TARI TRADISIONAL


Hari ini pak De melontarkan satu ide pokok bahasan untuk diperlombakan dalam Jambore on the Blog 2012  “Edisi Khusus” … yaitu tentang melestarikan budaya nasional, khususnya Seni Tari. 

Menurut saya … jika kita bicara masalah pelestarian tari tradisional maka hal ini tidak lepas kaitannya dengan peran sekolah.  Sebab sekolah adalah wadah pertama untuk mengajarkan anak-anak, untuk cinta pada seni termasuk seni tari tradisional.

Jika boleh melakukan kilas balik ketika jaman saya sekolah SD-SMP-SMA, ekstra kurikuler seni tari tradisional relatif belum mempunyai tempat yang “bergengsi” dimata anak-anak.  Anak-anak relatif lebih memilih ekstrakurikuler lainnya.

Namun dengan berjalannya waktu, saya melihat sedikit demi sedikit … ekstra kurikuler tari tradisional mulai diminati anak-anak.  Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu … Tari Yapong (ciptaan Bagong Kusudiardjo) sempat mewabah dimana-mana.  Hampir dipastikan, di perayaan-perayaan sekolah dasar pasti ada penampilan Tari Yapongnya.  Tari Yapong telah mendapatkan tempat yang sangat istimewa dihati anak-anak SD (juga orang tua dan gurunya).

Bagaimana dengan anak SMP-SMA ?
Bicara mengenai anak-anak muda belia ini … sudah sekitar 4 – 5 tahun ini muncul tari tradisional yang sangat digemari oleh siswi-siswi SMP-SMA … Ya … Tak lain dan tak bukan adalah Tari Saman.  Saya melihat kegiatan ekskul Tari Saman ini adalah ekskul yang sangat bergengsi.  Sangat diminati.  Siswi-siswi populer, gaul dan cantik berlomba-lomba untuk menjadi anggota tim inti tari saman ini.  Ekskul Tari Saman menjadi idaman.  Penampilan mereka pun selalu menimbulkan decak kagum para penontonnya.  Menurut saya … tari ini sangat membutuhkan kekompakan tim dan ketahanan fisik yang prima.  Ini sangat sesuai dengan jiwa anak-anak muda yang dinamis, senang berteman, kompak dan bergaul erat satu sama lain.

Ini adalah awal yang sangat baik.
Namun, yang namanya upaya pelestarian tentu butuh usaha yang berkesinambungan … tidak berhenti pada Tari Yapong dan Tari Saman saja.  Masih ada banyak Tarian Tradisional yang patut dilestarikan.

Pertanyaan selanjutnya adalah … bagaimana caranya ?
Saya memang bukan ahlinya.  Ini bukan domain saya.  Namun dengan segala keterbatasan pengetahuan saya … saya memberanikan diri … untuk mencoba sedikit memberi masukan dan ide-ide yang mungkin bisa dilakukan …

Ide tersebut saya bagi menjadi TIGA tahapan …

.

1.  Workshop Tari Tradisional :
Sekarang kan masa liburan sekolah.  Bagaimana kalau pemerintah daerah, dinas kebudayaan setempat … atau siapa saja yang concern dengan pelestarian Tari Tradisional … memberikan pelatihan kepada guru kesenian atau guru ekskul yang ditunjuk sekolah.   Pelatihan untuk mempelajari satu atau dua tari tradisional daerah setempat.  Dan tari yang dipelajari pun bisa di sesuaikan … untuk Guru SD tari yang dipelajari adalah Tari Anu, yang sederhana sesuai dengan alam fikiran anak-anak.  Untuk SMP tari tradisional yang lain lagi yang lebih rumit.  Untuk yang SMA tari yang lain lagi yang juga disesuaikan dengan usia remaja (tari pergaulan misalnya).  Dan sekali lagi … semua tarian tersebut berasal dari daerah setempat.  Ciptaan seniman tari setempat.  Workshop atau pelatihan tari ini tentu saja akan dipandu oleh para seniman/ahli pengajar tari yang kompeten.  Dengan demikian … paling tidak dalam satu jeda liburan tersebut, ada tiga macam tarian yang dipelajari (untuk SD, SMP dan SMA).  Singkat kata … ini adalah semacam Train the Trainer.  Karena guru-guru yang mengikuti workshop harus mengajarkan kembali tarian tersebut kepada anak-anak didiknya.

.

2. Lomba Tari Tradisional :
Enam bulan berikutnya … ketika masa liburan kembali tiba.  Hasil pembelajaran pada poin 1 tersebut kita pertontonkan.  Melalui sarana Lomba Tari Tradisional.  Jadi … para guru yang dilatih tari pada saat liburan semester yang lalu … akan mengajarkan Tari tersebut selama enam bulan.  Dan hasilnya diuji cobakan pada festival atau lomba ini.  Kalau perlu sampai ke tingkat propinsi.  Jadi nanti akan ada perhelatan yang bertajuk …(misalnya) …. “Lomba Tari Gandrang Bulo, antar Siswa Sekolah Dasar tingkat Propinsi Sulawesi Selatan”.  Jika dirasakan terlalu berat mungkin bisa dimulai antar kecamatan dulu.  Baru kemudian meningkat se kabupaten dan akhirnya tingkat Propinsi.  Berjenjang.  Dari sini akan didapatkan … juara pemenang tingkat SD, SMP dan SMA.

.

3. Festival Tari Nasional :
Para group tari sekolah pemenang tingkat propinsi pada poin 2 diatas … akan sekaligus mewakili propinsi yang bersangkutan untuk unjuk kebolehan di tingkat Nasional.  Namun kali ini sifatnya adalah festival … Mereka bergantian mempertontonkan Tari Tradisional dari daerah masing-masing.  Para pemenang tersebut diundang khusus untuk tampil di Ibukota.  Kalau di bidang olah raga ada Pekan Olah Raga Nasional,  Saya rasa tidak ada salahnya jika kita merintis … Pekan Tari Tradisional Nusantara.  Dari 33 Propinsi.  Melalui wadah ini pun diharapkan, para peserta akan bertukar informasi seputar kekayaan khasanah tari tradisional.  Dan bilamana perlu … diadakan pula ajang bagi para guru untuk saling mengajarkan tarian-tarian masing-masing.  Kontingen Aceh akan mempelajari tari dari Gorontalo misalnya.  Guru Tari dari Propinsi Kalimantan Barat mempelajari tari dari Nusa Tenggara Timur … dan seterusnya.

skemanya kurang lebih seperti ini :

Dengan demikian … diharapkan Tari Tradisional akan mewabah di kalangan siswa SD, SMP, SMA.  Bayangkan … pada suatu masa … di setiap sekolah … di suatu propinsi … akan serentak tekun mempelajari satu jenis tarian dari daerahnya masing-masing.  Tari tradisional akan menjadi “trending topic”.  Yang pada akhirnya upaya Pelestarian Budaya Nasional khususnya Seni Tari … bisa terus berkesinambungan.

Sekali lagi … saya bukan ahlinya.  Sayapun bukan orang yang berkecimpung di bidang seni dan budaya.  Sehingga jika ada informasi yang tidak lengkap … atau ada hal yang kurang pada tempatnya … saya mohon maaf.

Artikel ini diikutsertakan dalam Jambore On the Blog 2012 Edisi Khusus bertajuk :
Lestarikan Budaya Indonesia.

 

Salam saya

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

32 tanggapan untuk “TARI TRADISIONAL”

  1. Kehadiran Rumingkan dalam acara Indonesia Mencari Bakat (IMB) telah memberi kesan luar biasa buat generasi muda, bahwa ternyata tari tradisional tidak kalah hebatnya dibanding hip hop dsb..

    Kebanggaan akan tarian tradisional juga harus terus ditingkatkan di kalangan generasi muda. Event-event besar semacam IMB adalah salah satu wadah yang sangat efektif untuk itu.

    Tiga poin yang Om sebutkan di atas, saya pun setuju.. Semoga, dengan semakin semaraknya tarian tradisional di kalangan muda, akan mengurangi “pengakuan” dari negara tetangga akan kesenian dan budaya kita..

    Semoga sukses di perhelatannya Pakde ya Om.. 🙂

    1. mendengar tari yang satu ini … saya jadi ingat istri uda vizon … Uni Icha …
      Beliau juga mengajarkan tari ini kepada anak-anak kweni …

      Salam saya

  2. lestarikan lestari…xixixixi…

    jaman Oyen TPB masih ada mata kuliah olahraga dan seni kek, trus seninya nari saman sampai penilaian kita harus create gerakannya sendiri. senengnya nari saman, kita tetep bisa pake kostum gamis dan atributnya 😛

  3. Kalau pengalaman saya malah sebaliknya…saat SD-SMP rasanya ekstra tari buanyak peminatnya, semakin jarang ketika SMA apalagi di PT…
    Nah…ini, ulasan kumplit gaya Mr. Trainer spt ini, yg bikin lainnya keder…hehe..
    Sukses di kontesnya Pakde ya Pak.. 😀

  4. mantap surantap ulasannya Pak de sebenarnya sejak TK sudah diajarin tari-tarian tradisional tapi semakin besar makin berpaling maklumlah mereka menganggapnya kuno dibanding dance moderen.

  5. Betul Pak Her, jaman saya dulu tari tradisional bukan ekskul idola yang akan diambil teman-teman SMP atau SMA saya, tapi entah kenapa saya menganggap anak yang mengikuti ekskul ini di mata saya tampak sangat keren…hehe, jadilah saya juga ikut ekskul ini waktu SMA. Tari jagoannya bukan tari yapong, tapi tari Bondan karena saya sekolah di kota Malang 🙂

    Selamat memeriahkan lomba di blog-nya Pakde, smoga posting ini dapat menjadi kontribusi positif bagi segenap generasi muda dan pengambil kebijakan di negara kita…

  6. Kalau festival tari tradisional aku malah belum pernah nonton 🙂
    Semoga sucses di edisi khusus ini ya Om…

  7. tentunya membuat tempat pelatihan menari yang semakin banyak… mungkin pemerintah bisa membuat program latihan menari gratis buat semua orang… mungkin bnayak yang minat… saat ini sangat sulit mencari tempat kursus menari..

  8. anak saya baru mau tiga tahun, tapi saya dan isteri sudah punya rencana mau masukkan dia ke sanggar tari oom…..nebus dosa orang tua yang sudah lupa budaya sendiri… heheee

  9. Jaman saya SD dulu ada ekskul menari daerah. Bahkan saya sempat menari Tari Bondan lho 😳
    Lihat ekskul anak sekarang, tari modern alias tari petakilan dengan musik ra karuan 😦

    Sukses kontesnya Om, saya ndak sempat ikutan 😦

  10. Tiga langkah yang sangat bagus, Om.
    Semua bisa dilakukan di persekolahan.
    Di lingkungan sosial misalnya dengan mengadakan malam kebudayaan pada peringatan kemerdekaan dengan memberi kesempatan anak-anak di daerah tersebut untuk tampil menarikan tarian tradisional dan kebudayaan lainnya. Ini dilakukan di kampung saya dan kampung-kampung sekitar saya (entah sekarang masih/tidak, semoga masih).

  11. setuju semua dengan pendapat om NH.. soalnya jaman sd aku pernah belajar nari om.. tari jepin melayu gt deh.. itu juga karena mau lomba tingkat kota.. kalau ada kegiatan khusus gt pihak murid maupun guu emang akan lebih bersemangat.. lagian klo gak ada event yg mau dituju jadi hanya kegiatan biasa aja kan jadinya..

  12. Solo – Ada berbagai cara melestarikan kesenian tradisional. Seperti lomba mewarnai, melukis dan tari tradisional untuk siswa taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) se-Soloraya, di THR Sriwedari.

  13. Herlina Tismarina, S.Pd dilahirkan di Bandung pekerjaan sehari-hari adalah Guru di SDN Banjarsari Kota Bandung lulusan dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Jurusan Seni Tari . Herlina adalah Pimpinan Sanggar Tari, Rias & Busana Rinekasai bersama sang Kakak (Herlia) mendirikan sanggar ini dengan tujuan untuk melestarikan Budaya sunda khususnya dalam bidang Tari tradisional Sunda. Selama Herlina memimpin Banyak Prestasi yang didapat, bersama anak didiknya banyak perlombaan Tari yang di Menangkan.

  14. saya setuju sekali….saya salah satu guru ekskul tari tradisional di smk…..sy merasakan awalnya sy memulai ngajar thn 2010 mmg sulit utk mengacak mereka….ttp skrg banyak peminatnya…sehingga yg ikut ekskul tari tradisional udah mencapai 150 siswa…sampai kami pihak sekolah bingung mencari ruang utk latihan….tp sy kesulitan mencari acara lomba2 tari tradisional di jakarta utk menyalurkan bakat siswa2 saya

  15. sepakat dan mendukung , kami tgl 3 februari 2013 akan mengadakan PESTA TARI NUSANTARA untuk anak usia SD …. tanpa biaya untuk peserta maupun penonton , Insya Allah berkesinambungan , menular dan keren .

    Gerakan Ayo Menari Negeriku ( nirlaba ) sebagai pemrakarsa mengharap anda dapat bergabung memberikan informasi apapun mengenai yg berkaitan dg seni tari tradisional Indonesia untuk melengkapi Data Bank kami yg nantinya akan kami informasikan dan dapat dg mudah diakses oleh siapapun yg memerlukan … salam

any comments sodara-sodara ?