KIB 2 : PERSIAPAN DAN HARI INSPIRASI


Seperti yang telah saya tuliskan di postingan sebelumnya, saya memberanikan diri mendaftar untuk menjadi relawan pengajar di Gerakan Indonesia Mengajar melalui program khusus yang bertajuk “Kelas Inspirasi Bogor 2” (KIB 2).  Kami mendapat tugas untuk mengajar satu hari di sebuah sekolah dasar, yaitu SDN Situ Gede 1.  Gambaran situasi lokasi SDN Situ Gede 1 pun telah saya tuliskan di postingan sebelumnya.

Segera setelah briefing umum KIB 2, kelompok kami berdiskusi merencanakan apa saja yang akan kami lakukan, bagaimana jadwalnya, bagaimana mekanismenya, run down acaranya, alat apa yang kami butuhkan dan sebagainya.  Tantangan menjadi sedikit rumit karena kami masing-masing mempunyai kesibukan sendiri-sendiri.  Seluruh komunikasi hanya kami lakukan melalui Whatsapp.

.

9 September 2014 : Hari Inspirasi

Sebetulnya kelompok kami itu terdiri dari delapan orang, namun pada saat hari H ada dua orang yang tidak bisa mengikutinya.  Satu sakit dan satu lagi ada acara mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. 

tim20
kelompok 20, KIB 2 (photo by Fanny KIB 2)

Kami berasal dari profesi yang berbeda-beda.  Ada perawat, auditor, desainer grafis, ground engineer pesawat terbang, dan trainer.  Satu orang bertindak sebagai fotografer.  Kami berusaha mengatur jadwal sehingga kita semua bisa memasuki seluruh kelas tanpa kecuali.  Dari kelas satu … sampai dengan kelas enam.

Mengajar secara tandem berpasangan adalah cara yang kami tempuh.  Dengan cara tersebut kami bisa saling mendukung satu sama lain.  Jika yang satu sedang menerangkan maka yang lain bisa ikut menjaga ketertiban kelas. 

.

KI12
with my tandem Didik Subroto (photo by Fanny, KIB 2)

Bilamana perlu, kita pun bisa menjadi bagian dari presentasi pasangan kita.  Kebetulan pasangan saya adalah seorang perawat.  Pada saat dia menerangkan profesinya, saya berpura-pura menjadi pasien yang dirawatnya.

Siswa SD pada umumnya berada pada rentang usia 6-12 tahun.  Anak-anak pada usia tersebut berada pada tahap perkembangan kognitif yang disebut Concrete Operational (sumber : Modul Pelaksanaan Pengajaran, KIB 2, 2014).

Saya tidak mempunyai background pengetahuan ilmu “paedagogy” yang memadai.  Sehingga saya mencoba menginterpretasikan sendiri arti kata-kata “Concrete Operational”.  “Concrete Operational” saya terjemahkan secara bebas menjadi : apapun yang kita sampaikan haruslah nyata.  Kongkrit.  Berwujud.   Saya berfikir bahwa kata-kata akan menjadi prioritas nomer yang ke sekian.   Letak kunci keberhasilan penyampaian justru ada pada …

  • Apa yang saya peragakan ...
  • Apa yang saya lakukan …
  • Apa yang saya perlihatkan …
  • Apa yang saya kenakan …
  • Dan baru setelah itu … apa yang saya katakan !

(mohon dikoreksi, jika pengertian saya salah)

Sehingga dalam mempersiapkan struktur pengajaran / lesson plan saya harus sangat memperhatikan apa yang akan saya peragakan, lakukan, perlihatkan, kenakan dan (akhirnya) apa yang saya katakan … !!!  Sebab itulah yang akan diserap oleh anak-anak.  Saya harus berperilaku tertentu.  Saya harus membawa sesuatu.  Saya harus mengenakan sesuatu.  Saya harus berakting.  Saya harus melakukan sesuatu.

KI11
membuat nama (photo by Fanny, KIB 2)

Masalahnya profesi yang akan saya terangkan adalah profesi “Trainer”. Sebuah profesi yang notabene belum dikenal oleh anak-anak. Mereka jarang (bahkan mungkin tidak pernah) berinteraksi dengan trainer. Lain halnya dengan dokter, polisi, artis atau tentara yang mungkin sehari-hari mereka bisa melihatnya di layar televisi atau bahkan berinteraksi secara langsung.

Akhirnya saya melakukan pendekatan melalui media boneka tangan.

KI17
bersama kak Indra (photo by Fanny, KIB 2)

Cerita sebuah keluarga, dengan dua orang anak.  Laki-laki dan perempuan.  Sebut saja nama-namanya Cha-cha dan Kak Indra.  Orang tuanya bernama Bu Entin dan Pak Jaja.  Cha-cha siswa Sekolah Dasar (kelasnya tergantung di kelas mana saya mengajar. Kalau mengajar di kelas tiga maka saya sebut Cha-cha kelas tiga SD).  Indra kakak Cha-cha sudah kuliah.  Bu Entin ibu rumah tangga yang buka usaha warung di depan rumah.  Dan Pak Jaja bekerja di sebuah pabrik. (saya sesuaikan tokoh-tokohnya dengan kurang lebih latar belakang keluarga sebagian besar anak-anak SDN Situ Gede 1)

Supaya cerita tidak membosankan, sekali-sekala kami menyisipkan nyanyian dan yel-yel  …

.

KI13
horee !!! duaarr … (photo by Fanny, KIB 2)

Untuk mengenalkan profesi Trainer, ceritanya sederhana saja. Intinya adalah Cha-cha diajari di sekolah oleh bapak dan ibu guru. Kak Indra di kampus diajari oleh dosen.  Kak Indra latihan sepak bola di lapangan bola di kecamatan, yang mengajari adalah pelatih.  Sementara itu Bu Entin setiap hari Jum’at menutup warungnya dan dia pergi ke acara pengajian di masjid dekat rumah. Yang mengajari Bu Entin mengaji adalah uztad – uztadzah.  Sementara itu Pak Jaja sehari-harinya bekerja di pabrik. Pertanyaannya adalah : Siapakah yang mengajari Pak Jaja untuk melakukan pekerjaannya di Pabrik ? Supaya pekerjaannya bisa bagus dan lancar ? … Naaahh yang mengajari pak Jaja inilah yang disebut TRAINER.

Trainer bertugas untuk mengajari dan melatih karyawan, pekerja, bapak-bapak, om-om, ibu-ibu, tante-tante, kakak-kakak yang sudah dewasa, baik itu yang bekerja di pabrik maupun yang bekerja di kantor.

Tentu saja ketika menerangkan itu semua, saya mengkombinasinya dengan pergantian suara, (saya terinspirasi dari Kak Adin sang pendongeng yang sangat piawai berganti-ganti suara dan membuat sound effect dengan mulutnya).  Saya juga mengajukan pertanyaan interaktif kepada anak-anak.  Agar lebih menarik … saya berganti-ganti asesori yang saya kenakan.  Sesuai dengan profesi yang sedang saya jelaskan.  Kalau sedang bicara mengenai uztad maka saya akan memakai songkok dan sorban.

KI16
“Uztad” with Bu Entin … (photo by Fanny, KIB 2)

(lho kok malah jadi kayak kakek-kakek ya ?)

Ketika bicara mengenai guru saya mengenakan kopiah. Menerangkan profesi pelatih saya pakai topi dan sempritan dan seterusnya. Sekali lagi yang akan mereka serap adalah peragaan, kelakuan saya, apa yang saya perlihatkan dan apa yang saya kenakan … (baru setelah itu apa yang saya katakan)

Alhamdulillah … (kelihatannya) … anak-anak mengerti.  Terbukti ketika wrap up, saat kesimpulan, ketika mengulang kembali pelajaran hari ini.  Apa nama profesi saya ? apa tugas saya ? … mereka dapat menyebutkan kembali dengan lancar …

KI14
Sayaaaa … (photo by Fanny, KIB 2)

Aaahhh senangnya …  Alhamdulillah …

(masih bersambung)

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9. . . ..

.

.

.

.Tulisan selanjutnya : KIB 2 : Balon dan Pohon Impian

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

50 tanggapan untuk “KIB 2 : PERSIAPAN DAN HARI INSPIRASI”

  1. Pak Nanang is my BEST TRAINER so faaaarrrr… aku ngefaaansss banget sama Pak Nanang–> zaman masih di Sa******a dulu, Bapak yang training aku dan teman2 dan Bapak KEREEEN BANGEETTT!

    Nggak heran, anak2 SD itu kelihatan “takluk” dan “terpukau” menyaksikan penampilan Pak Nanang.
    Eh, gpp kan ya, saya panggil Pak Nanang? Atau, harus gitu, manggil om NH? 😛

      1. Iya mbak. Aku SUPER DUPER NGEFANS ama Bapak Nanang *halah, kalo gak lebay gak asik, hahahahah*

        Beliau tuh, gimana yaaaa… Trainer SENIOR tapi appreciate dan menghargai banget anak kucluk2 seperti dirikuuuu….

  2. 3 hal, Om… 🙂

    1. KIB ini bagus sangat menurut saya.. Bagi para relawan, setidaknya, bisa tahu seperti apa profesi guru SD yang sebenarnya itu. Dengan mengetahuinya, tentu bisa semakin menghargai..

    2. Siswa yang mendapatkan kesempatan dikunjungi oleh relawan KIB tentu akan mendapat pengalaman yang luar biasa dalam hidupnya. Saya yakin di antata mereka, ada yang terinspirasi dan bercita-cita jadi trainer..

    3. Gaya Om Nh…. arrggghhhhh…. keren bingiiiitttt….. 😀

  3. bener oom anak2 SD itu sangat antusias ya makanya harus ada yang menemani yang tugasnya menjaga mereka biar nggak ngerubutin ya..

    aku rasa hari itu si oom jadi yg paling di favoritin sama anak2 deh

  4. Berbekal psikologi perkembangan anak, Dhimas NH mentransfer sosok trainer
    Sekian tahun mendatang lahir trainer sekaliber Om NH dari pengagum cilik ini.
    Selamat menginspirasi dan sesungguhnya postingan inipun sedang menginspirasi kami pembaca.
    Salam

  5. Aiiih …. saya saja yang membaca ini, ikut senang Om, apalagi anak2 itu 🙂

    Keren sekali saya membayangkan apa yang Om Nh lakukan di KI itu. Andai saya satu kota dengan Om Nh, saya mau hadir untuk mengamati dan menuliskan reportasenya. Sy pernah mengamati sebuah KI (thn yl) dan membuat sekitar 4 tulisan ttg KI itu.

    Sebenarnya menarik utk jadi pengajar tapi stamina dan sikon saya sedang tak memungkinkan. Yg paling bisa saya lakukan hanyalah datang dan mengamati. Sayangnya baru2 ini saya tidak bisa, stamina saya sedang terganggu …

    Sukse Om …. 🙂

    1. Oya … ide tandem itu bagus …. setahu saya biasanya satu kelas dibawakan oleh satu pengajar. Yang membantu menenangkan anak2 biasanya dari panitia .. Sy share di wall saya ya Om …

  6. Melihat foto-foto Om Nh yg tampak ekspresif, jadi membayangkan jika ikutan melihat langsung deh.

    Dan menyerap apa yg terlihat, tingkah laku dan belakangan baru perkataan, sptnya ini fenomena org dewasa juga (spt saya maksudnya).

  7. Karena kita belajarlebih banyak melalui contoh ketimbang kata-kata, jadi metode mengajar yang Om Nh terapkan, menurut saya sudah sangat tepat 🙂

  8. Seandainya guru-guru di Indonesia menerapkan cara mengajar seperti ini.
    Pastilah murid-murid akan menjadi anak yang pintar.
    Indoneisia akan menjadi negara yang kuat karena generasi mudanya adalah anak yang cerdas dan berprestasi
    Mereka akan semangat belajar dan datang ke sekolah 🙂

  9. Wah, keren banget pak. Pasti sangat menarik banget itu menjadi Guru yang menarik bagi yang diajar… 🙂
    Semoga semakin banyak yang mengikuti program Gerakan Indonesia Mengajar.

  10. Kelas seperti ini selayaknya ditumbuh suburkan
    Guru yang terlalu “killer” sudah bukan jamannya lagi
    Salut Om, perbuatan yang mulia
    Semoga bernilai ibadah
    Salam hangat dari Surabaya

  11. duh Om Nh, sumpe saya jadi merinding pas baca ini. gak tau kenapa koq membayangkan aura super om Nh saat ngajar di kelas. saya juga harus bisa niiiyy…. kasih superman woosh buat saya donk om 😉
    deg-degan banget nih jelang tgl 25 Sept ini

  12. Harusnya dosen dosen yg ngajar mahasiswa juga paham dengan metode pengajaran yg baik ya. Yg aku rasakan ketika jadi mahasiswa itu, dosen ngajarnya seenaknya aja, mahasiswa gak mudeng juga masih dikasih kuis. Kenapa juga nama kuis? Harusnya ulangan hahahhaa..

    Kalau mahasiswanya rata-rata nilainya jelek, lha kok dikatrol sekelas. Walah, dosennya gak mau dicap buruk.

    Huahahahha

  13. guru jaman sekarang sepertinya salah dalam mendidik anak SD. Karena mereka tidak jarang menerapkan sistem keras agar anak2 agar patuh pada aturan tanpa menyadari arti peraturan itu . Dan tidak jarang lebih mementingkan arti rangkig dan nilai .

any comments sodara-sodara ?