sama maksud dan tujutannya juga yaitu pesan makanan. Kenapa juga pake cara seperti itu sih, apalagi mahasiswa gitu lho? bukannya semakin berbudaya dan sopan. Thanks

  4. wah…wah…kalau saya lihat yang begitu….langsung gak lapar pak….
    Bener kata bapak,….gimana besok kalau naik mobil…gimana besok kalau sudah jadi seseorang….Prihatiiin,PR kita juga nih pak Trainer,kenapa banyak generasi muda kita demikian…??

  5. duh mahasiswa berulah lagi, tp iya sih sy juga mengakui banyak ‘oknum’ mahasiswa yang sok2an. Mereka mungkin begitu karena belum tahu dunia luar, belum tahu susahnya cari uang, belum tahu kejamnya dunia bagi sebagian orang. Semoga kelak mereka menyadari dan malu sendiri dengan sikapnya. 🙂

  6. Saya seringkali melihat yang seperti ini om. Bikin gregetan pingin negur seringnya….kalau soal demo no.1…cuma kok yo ada yg demo berkoar menuntut ini itu tapi kuliah ga selesai2. gimana mau memperjuangkan yg katanya ;rakyat kecil’ kalau bertanggungjawab terhadap diri sendiri aja ga bisa…..

  7. Si Bos jeli sangat.
    Aku juga sering menyaksikan adegan yang kurang lebih sama.
    Memang udah bawain kali ye?
    Mudah2an mereka nggak ada yang jadi pejabat.
    Kalau di kantor kayak gini udah dipites sama bos. (kutu kali ah..)

  8. Kalau saya mikirnya gini : “Siapa ya orang tuanya? Gimana ya mendidiknya, kok anak-anaknya jadi sombong begitu?”
    Ya iyalah … jangan cuma nyalahin anak saja, lha ortunya kan yang bikin dan ngegedein.
    Mungkin yang perlu dididik adalah dua-duanya : anak dan orang tua. Artinya, ya masyarakat semuanya.

  9. Biasanya yang begini, anak2 baru nemu kota. Mau keliatan gaya tapi jadinya kampungan..prihatin.

    Betul seperti Bu Tutinonka bilang, peran orang tua mendidik kesopanan dan akhlak sejak kecil adalah sangat utama. Sebab perilaku anak dibawa dari perilaku keluarga.

  10. Memang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Semua yang ada pada anak kita adlah hasil dari perlakuan kita sebagai orang tua terhadap anak kita. Mungkin cara mendidik orang tua kita salah….tapi jangan disalahkan juga, karena mereka juga tidak pernah didik untuk menjadi orang tua ( sudah berkeluarga kok madep mantep melu moro tuwa, misalnya ). Jadi sudah seharusnya kita merubah sejauh yang dapat kita ubah.

any comments sodara-sodara ?