–
Ini pengalaman waktu Trainer ABG mengikuti program KKN. Tahun 1986. Kuliah Kerja Nyata di suatu desa di pedalaman Jawa Barat. Tepatnya di Desa Panyutran, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Ciamis.
Kami KKN … homestay disana selama 3 bulan. Berbaur dengan masyarakat desa yang sangat sederhana. Kebetulan Desa kami berada diatas Gunung … terisolasi. Relatif Miskin. Listrik belum masuk kesana … jalan tanah seadanya … TV cuma satu … itupun pakai Aki dan … hitamputih pula … jarak antara lingkungan rumah yang satu dengan rumah yang lain berjauhan … Sebagian wilayah masih merupakan hutan dan kebun tegalan yang rindang dan luas.
Kurang lebih … seperti inilah situasi TKP nya
Karena wilayah yang luas … kadang kami berbagi tugas. Memberikan penyuluhan menyebar secara sediri-sendiri … Dengan berjalan kaki kami menyusuri desa sampai ke sudut-sudut yang jauh. Naik turun bukit. Seringkali kami bekeliling memberikan penyuluhan di rumah-rumah penduduk itu sampai malam.
Dan jika Kemalaman … maka tidak ada pilihan bagi kami … selain harus menginap di rumah penduduk setempat. Karena kalau pulang ke tempat pondokan kami lagi … akan memakan waktu yang lama. Berjalan kaki larut malam, melelahkan dan berbahaya … gelap … tidak ada penerangan … (belum lagi ancaman binatang buas …). Jika Hujan … wah tambah riskan sekali … karena jalan tanah berbukit itu akan menjadi licin sangat.
Yang mengharukan adalah … Ditengah kemiskinan dan kesederhanaannya … Mereka justru berebutan untuk menawarkan rumahnya untuk diinapi oleh kami para Mahasiswa ini … Tulus dan bukan basa-basi …
Dan aku perhatikan … disetiap rumah penduduk yang pernah aku inapi … Malam itu Mereka pasti memotong salah satu ayam peliharaan mereka … digoreng … lalu disuguhkannya kepadaku sebagai lauk makan malam …
Aduh bagaimana ini …
Aku tidak sampai hati merepotkan mereka … Puluhan kali aku bilang pada mereka untuk tidak usah repot-repot menyediakan Makanan seperti itu … tetapi berpuluh kali pula mereka keukeuh sumerekeuh memaksa aku untuk menerima suguhan tersebut …
Merupakan suatu kehormatan bagi mereka … jika aku dan juga teman-teman mau menginap di rumah mereka … mau makan suguhan mereka …
(Ya mereka akan dengan bangga bercerita kepada penduduk desa yang lain … bahwa ”Pak KKN” kemarin sempat menginap dan makan di rumahnya …)
SO … jika aku menginap di salah satu rumah penduduk … itu berita buruk bagi komunitas masyarakat per-Ayam-an … karena salah satu dari mereka pasti akan dipotong …
🙂
Mengamankan posisi dulu … 😀
Nah … sekarang baru komennya … 😀
KKN memang penuh kenangan ya Om. Saya juga begitu waktu KKN dulu. Penduduk selalu berusaha menyuguhkan makanan terbaik yang mereka punyai. suatu ketika, saya dan teman-teman datang ke rumah Pak Dukuh. Pak Dukuh ini, meski jabatannya dukuh, tapi sangat sederhana. Rumahnya berdinding gedeg dan berlantai tanah. Nah, saking inginnya menjamu kami, Bu Dukuh menyuguhkan minuman … coba tebak, apa Om? Segelas besar susu panas, di tengah siang bolong yang terik! Huwaaa!!
Saya harus gimana, coba? Pertama, saya nggak suka susu. Kedua, hari panas terik, dan susu itu segelas gede penuh. Huwaa … bener-bener pengin nangis 😥
Tapi karena menghargai Bu Dukuh (pasti susu itu sangat mahal baginya), saya habiskan juga. Sesudah itu, dua hari saya tak bisa makan, soalnya eneg … 😦
Om, itu foto Om ya? Nggak percaya saya! Kok ganteng sih? Wakaka! 😀
wah posisinya udah diambil teh Tuti… 😦
memang kalo dulu denger kata “mahasiswa” itu sesuatu yang “wah”, apalagi kalo lulus dengan sebupan “Mas Insinyur”. so kalo orang desa disinggahi oleh orang yang Wah,, itu seuatu kebanggaan, dan hal itu pasti jarang terjadi… 😀
sepertinya model lokasi KKN kita hampir mirip pak…
saya dulu juga di desa yang berada di ketinggian, tepatnya di lereng gunung marapi. “mendaki gunung, turuni lembah…”
indah sekali kehangatan orang desa itu ya pak…
tamu bagi mereka benar-benar sebuah kehormatan, apalagi sang tamu dapat dilayani dengan baik… 🙂
Wah tragis juga tuh nasib ayam-ayam … hehehe 🙂
kok di fotonya ngga ada ayam?
Ohhh sudah dimakan sih ya hihihi
EM
om..pengen tau dong, gmn komen trio jagoan Om NH ketika ngeliat foto-foto jadulnya Om NH dulu..hebat ya dari dulu terdokumentasi dgn baik semua..mantaab om
cerita KKN, hmm aku udah pernah lho….
btw senyumnya om nh itu loh..hmmm gak kuku
Hayahhhh !!!!!
wah seru … aku juga pernah ngrasain tuh om, obor belut disawah buat lauk makan hehehe …
mas, aku komentarin fotonya, dulu beratnya berpa? hehehe…seandainya sudah ada group band Changsuters mungkin mas bisa jadi salah satu anggotanya..:) sorry mas becanda..ok salam kenal
KKN memang menyenangkan.. dulu saya KKN di Garut Om, udah ada listrik dan nginepnya di rumah pak Lurah. Tapi belum ada TVnya dan kamar mandinya ga ada atapnya dan setengah badan hiyaa.. jadi klo mandi, harus nunduk2 dan dijagain ma temen di luar biar ga ada yang dateng n ngintip 😆
Ahaha.. Om Trainer semasa muda! Hihihi.. kurus sekali om.
Btw saya juga sering terheran2 (dan merasa ga enak sendiri) melihat ketulusan penduduk desa, Om. Tapi merasa sangat dihargai melihat senyum mereka ketika menyambut kami. Sepertinya mereka senang sekali, ada “teman” datang dari kota..
wah masa KKN.. masa yang paling menyenangkan.
krn saya dapat desa di kaki G. Semeru .. di daerah kebun jeruk dan apel..
mau apel tinggal petik di halaman..
trus krn bosen bikin kripik apel..
(maksudnya apel diiris tipis tipis..)..
sambil tebar pesona .. barangkali bisa jadi pacar anak pak Kades..hihihi
met kenal om. tentu om orang yang sangat baik, dan itu juga akan menjadi kenangan bagi mereka sampai saat ini. coba kalau om datang ke desa itu lagi saat ini.
Wah…. saya jadi ingat dulu KKN unpad sekitar tahun 1990. Dapat desa (lupa lagi nama desanya) yang belon ada listriknya di daerah perbatasan kabupaten bogor dan cianjur. Buang air besar harus ke kali yang jauhnya kira-kira satu mil dari rumah pak kadesnya tempat kita menginap. Apalagi kalo malem, wah males banget ke kalinya mana udah gelap lagi. Sepertinya penduduk sekitar sudah terbiasa melihat orang buang air besar agak terbuka di kali. Yang mereka heran itu, ketika mereka melihat saya buang air besar sambil dengerin Walkman… 😆
pengalaman yang pasti sulit terlupakan,
tapi itulah wajah asli Indonesia, yang masih ada ya di pedalaman.
jadi inget kampung nih…., nonton tv b/w pake aki….
tahun udah masuk 2000-an tapi kondisi seperti itu masih ada, ayo presiden terpilih, masa udah menterinya kok masih belum ada kemajuannya…
saya ga da yg namanya KKN, yang ada PKL (lupa singkatannya apa) dan itupun kerjanya juga di perusahaan2 besar yg mo nampung kami
seru juga kali yah kalo dulu saya KKN, melihat sisi lain kehidupan yg jauh dari hiruk pikuk kota besar 🙂
om kurus amaaaaaaaaaaaaaaddddd hahahah
aku juga ga ada KKN
adanya KKPP dan itu ga keluar kota sama sekali, ga juga gabung di perusahaan… wong individual case 😀
Subhanallah pakde…mrk hebat ya…menjalankan sunah Nabi kita…memuliakan tamu… 🙂
jd inget KKN IPB (ktnya kepanjangan Kuliah Kerja Nyata Indah Penuh Bunga hahahahaaha)..klo aku dl di Desa Jugalajaya, Jasinga Bogor..biarpun judulnya Bogor..tp ampun2 ndesonya…mandi di kali mode on gt deh pakde…tp beneran indah kenangannya…ehem..sole sempet cinlok gt deh hahaaha..sesama bpk2 n ibu2 KKN…qeqeqe…
🙂
Wah Pak, saya nyesel juga dulu waktu kuliah gak ikut KKN. Kebetulan di kampus saya ada pilihan selain KKN. 🙂
haha.. itu sih dulu kang, pas ayam masih murah.. lah kalo sekarang, mending tu ayam dijual ajah..
hmmm ingat masa indah KKN dulu…
ada juga “korban” ayam waktu KKN dulu.. hemmm jd pingin nulis tentang KKN
duuu……..hh mengharukan sekali tata krama mereka.
dan pastinya selain bangga, mereka juga tulus ikhlas
‘merelakan’ sang ayam dipotong utk suguhan ‘tamu agung’ mas KKN .
jadi rindu ya mas dengan keramah tamahan seperti itu.
mungkin sekarang agak langka .
salam.
Hahahahhaa… aku juga ngalamin tuh, waktu KKN ke daerah, dipotongin ayam kamupung yang jago, jenggernya merah… katanya karna si eneng cantik, biar makin banyak yang lirik, hihihi… Jengger ada hubungannya ama jodoh ya emangnya?, Aahhh, mereka memang ada2 ajah, tapi keramahan mereka sampe sekarang masih melekat dihati saya loh pak NH 18 🙂
untung dulu blm ada flu burung ya mas
kalau nggak da pada ketularan tu, hehehee……
Aku mau protess Omm..itu kok fotonya gak sedakep siyyyyyyy!! huhuhuu
Yessy, itu sebelum sedakep menjadi trend, kaliii… *membela Om NH* 🙂
Rupanya KKN dulu memang menyenangkan, biasanya pak KKN begitu dihargai dan disambut baik oleh masyarakat desa. Padaherang sampai sekarang tetep susah dijangkau, sekarang aja untuk masuk kesana belum bisa memakai roda empat, masih berojeg ria lho pak, Tapi ayam goreng bumbu serundegnya jadi trademark ciamis.