UBAN OH UBAN


 

Di sebuah kamar kontrakan yang sederhana, satu ketika.

“ Pa’e! Pa’e jebul sudah tua yo, Pa’e! “

Genduk tiba-tiba nyeplos, membuat Pa’e yang sedang memeriksa buku LKS si Genduk berhenti sejenak, memastikan bahwa saat itu Genduk tidak sedang ngelindur. Nyaring suara kerupuk yang dimamah Genduk, juga senyumnya yang nyaris tanpa dosa membuktikan bahwa Genduk tidak sedang tidur, apalagi ngelindur.

“ Kamu itu kemana saja tho, Nduk? Aku sudah tua kok kamu baru nyadar. Memangnya ada apa tho, tiba-tiba kowe ngomong ngono? “

Mau tidak mau Pa’e jadi penasaran juga. Bukan tersinggung dengan perkataan putri semata wayangnya, tapi Pa’e waspada jangan-jangan ini sekedar trik Genduk untuk mengalihkan perhatian Pa’e dari buku-buku pelajaran. Naluri detektif Pa’e muncul, Genduk nda boleh menyembunyikan nilai jelek darinya dengan cara apapun, termasuk omongannya yang jujur namun dirasa terlalu blak-blakan. Hehe..

Ditanya Pa’e, si Genduk tak menjawab. Ia beranjak, meninggalkan begitu saja kaleng kerupuk yang sudah kosong. Habis isi, kaleng ditinggal. Hihihi. Tak lama kemudian Genduk sudah kembali duduk di sebelah Pa’e. Sebuah cermin kotak ia sodorkan.

“ Lihat, uban Pa’e ada di mana-mana “ Genduk berkata lebay.  Bagaimana bisa uban ada di mana-mana, bukankah lazimnya uban tumbuh di kepala?

“ Di semir saja Pa’e, biar kelihatan lebih muda. Kalau perlu ke salon, biar hasilnya memuaskan !” Genduk memberi saran bak salesnya Salon Terkenal saja.

“ Piye, peye? Disemir, ke salon? No, no, no! Ga ono semir-semiran. Lha wong memang sudah tua arep dikapakno?” Pa’e kaget dengan usulan Genduk yang menurut Pa’e bukan saja tidak populer tapi juga minim akan kecerdasan.

Pa’e tak bisa memahami cara berpikir orang-orang yang merasa risih dan resah ketika uban mulai tumbuh di kepalanya. Bukan hanya Genduk yang berkata demikian, teman-teman kerjanya pun sering meledeknya. Semir dan salon, bukan hal baru bagi telinga Pa’e. Sering teman-temannya menyarankan hal ini. Tapi meski sudah tak asing di telinga, tapi sama sekali asing bagi hati Pa’e. tak pernah terlintas sedikitpun niat untuk menyemir uban-ubannya agar terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Lha wong Joshua yang dulu imut saja, sekarang sudah dewasa apalagi aku yang tak ada mirip-miripnya dengan Joshua, Pa’e membatin. Hihihi..       

Jika ada yang merasa terganggu dan malu dengan hadirnya uban di usia yang belum semestinya, maka tidak bagi Pa’e. Pa’e sama sekali tak perlu merasa malu, tidak juga bangga.  Biasa-biasa saja, disyukuri saja. 

Memang, kalau dilihat usia, sepertinya sang uban terlalu terburu-buru datang. Tapi Pa’e tak bisa melarang. Yang penting meskipun sedikit, Pa’e tahu cara merawat rambut yang baik dan benar. Meski tidak setiap hari, Pa’e rajin keramas dengan shampoo. Minyak rambut yang dipakaipun tidak asal lengket apalagi bikin rambut lepek. Intinya, upaya perawatan sudah dilakukan tapi kalau uban tetap datang juga – meski Pa’e merasa belum waktunya – Pa’e tak bisa berbuat banyak.

Jika uban erat kaitannya dengan usia tua, apa yang perlu dicemaskan?
Bukankah menjadi tua itu pasti dan wajar?

Yang tidak wajar adalah ketika ada  yang melakukan upaya apapun untuk mencoba melawan kodrat, merubah ciptaan Allah yang sudah pasti yang terbaik. Pa’e tak ingin melakukan itu, Pa’e takut kualat karena tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan.

Bagaimana, apa uban sudah mulai tumbuh di kepala?
Apakah anda merasa memang sudah waktunya ataukah terlalu terburu-buru datangnya? Apa yang akan anda lakukan?
Menyulap warna putihnya demi sebuah ‘pengakuan’ seolah-olah masih muda atau menerimanya tanpa mengurangi rasa syukur seperti yang Pa’e lakukan?

Semua kembali kepada Anda, …
sebelum akhirnya akan kembali kepada asalnya, Allah SWT.

Ini adalah Tulisan dari Penulis Tamu
Dikirimkan oleh Nurudin
Atau yang biasa kita kenal dengan nama Abi Sabila
Blognya berisi banyak pelajaran dan renungan sederhana
Abi asal Kebumen, tinggal di Tangerang

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

41 tanggapan untuk “UBAN OH UBAN”

  1. uban adalah surat cinta dari Tuhan, kira-kira bunyinya seperti ini: sudahlah, mulai tinggalkan dunia hitammu dan melangkah lebih banyak pada dunia putihmu. 😀

  2. Bener banget
    Menjadi tua itu pasti,, gak bisa di cegah,,
    Gak usah pake semir rambut, repot cari krim anti aging,, toh ttp tua kan
    Bener kta mas gus,, kalau itu tandanya alarm untuk segera mempersiapkan diri,,
    Kalau-kalau maut menjemput

  3. uban seperti peringatan dari Tuhan, woy, kamu dah tua lho… sudahkan kamu menjadi orang dewasa yang arif, bijak dan banyak amal? hhihihiihihih… 🙂 *begitu kira2 postifnya…

  4. Tapi ketika rambut mulai memutih, kita wajib bersyukur.
    Untuk memutihkan butuh waktu berpuluh2 taun.
    Tapi untuk menghitamkan nggak sampai sejam juga klar!
    Kalau plus pijit ya satu setengah jam lah… 😀

  5. suka dengan sosok pa’e.. benar2 bersyukur.. toh uban juga pemberiannya yang harus kita syukuri.. dan klo gak salah uban itu cahaya islam loh, benerkah begitu???
    diluar benar ato gak, slalulah bersyukur.. 🙂

  6. kata orang menjadi tua itu pasti tapi menjadi bijak itu pilihan.
    ubanan adalah sebuah keniscayaan entah itu sebagai alarm ato lampu kuning kehidupan, tergntung seberapa bijak pribadi tersebut memaknainya. namun jika sampai uban yg putih justru ditutupi dgn dihitamkan bahkan rambut yg masih hitam pun justru dimerah, kuning, hijau, biru, ato pirangkan, apakah ini pertanda kita kurang mensyukuri nikmat Tuhan? entahlah, semua terserah masing2 pribadi menilai karena justru sekarang itu sdh membooming & sdh mjd hal yg lumrah. biasa saja.
    cuma kadang kasihan kayak mahasiswa2 yg mngecat rambutnya, meski punya nama yg bagus2 mlh digelari dg panggilan berang2, simpai atau tupai oleh teman2nya & para dosen lainnya. miris aku

  7. uban bukan cuma milik yg sepuh, selembar uban di kepala bayiku dulu membuatku panik dan tanya dokter, katanya nggak apa2, eh emang benar nggak tumbuh lagi

  8. Lah lek aku malah gak uban tapi mengalami masalah dengan rambut rontok, piye iki?

    Apa ada salon yang bisa menumbuhkan kembali rambutku? Jika ada tolong kasi infonya ya…

    Lek masalah uban, aku gak komentar he he la wong belum ubanan malah rambute udah mulai berkurang. Nasip nasip….

  9. U-Urusan dunia telah usai Akhirat telah menunggu
    B-Bersyukur dengan melakukan yang terbaik di sisa usia
    A-Arif melangkah karna udah dipeingatkan sek due Nyowo
    N-Numpuk sangu go ngadep sek Kuoso

  10. wah. membincangkan hari tua, belum bisa saya bayangkan pastinya. namun dari penelasan itu, saya kok menduga, hari tua bukan sekadar serba memudar sebagaimana yang anda tuliskan. melainkan juga menuju kematangan, dan kesiapan kembali ke Sana.

  11. jadi ingat obrolan ponakan & ibu’nya: “Ibuk memang bener2 S2 ya Buk”. “Ya iya donk.” jawab ibu’nya. “Maksudnya ‘Sudah Sepuh’ Buk. Tu ubannya udah ‘pating pletik’ “. Dan ibu anak termasuk sy pun tertawa. Hahaha…

  12. Uban dizaman sekarang tidak saja meyiratkan umur yang beranjak tua karena banyak anak muda yang ubanan karena salah dalam pemakaian minyak rambut 😆
    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  13. lah kalo setau saya ya..
    ngecat rambut selain warna hitam itu, malah boleh secara Islam.

    kalo saya kan pake jilbab, gak masalah .. tetep gak keliatan..
    yang liat hanya orang2 istimewa saja.. yaitu keluarga tercintah.

    1. beruntunglah perempuan-perempuan yang berjilbab, seperti yang mbak Anna katakan itu salah satunya. Masihkah ada alasan untuk tidak – menunda – berjilbab saudariku?

  14. Tentang uban? Saya malah sudah beruban (meskipun jarang2). Ini lantaran faktor genetik. Bapak saya beruban pada saat masih duduk di bangku STM. Kalau tentang semir, saya belum pernah semiran dengan cat hitam. Tapi kalau warna merah jinggrang2 pernah, hehe.
    Ceritanya asyik, mengajak kita merenung. Salam;

  15. Uban belum tentu karena usia tua lho.
    Adik ipar dan beberapa sepupu rambutnya sudah banyak putihnya daripada rambut saya. Demikian pula sahabat-sahabat saya satu angkatan, ada yang rambutnya sudah rontok dan ada yang putih plus ( putih dan rontok )
    Mereka sering saya ledek : “Rambutnya kok sudah putih, tekanan ekonomi yaa ?”

    Alhamdulillah rambut saya belum terlalu banyak yang putih. Ini berkat minyak rambut buatan emak yaitu cem-ceman daun mangkokan…waktu masih kecil. Tapi ambune rek…, gak nge- Trend blas.

    Bagi yang sudah beruban banyak silahkan mencoba resep saya:
    1. Beli buah kenari beberapa buah atau ons. Keringkan di panas matahari.
    2. Goreng buah kenari tanpa minyak-istilahnya di gongso (sangrai),
    3. Lalu tumbuk halus dan
    4. Beri minyak klentik sedikit, aduk dengan rata.
    5. Oleskan minyak kenari setiap malam menjelang tidur.
    6. Lihatlah hasilnya dipagi hari…………….. dirubung semut bho !!!

    Jangan dicoba tanpa saya dampingi.

    Salam hangat dari Surabaya

  16. Uban adalah tanda cinta dari Allah swt, agar kita lebih menyadari bahwa kesempatan kita sudah tinggal sedikit lagi saja utk berbuat kebajikan yg maksimal, utk mengumpulkan bekal bagi rumah di akhirat nanti.

    aku bangga dgn uban yg sudah mulai mendominasi rambut hitamku, Mas Abi.
    tiap kali bercermin, aku ingat dgn kesempatan yg makin sedikit ini 🙂
    salam

    1. betul bunda, konon beruntunglah orang-orang yang pintar mengambil hikmah dan pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah di sekitar kita, termasuk tumbuhnya uban di kepala.

  17. dikasih Pacar aja Pak e,,,
    kalau sekarang uban bukan hanya milik orangtua,, banyak mereka yang berumur 20-an tp udah punya,,
    uban emang tanda cinta yang diatas kepada kepala,, kalau mau aneh2 suka malu duluan sama si uban 🙂

any comments sodara-sodara ?