WHERE DID THE FOOD GO ?


(ini tulisan dari yang empunya Blog …) 🙂

Pernahkah anda diundang meeting – pertemuan – training – workshop – seminar atau acara perhelatan lain yang diadakan di sebuah Hotel ?.  
Umumnya pasti ada rehat kopi dan/atau makan siang bukan ?  Akan ada banyak Snack … Akan ada banyak Makanan disediakan …

Apakah semua habis termakan ?. 
Ada yang habis  … Tetapi tidak jarang … banyak pula yang tersisa.

Pertanyaan Selanjutnya … ?
Akan dikemanakan makanan yang tersisa tersebut ?

Trainer sering sekali mengadakan meeting atau training di hotel-hotel.  Dan sering kali saya melihat begitu banyak sisa makanan yang belum dimakan.  Masih tersaji dengan rapinya di atas meja saji.  Masih Utuh.  

Urat iseng saya pun lantas tersentil … dan lalu bertanya kepada mas-mas petugas Banquet Hotel disana …

”Mas … ini makanan masih sisa banyak begini … ? mau dikemanakan ?”

Dan dengan ringannya si Mas menjawab : ”YA DIBUANG PAK …!!!”

What ??? Adoh …!!! Eman-emane rek … Makanan mahal ini … Pastry Mahal ini …
Dan saya mendapat jawaban serupa seperti itu … tidak sekali dua kali … Namun hampir setiap kali.  Hampir disetiap Hotel.  Dimanapun … !.

Sepertinya membuang makanan yang masih tersisa adalah SOP yang umum diberlakukan di Hotel-hotel tersebut.  Mereka melarang keras para karyawannya untuk mengambil sisa makanan tersebut.  Dan juga menurut bincang-bincang saya dengan mereka … mereka juga tidak menyumbangkan makanan tersebut kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Ya … Ini pasti ada latarbelakangnya.  Sepertinya … mereka mencegah penyalah-gunaan makanan-makanan ini.  Menjaga mutu makanan, agar makanan hari ini tidak disajikan kembali di esok hari.  Dan juga untuk menghindari manipulasi dan yang sejenisnya.

Melihat kenyataan ini … Kalau boleh saya menghimbau … Jika Anda adalah penyelenggara atau panitia Meeting-Training-Seminar-Pertemuan tersebut. Atau dipercaya untuk mengelola kegiatan tersebut.  Please :

  1. Memesan makanan sesuai dengan kebutuhan.  Jangan terlalu berlebihan -tetapi jangan pula sampai kurang.
  2. Jika meeting selesai, mintalah para peserta untuk mengambil lagi snack atau makanan yang mungkin masih tersisa di meja saji … untuk dibawa pulang.
  3. Jangan malu-malu untuk minta kotak sterofoam atau tas kresek untuk membungkus makanan tersebut.  Kita sebagai tamu, panitia atau penyelenggara meeting, berhak untuk mengambil sisa makanan tersebut.   Hawong makanan tersebut sudah dibayar kok. Terserah mau kita makan untuk kita sendiri dan keluarga dirumah … atau untuk di sumbangkan.  Itu terserah anda.  Yang penting … Makanan itu jangan sampai dibuang. … Sayang-sayang.

Kalau Makanan itu kita tinggalkan begitu saja … ?
Niscaya Pihak hotel akan membuang atau memusnahkan makanan tersebut.  Tanpa Ampun.  Seberapapun banyaknya yang tersisa … semahal apapun nilai harganya …

SO … Sodara-sodara sekalian …
Mari kita rubah situasi dari :  … Makanan Sisa … ??? … Dibuang … !!!

Menjadi :Makanan Sisa … ??? … DIBUNGKUS … !!!

SETUJU ???

Para Pembaca yang (pernah) bekecimpung di Industri Perhotelan, mungkin bisa sharing masalah ini … ?
Atau ada para Pembaca lain yang punya pengalaman serupa ? 
Boleh sharing tak ?

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

43 tanggapan untuk “WHERE DID THE FOOD GO ?”

  1. Definisi makanan sisa bagi pihak hotel/katering tentu berbeda dg definisi kita sebagai konsumen. Bagi mereka, makanan sisa adalah yg tertinggal di lokasi setelah acara selesai; baik di meja prasmanan maupun di sela2 kursi tamu. Aturannya cuma satu; buang! Ada semacam pantangan untuk memanfaatkannya kembali.

    Saya setuju dg Om bahwa ini bukan urusan pihak hotel/katering, tp sepenuhnya kewenangan penyelenggara. Solusinya ya seperti yg Om sampaikan pada poin 3; bungkus saja! Pihak hotel pasti tidak keberatan untuk memfasilitasinya

    Sebuah pengamatan yang jitu, Om 🙂

  2. wah… saya juga suka mikir gt om, kemana tuh kue2…

    ada baiknya kateringnya juga nyediain tempat buat di bawa pulang, hahahahha…

    atau kayanya kita jgn lupa bawa tapperware kecil, ihihihihihi…

  3. kalo saya yg jadi panitia sih biasanya saya bungkus buat di bawa sih Opa.. masalah itu nanti di makan rame-rame bareng rekan-rekan kantor lain yang ga ikutan acara atau saya kasih pengemis di lampu merah ya urusan belakangan.. Pokoknya saya bawa dulu 😀

    itu terjadi gara-gara keisengan saya sekitar tahun 2005-an yang lalu – sama kayak Opa – nanya kalo ga abis makanannya di kemanain. Pas tau dibuang kok saya langsung kebayang orang-orang yang hari itu masih mikir gimana caranya bisa makan hari ini. Ih sedih! Sejak itu, kalo pas saya yang jadi panitia, dan banyak makanan sisa, pasti sisanya saya bawa. Biarpun cuma kue-kue kecil.

    Ntah kapan itu, saya abis nyelenggarain board meeting di sebuah hotel, banyak kue-kue sisa. Trus saya minta dibungkusin. Pas sampe lampu merah Blok M, kok banyak pengemis anak-anak kecil gitu Opa.. kue-kue itu saya kasih ke mereka. Ih rasanya mau nangis liat mereka sorak-sorak girang di kasih kue.
    *ya ya saya cengeng*
    :mrgreen:

  4. setuju ama pendapat om T, lebih baik dibungkus pulang daripada ama pihak hotelnya dibuang kan mubazir.
    Teman saya pernah ngadain seminar di hotel, dan sebagai panitia saya berhak meminta pihak hotel packing sisa makanan utuh untuk dibagiin kembali ke orang lain.
    Tapi kalo sebagai undangan, saya gak berani …

  5. Bagian nomor 2 dan 3..itu highly recomended, pak…

    Jarang menghadiri jamuan di hotel, sih…tapi demi membaca apa yang pak NH tuliskan ini..rasanya…besok2 gak bakal malu membawa pulang jamuan dari hotel, deh…he..he.. 😀

  6. tapi kadang ada juga,,,
    oknum yang curang inyiak,,,
    mereka bilangnya itu dibuang,,trus abis itu di jual lagi..
    pernah kan liat video ttg makanan salah satu restoran yang dibuang trus di olah lagi..
    jangankan makanannya yang di olah lagi,, minyak gorengnya aja itu ada yang beli. 🙂 🙂

    saya juga setuju kalau ada acara makan..makan mending di bawa pulang..
    daripada mubazir

  7. saya pernah ngalamin tapi biasanya saya ta habisin aja kan mubazir itu juga ta komporin temen lainnya yang kebetulan seiman (maksudnya bagian penghabisan gitu hehehe)

  8. miris banget ya Mas kalau makanan bagus , enak dan mahal pula, dibuang begitu saja.
    kok, kayaknya gak tega , mubazir banget 😦

    saran Mas Enha diatas sangat baik sekali, agar peserta bisa membawa pulang makanan yg berlebih tsb.
    terserah mau diapakan, yg pasti utk dimanfaatkan lagi bukan dibuang begitu saja.
    salam

  9. Kalau habis miting itu saya langsung pulang ke rumah…no 3 itu wajib saya lakukan. Perkara nanti mau dimakan sendiri atau dibagikan di sepanjang jalan..itu urusan nanti. Pokoknya jangan sampai sisa di hotel begitu saja…ngenes kalau membayangkan makanan itu dibuang.

  10. yup om. bner2 mubazir jk dibuang
    kl pas jd panitia biasanya minta tolong bungkusin ma pihak hotel/petugas kateringnya bs buat sesama panitia atau dibagi jg ke tman lain yg bukan jd panitia. cm bingungnya kl jd peserta…..gmn ya enaknya?

  11. tidak semua hotel memusnahkan makanan sisa tersebut, sdh ada penadahnya. termasuk sisa daging/buah2n dr pantry mereka, bahkan minyak jlantahnya. 🙂
    cara yg benar utk menghabiskan makanan sisa rapat/training memang sebaiknya dibawa pulang, toh sdh dibayar.

  12. rekomendasinya kurang 1 om trainer:

    4. panggil Bro Neo, btw salah seorang temen di MIS dulu memberi julukan: BroNeo pembersih segala wakakakakak

    *sorry OOT*

    wah sayang sekali kalo dibuang yach…. pdhl masih bisa dimanfaatkan
    kayaknya meeting berikutnya mesti siap-siap neh…..
    *gmana kalo kita mulai dr meeting bulan depan*

  13. hahaha…..siap!!!!

    Sudah dilaksanakan setiap ada acara di hotel om….
    bisa bagi2 orang yg membutuhkan….

    Kadang kalo kupon makan nganggur banyak…ih sedih tnan…biasanya kalo hari terakhir sudah pada pulang duluan.

    Semua deh saya ‘kukut-in’ notes, kertas presentasi, spidol, pensil, termasuk aqua…
    kardus seminar kit yg sudah dibagikan isinya ke peserta, diganti sama aqua botol….(heran juga, seringan kok ya ga diminum ya?) (nek iki jenenge menjarah hehehe)

  14. Terima kasih Om

    Chef/Mgr juga concern dgn masalah ini, disatu sisi harus memastikan ketersediaan makanan utk tamu disisi lain harus juga menjaga biaya opersional agar tidak membengkak

    Makanan seperti nasi, mi atau sayur berkuah memang langsung dibuang karena alasan kebersihan.
    Beberapa hotel/restoran mengizinkan staff membawa pulang untuk makanan ternak.
    Sedangkan untuk menjual makanan sisa setahu saya lebih kepada oknum bukan kebijaksanaan hotel/restoran

    Kue-kue atau pastry biasanya akan dibagikan di kantin karyawan (tergantung kebijaksanaan hotel)

    Sisa minyak goreng umumnya akan dijual lagi dan biasanya yang memanfaatkannya adalah pedagang gorengan (jajanan atau ayam lalapan).

    Saya pribadi juga medukung saran dari Om untuk membungkus makanan, karena pada dasarnya pihak hotel tidak akan keberatan apabila tamu meminta.
    Tapi sayangnya hanya sedikit/jarang tamu yg meminta, mungkin malu atau gengsi dengan teman2 yg lain.

    Hmm, komentar terpanjang yg penah ditulis, Thank you Om

  15. Mestinya panitia menyediakan plastik bungkus untuk membawa pulang makanan, kayak kalok arisan itu lhooo…… jadi peserta/tamu boleh bawa pulang hihihihihi……

    (emak-emak tukang arisan 😀 )

  16. Tapi Om,
    Sayang dong ya makanannya. Karyawan di hotel itu kan juga belum tentu semuanya pernah makan makanan hotel, dan kalau ada makanan yang tidak habis, kalau dibawa pulang untuk anak dan keluarga, lumayan kan ya.

    Barangkali tidak semua restoran begitu ya. Sebagian saya rasa boleh kalau dibawa pulang. *maksa*

  17. Kebanyakan malah pihak hotel menawarkan kok oom ke ketua panitia penyelenggara, atau EO yg menyiapkan . Pas pùlang udah bawa besek. Jadi, sebaliknya kalau peserta sambil makan sambil nyimpen kue dalam tisu gpp ya, gak malu2in kan he..he.

  18. Walah,,, sayang seribu sayang tuh Oom, makanya buat menghindari hal itu,
    kalo jadi panitia; saya selalu ingatkan bagian konsumsi supanya sediain fasilitas pembungkus snack hehe..
    kalo jadi tamu atau peserta ; bawa tupperware kecil (kayak kata mas prim), kalo gak bawa tanya bagian catering dan nekat minta plastik atau stereofoam, untuk membungkus (kalo sudah dipersilahkan sama yg punya acara lho ya.. ) hehehe…

    saya kan pemalu Oom.. haha

    salam sayang Oom

  19. Ada beberapa pihak Hotel menawarkan kepada Penyelenggara untuk membawa semua makanan yang masih ada.
    Atau saya setuju dengan idenya Pk NH, untuk mengumumkan dan mempersilahkan peserta yang ingin membawa makanan-makanan tersebut dibungkus dan dibawa pulang………..

  20. USUL JUGA :
    Jika Anda adalah penyelenggara atau panitia Meeting-Training-Seminar-Pertemuan kayak gitu, sebaiknya jangan diselenggarakan di hotel tapi di Warung saja… 😀

  21. Waduh sekali lagi potret kesenjangan…di belahan bumi lain nampak orang mengais-ngais makanan di tempat sampah sementara di belahan lain sibuk membuang-buang nya….tapi nampaknya Sang Khaliq sengaja menciptakan ini agar sang mahluq menjadi pandai mensiasati setiap kesenjangan dengan jembatan kebijakan….sesungguhnya hal demikian itu harus membuat orang menjadi berfikir agar tidak ada makanan mubazir dan tidak ada orang yang kelaparan….Salam kenal buat semuanya…kunjungi juga saya ya terutama di http://deepyudha.blogspot.com/2010/12/pemuda-dan-teknologi.html

  22. Begitulah, ketika baru tau situasi seperti ini dulu, saya mengumpat tiada habisnya.
    Tapi kemudian ya seperti itu, menyediakan kotak2 makanan untuk menampung makanan yang tidak habis, kalau mau langsung dibagikan, waktu itu kami sengaja bawa kotak banyak2, terus diisi yang rata, terus dalam perjalanan pulang dibagi2in deh sama yang dijumpai di sepanjang jalan. Jadi, ga ada makanan yang terbuang ‘kan?

  23. Duh, iya, dibungkus dong kalo gak habis… 😦
    Kok bisa makanan sisa dibuang… kalo masih bagus, kenapa nggak dibawa aja? 😀
    Kalo basi, bau, baru dibuang. :mrgreen:

  24. om nh, saya pernah kerja di restoran…dan aturan mereka (maklum waralaba) apabila ada makan yg tidak habis terjual harus dibuang…itu aturannya. Saya percaya untuk hotel2 yang berbintang pun memiliki rules yg kurang lebih sama deh.
    Kita ga usah malu untuk membawa pulang makanan yang tidak habis dimakan. Kalau ada acara kantor yg menggunakan hotel sebagai tempat acaranya pasti ada makanan yang tidak habis……….dan itu pasti saya bawa ke kantor untuk makan bersama dengan teman2 kantor yang tidak ikut acara. Kalaupun di restoran makan dengan keluarga, kalau ada pesanan makanan yang tidak habis dimakan…ya di bungkus lah ….
    malu…?….kenapa mesti malu…wong itu duit kita sendiri koq….cheers….

  25. Ibu saya memberi contoh untuk selalu membawa plastik sekiloan beberapa di dalam tas.. jaga2.. kalo harus bungkus2…

    Nah, kalo ada acara di rumah.. entah pertemuan entah pengajian… plastik sekilo dan dua kiloan itu disediakan khusus di depan tamu.. “monggo yang mau ngasto kondur.. sudah ada plastik..” begitu Om.. 🙂

  26. kebetulan kantor saya sering bikin acara di hotel Om…
    tanpa malu2, kami udah sangu plastik untuk membungkus semua makanan yang masih.. lhah udah dibayar jeh… (orang2 kirmah.. alias mikir omah) :p

  27. setuju oom, disini banyak makanan, disana banyak orang 2 menangis karena bingung mencari makanan.
    Ibu-ibu kalau arisan kan menerapkan strategi KIRMAH alias MIKIR OMAH.
    Nyonya rumah yang baik hati biasanya sudah menyiapkan tas plastik untuk wadah jajan dan makanan tsb bagi peserta arisan yang ingin membawa makanan pulang ( umumnya ish pengin semua)

    Termasuk di Cikini dulu ya oom ha ha ha ha

    Salam hangat dari Surabaya

  28. Sekedar berbagi dari praktisi perhotelan:

    Untuk snack saat buffet coffee break, biasanya sebelum di clear-up (waktu CB maximal 45 menit) pihak hotel akan berkoordinasi dengan panitia (seharusnya) mengenai left over nya, krn akan di setting ulang untuk sesi berikutnya, kecuali panitianya rajin melirik snack yang ada (ngiler) pasti duluan minta “di-gimana-in snacknya”.
    Sedangkan untuk buffet lunch/dinner, beberapa hotel membuat penghitungan berdasarkan piring dengan konsukwensinya bila piring masih ada dan makanan berkurang, harus ditambah. dan bila piring habis dan makanan masih ada, maka penambahan piring bisa menjadi penambahan biaya, karena item yang ditambahkan biasanya lebih jumlahnya/per-item (sekitar 5 porsi), oleh karena itu permintaan membungkus sisa makanan buffet tidak bisa diberikan karena sudah masuk unsur biaya tambahan masak (memang resiko hotel bila ada tamu yang mengambil lauk lebih dari yang lain), dan left over food itu akan diserahkan sesuai policy manajemen.
    Biasanya terjadi miss-informasi dari pihak sales hotel yang kadang tidak meng-informasikan mengenai policy tersebut (atau salesnya malah tidak tau yang seharusnya mereka lebih tau). dan pihak panitia juga seharusnya mengecek jumlah piring dengan berkoordinasi dengan petugas restaurant/banquet agar sama-sama enak. dan seharusnya petugas juga meng-informasikan panitia bila piring mulai berkurang sedangkan antrian tidak sesuai dengan jumlah piring, dan pihak panitia juga harus memberikan garansi jumlah peserta dan bersedia bila penambahan dikenakan biaya (sama-sama untung).
    pengalaman saya, biasanya panitia lebih dahulu soal makanan (bungkus membungkus) daripada peserta, seperti jadi rezeki/bisnis tambahan untuk makanan selain mark-up bill atau jumlah peserta (awas KPK).
    Waahh……sorry kepanjangan.
    Salam dari Bumi Sriwijaya.

any comments sodara-sodara ?