KHOTIB DAN LISA


 

 

Sabtu kemarin Trainer jalan-jalan sore didekat rumah.  Ngabuburit.  Mencari makanan untuk berbuka puasa.  Sekalian mengajak si Tengah dan si Bungsu untuk cukur rambut.

 

Aku bertemu dua orang istimewa ini … Namanya Khotib dan Lisa …

 

Siapa si Khotib … ?

Khotib adalah seorang penjual gorengan.  Seorang anak kecil.  Kelas 6 SD.   Dia adalah teman sepermainan anakku si Tengah.  Walaupun mereka tidak satu sekolah.  Dulu sering sekali jika hari Sabtu … dia main ke rumah ku … diajak oleh si Tengah, entah main PS atau Main Bola di halaman rumah.

Sedang apa dia ?

Ya sedang menjual gorengannya lah … Laris manis … karena menjelang buka puasa.  Aku perhatikan dia.  Bagaimana tangan-tangan kecilnya dengan cekatan memainkan capit memasukkan pisang goreng, bakwan, lumpia, cireng dan sebagainya.  Ah aku terharu.  Dia membantu kakeknya berjualan gorengan di ujung gang. 

Lho kok kakeknya … lalu ayah ibunya kemana ?  Ayah ibunya pergi menjadi TKI dan TKW ke Luar Negeri, kalau tidak salah ke Hongkong dan Taiwan.  Khotib ditinggal sendirian di Indonesia membantu Kakeknya berdagang gorengan.

 

Lalu Siapakah si Lisa …?

Lisa juga seorang anak kecil.  Baru kelas 4 SD.  Nama lengkapnya Lisa Prihatin.  Dia berjualan Kolak dan Lontong.  Juga untuk keperluan berbuka.  Dengan suara kecilnya dia menawarkan dagangannya kepada para pejalan kaki yang lalu lalang didepannya.   Kolak Pak … ?? Kolak Buu … ?? … dengan riang polos … khas anak-anak.  Sambil mengibas-ibaskan lap agar lalat tidak mendekat.  Aku kembali terharu …

Lisa juga sering sekali main ke rumah kami …

Ya … karena Lisa tidak lain dan tidak bukan adalah putri tunggal Asisten Rumah Tangga kami.  Sementara Ibunya bekerja di rumah kami … dia pada bulan Ramadhan ini turut meringankan beban ibunya dengan berdagang penganan untuk berbuka puasa, … tidak jauh dari tempat Khotib berjualan …  Ya … Dia sudah diajar Prihatin oleh orang tuanya.  Sesuai namanya … Lisa Prihatin …

 

Terbersit di benakku … ah anak-anak sekecil ini … sudah belajar bekerja membantu orang tuanya masing-masing … mencari rejeki apa saja asal halal … tanpa sungkan tanpa malu.

 

Anda harus lihat bagaimana indahnya binar-binar bahagia di mata mereka … ketika menerima lembaran-lembaran uang hasil penjualan dagangan masing-masing … sambil mulutnya lirih mengucapkan Terima Kasih Pak … Terima Kasih Bu …

 

Dan senyum itupun semakin mengembang … ketika kami bilang … udah kembaliannya ambil saja … tapi ditabung ya …

 

Khotib … Lisa … jaga dirimu baik-baik ya Nak …

Aku berdoa dalam hati … Semoga ALLAH senantiasa melindungi mereka …

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

16 tanggapan untuk “KHOTIB DAN LISA”

  1. Lah.. kok dobel gitu yaa.. (hapus salah satu ya, Om!) 🙂

    Kisah Khotib dan Lisa..
    Ditulis sederhana, gaya khasnya si Om NH-ku ^_^
    Tapi justru sederhananya itu, bikin terharu.. 😦
    Ya, ya.
    Duit kecil yang dengan mudahnya kita bilang sama orang, “Udah, ambil aja kembaliannya…” Memiliki arti yang sangat besar buat orang-orang semacam Lisa dan Khotib.

    Makasih buat ceritanya, Om!
    Jadi inget sama postingan Lukman dan Heru itu… 😀

    Salam buat mereka..

  2. hmmm kenapa mas trainer selalu bertemu orang-orang itu berpasangan ya?
    (heran aja sih)

    But memang trenyuh melihat anak-anak sekecil mereka harus bekerja.
    Dan jumlahnya semakin lama semakin banyak. bener-bener prihatin.
    Kadang aku pengen suruh anak-anakku ntar merasakan hidup, homestay dengan mereka-mereka itu. Seperti di film Langitku Rumahku…
    Ntar deh kalau ada kesempatan lagi (tapi si Riku kudu bisa bhs Indonesia dulu ya?)

    doa saya juga untuk Lisa dan Khotib
    EM

  3. Subahanallaah….
    Emang seharusnya anak itu dari kecil udah diberi pelajaran entrepreneur (paling susah nulis kata ini 😛 ) biar udah gede ga nungguin panggilan lamaran atau nungguin diangkat jadi PNS. Biar ngga jadi beban negara nusa dan bangsa, ngga nungguin dana BLT, ngga ngeributin zakat orang kaya dengan membunuh sesamanya.

    Bagus tuh sharingnya para orangtua yang ngajarin anaknya entreperoeperereer di acara ayah Edi di SMART FM, menginspirasi (ketemu lagi kata ini…). Ntar anak saya harus diajarin yg namanya enteprerenuenrerer ini walaupun saya waktu kecil ngga… 😀

  4. Di tengah masyarakat kita ini, banyak sekali anak-anak seperti Khotib dan Lisa. Perhatian dan uluran tangan dari kita (kalangan yang relatif lebih mapan) akan sangat membantu hidup mereka. Semoga mereka bisa memperoleh pendidikan yang baik.

    Buat para komentator penggemar “Laskar Pelangi”, Ikal dan Arai, salam kompak. Ayo kita tunggu filmnya diputar di bioskop.

  5. Assalamualaikum,..
    hidup manusia memang penuh perjuangan dari awal sampai akhir kelak..
    aku juga ikut berdoa untuk pejuang kecil khotib & lisa..pasti ada “janji manis” Illahi atas perjuangan yang tengah mereka jalani..

  6. kata orang: “laut yg tenang tidak akan melahirkan pelaut yg handal”
    khotib dan lisa akan menjadi “pelaut” yg handal suatu saat, karena terpaan yg luar biasa dari masa kecilnya…
    lantas, bagaimana dg anak kita? perlukan disuruh jualan gorengan dan kolak…? hehe… 🙂

  7. Pertanyaan menarik dari uda Vizon,”perlukah anak2 kita merasakan pengalaman perih seperti ini?” Rasanya perlu ya, tapi jangan lama2…sekedar tahu….Mungkin seminggu gitu homestay di rumah keluarga yang berkekurangan….Tapi serius juga boleh…

any comments sodara-sodara ?