LAMARAN


22 Juni 2014

Saya menghadiri undangan acara lamaran. Acara tersebut diselenggarakan di sebuah resto di bilangan Jakarta Selatan.  Yang mengundang adalah teman masa kecil istri saya.  Putri sulung mereka akan dilamar calon suaminya.

Ini bukan kali pertama saya menghadiri acara serupa.  Saya sudah beberapa kali diundang ke acara lamaran seperti ini.  Dari berbagai adat istiadat, dari berbagai latar belakang keluarga.  Sekalipun berbeda-beda, saya melihat ada beberapa kesamaan yang selalu ada dalam setiap acara lamaran yang saya hadiri.

Kesamaan tersebut adalah …

1. Perkenalan
Ini paling sering saya lihat. Saya selalu melihat di acara lamaran, masing-masing pihak memperkenalkan keluarga masing-masing. Ayah-ibu, saudara dari pihak ayah, saudara dari pihak ibu. Paman, bibi, keponakan, cucu dan sebagainya. Tidak jarang beberapa keluarga juga memperkenalkan orang yang dituakan, orang yang dihormati, bahkan tokoh masyarakat yang mungkin berkenan hadir saat itu (walaupun bukan berasal dari keluarga inti).  Yang menjadi juru bicara bisa Ayah dari pihak calon mempelai.  Bisa juga paman atau kerabat lain yang ditunjuk.  Yang seru adalah kalau keluarga Ayah dan/atau Ibu keluarga calon mempelai merupakan keluarga besar. Contohnya seperti yang saya dengar siang tadi, ketika Ayah dari pihak wanita memperkenalkan pihaknya :

“Kami ini keluarga besar. Terdiri dari sembilan belas keluarga. Saya adalah putra pertama dari Sebelas bersaudara. Sementara istri saya adalah putri ke lima dari delapan bersaudara. Saya mulai dari keluarga saya. Pertama saya perkenalkan adik saya nomer satu. Namanya adalah “yyy” bersuamikan “xxx”, mereka mempunyai 6 orang anak. Anak pertamanya bernama “aaa” beristrikan “bbb” … bla bla bla …”

(disebutkanlah semua nama anak, menantu dan juga cucu-cucunya).  Long list sodara-sodara … puanjaaang … sehingga bisa jadi acara perkenalan dari satu pihak saja bisa berlangsung lama sekali. Menyebut nama yang banyak sudah tentu. (kalau saja ada ujian … maka saya jamin … tidak akan bisa menjawab pertanyaan dengan baik … nggak akan hafal satu-satu)(hahaha).

.

2. Penyampaian maksud
Ini adalah inti dari pertemuan lamaran. Pihak lelaki akan menyampaikan maksud kedatangan mereka, mempersunting putri idaman hati. Saya lihat ada beberapa perbedaan mengenai hal yang satu ini. Penyampaian maksud ini ada yang dilakukan sendiri oleh calon mempelai lelaki. Ada yang disampaikan oleh ayahnya. Ada juga yang diwakilkan oleh paman atau kerabat lainnya. Saya pribadi kagum pada mereka, lelaki yang langsung bicara sendiri mengutarakan maksudnya. Tanpa diwakili oleh ayahnya atau pamannya. (tapi saya rasa ini juga terkait dengan adat istiadat yang berlaku di masing-masing daerah).
Lalu bagaimana jawabannya ? Umumnya ayah sang wanita akan menanyakan kepada putrinya langsung. Apa dia menerima lamarannya atau tidak. (tentu saja ini hanya formalitas saja). Jawabannya bisa disampaikan kembali oleh ayah. Bisa pula sang ayah mempersilahkan si wanita untuk bicara langsung kepada para hadirin yang datang.

.

3. Tanda Mata
Ini juga beberapa kali saya lihat. Tanda mata ini biasanya langsung diberikan dan disematkan oleh ibunda si Laki-laki kepada calon menantunya. Biasanya berbentuk perhiasan, contohnya kalung atau benda-benda perhiasan lainnya. Ada pasangan yang melalui masa bertunangan ada pula yang tidak. Jika tidak bertunangan biasanya tanda mata yang diberikan oleh Ibunda si lelaki berupa sebentuk cincin. (Jujur saya tidak mengetahui secara persis bagaimana aturan secara hukum agama mengenai pertunangan ini).

.

Jadi demikianlah beberapa kesamaan yang saya amati.
Sekali lagi … saya tidak tau bagaimana aturannya secara adat. Pun saya tidak menguasai hukumnya secara agama. Yang jelas acara ini, menurut pendapat saya selain secara resmi ingin meminang sang putri … juga sangat berguna untuk menyambung tali silaturahmi di antara kedua keluarga besar.

(@nh18 waktu undangan tadi) (numpang narcis)

.

(narcis yo ben …)

🙂 🙂 🙂

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

 

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

50 tanggapan untuk “LAMARAN”

    1. Betul In-jul … di beberapa acara lamaran tamu yang datang diberi cindera mata. Seperti acara ulang tahun anak-anak. Ada yang makanan, ada juga yang souvenir, kerajinan tangan … dan sebagainya

    1. Iya Jo … saya dengar juga begitu …
      bahkan … ketika sang Ayah atau Anak berdialog … kadang bisa menitikkan air mata …
      karena sedih … menghadapi kenyataan bahwa … anak-anak sudah beranjak dewasa dan berumah tangga …
      sepertinya baru kemarin dibelai dibuaian …

  1. waktu saya lamaran sih gak sampe memperkenalkan semua anggota keluarga sih. tapi penyampain maksud dan tanda mata nya sih iya sama… 🙂

  2. Insya Allah saya sering jadi juru bicara dan mewakili keluarga untuk acara begini Om.
    Padahal banyak keluarga yg dr segi umur jauh di atas saya 🙂

  3. jangankan keluarga besar om, yang keluarga kecil saja kalau perkenalannya sampai ke om tante dll pasti saya lupa. maklum kan momen lamaran suka gak konsen deg2an ya hehehe. proses menghafal keluarga steelah lamaran biasanya

  4. proses lamaran sy juga seperti itu. Gak ada ritual adat apapun. Untuk yang nomor 3, calon mertua memberikan sehelai songket palembang. Dan, songket itu saya pakai saat resepsi. Gak diharuskan sih. Saya aja yang kepengen karena memang bagus

  5. Lagi musim lamaran kayaknya ya Om. Kalo yang baru saya hadiri, mirip2 sih. Tapi di perkenalan malah tidak diperkenalkan keluarga intinya :v

    Trus kalo kami di Sulawesi, kalo sdh pelamaran resmi begitu yang bicara om atau ayah si calon mempelai laki, calon mempelai laki tidak datang ke rumah calon mempelai perempuan. Tp sebelumnya, laki2 sudah bicara secara pribadi dengan keluarga perempuan dan membicarakan hal2 seputar pelamaran dan pernikahan jadi sebenarnya sudah ada kesepakatan, pelamaran resminya tinggal “formalitas” saja, untuk memenuhi “tuntutan adat”

  6. Baru saja beberapa bulan lalu, abang saya melamar seorang gadis dari tanah sebrang. Alhamdulillah berjalan lancar. Ini kali pertama keluarga melakukan lamaran karna dari 3 bersaudara, sisanya pada dilamar alias dari pihak perempuan. hehe

    Pada intinya memang ada kesamaan untuk acara lamaran ya, pak. Sisanya gimana kebiasaan atau adat aja…

    Nice sharing, pak.

    Salam hangat,
    Zia

  7. Assalamualaikum wr wb

    Setelah saya baca sungguh sangat menarik sekali dan bermanfaat bagi saya

    Maaf sebelumnya saya meninggalkan jejak. Jika ingin pasang rangka baja ringan di kawasan Daerah istimewa Yogyakarta dan kawasan jateng yang berdekatan dengan DI Yogyakarta, silahkan kunjungi blog saya untuk info lebih lanjut

    ht tp://konstruksirangkabaja.wordpress.com/

    Walaikumussalam wr wb

  8. Tempat acara lamaran sekarang juga berubah ya, om, mengikut tempat pestanya. Kalau dulu acara lamaran kebanyakan dilakukan di rumah, sekarang lebih praktis kalau di restoran. Gak ribeh menyediakan tempat dan makanan untuk menjamu tamunya

  9. Di adat Magek, benda yang dijadikan tanda pengikat lamaran adalah cincin. Tapi bukan cincin emas, apalagi berlian. Yang digunakan adalah cincin akik dengan ikat besi putih yang harganya murah meriah itu Om.. Kedua belah pihak akan saling bertukar cincin tersebut yang diwakilkan kepada Mamak (paman dari ibu) masing-masing pasangan. Saya sempat mempertanyakan filosofi penggunaan cincin akik ini dulu. Katanya, ini adalah perlambang kekuatan. Diharapkan kedua insan tersebut akan terikat dalam cinta yang kuat. Cincin tersebut tentu saja tidak dikenakan, tapi disimpan sebagai salah satu warisan tradisi.. 🙂

    Btw, blog Om ini kebanjiran komentar dari para “agan-agan” nih.. Gemboknya kurang kencang ya Om? hehehe..

    1. Ketangkep si Uda …
      Tapi saya kasihan … jadi saya revisi dikit … lalu ditayangkan
      (asal nggak jual “macem-macem” aja …) 🙂

  10. Selama ini, yang saya tahu, acara lamaran itu ya dilangsungkan di rumah, dan biasanya sangat sederhana, intinya silaturahmi dan melamar. Namun, belum lama ini saya diminta ngisi pengajian singkat dan doa di acara lamaran yang diadakan di sebuah rumah makan terkenal di Jogja, ooo… ada ya lamaran di rumah makan, hehehe… (tiba-tiba saya teringat GA-nya Mbak Idah Ceris, apakah pengalaman saya ini termasuk kudet? Bila termasuk, bisa saya tulis neh untuk iukutan GA, hehehe)

  11. saya jadi ingat.. kalau saudara saya yg laki-laki datang ke acara seperti ini biasanya sangat memperhatikan jalannya upacara dan diam-diam menghapalkan susunan acara dan kalimat-kalimat yang diucapkan baik oleh wakil keluarga yang melamar maupun wakil keluarga yang dilamar (maksudnya latihan Om… siapa tahu nanti giliran menjadi jubir keluarga…ha ha ha)

  12. ada yg membawa banyak keluarga ada juga yg cuma keluarga inti saja mama papa, paling nenek dan kakek, kalau adat daerah kami keluarga lelaki menanyakan berapa mahar yg diinginkan ortu si gadis, ada yg modern ortu si gadis bilang semampunya si mempelai pria ada juga yg mematok harga karena semacam kebanggaan sendiri kalau anak gadisnya mendapat mahar yang tinggi, dan bagi si mempelai pria ada kebanggaan juga ia dapat memenuhi keinginan si wanita walaupun itu tidak menentukan kebahagiaan mereka kelak setelah menikah,

  13. Hampir sama juga dengan dijawa, tapi ada juga kalau dijawa daerah saya bahsanya kayak wayang kulit gitu atau ada yang mengatakan bahasa dalang … ha ha ha ha tapi itulah adat istiadat yang tidak bisa di lupakan.

  14. Lamaran biasanya di rumah yah Om…
    tapi skrg banyak juga diadakan di gedung, hotel dan resto..

    tapi yang jelas saya setuju dengan perihal menjalin silaturahmi itu.. 🙂

    Apa kabar Om NH?
    selamat menunaikan ibadah puasa ya.. mohon maaf lahir batin..
    semoga Om sekeluarga sehat selalu.. aamiin.. 🙂

  15. Baru Desember tahun 2013 saya dilamar dan bulan Mei kemarin saya mengalami hari terbesar dan terindah dalam hidup saya. Memang proses lamaran itu unik, bisa bermacam-macam suasananya, manum yang bikin geleng-geleng adalah ketika keluarganya besar sekali sehingga memakan waktu yang lama dam proses perkenalan 🙂

  16. lamaran dan peningsetan di daerah kami, peningsetan dari kata singset diikat, maknanya sih sama saja. Uba rampenya yang aneka ragam, salah satu yang kami kenang adalah keak-keok ayam hidup bawaan kelg calon mempelai pria.
    Selamat menunaikan ibadah puasa tuk kelg Dhimas NH

  17. Sambil membaca tulisan Om Trainer, melayang-layang pikiran saya jauh kebelakang. Lima tahun lalu tepatnya, 2 oktober 2009, ketika Tuhan Yang Maha Esa mengikat cinta suci kami dalam pernikahan. Terima kasih Om, salam kenal dari pembaca setia tulisan-tulisan mu.

  18. ya setahu saya emang macam tu lah pak seperti yg bapak jelaskan di atas kebanyakkan seperti itu adanya tapi kemungkinan setiap adat dan daerah pastinya ada perbedaan cara nya secara umum seperti yang bapak jelaskan di atas

  19. Wahh saya dan suami betul2 sangat praktis ya. Karena keluarga kecil (cuma tiga orang) dan terpisah jauh rumahnya…lamaran nya sederhana, tak lebih dari 10 orang.
    Pas si bungsu, yang datang hanya calon suaminya sendirian…kasihan kalau ortu n adiknya ikut datang, tiketnya mahal (mendingan untuk datang pas acara syukuran nya). Itupun, karena dokumen yang ribet, akhirnya mereka menikah di KBRI Tokyo.

any comments sodara-sodara ?