.
Pernahkah kita berkata …
“Ah aku sih nggak peduli apa kata orang, pokoknya aku mau … bla bla bla …” atau …
“Ah Apa sih peduli mereka … this is my life … so … bla…bla…bla … “
“Peduli amat … pokoknya aku tetep mau melakukan … bla bla bla …”
Kita kadang mempunyai kecenderungan untuk …
“Not listen to what people said … what others think ?” … “I know what I am doing …”
Ada bagusnya pemikiran seperti itu …
Itu sungguh menggambarkan … tekad … persistensi … keyakinan dan kepercayaan diri …
… but please also consider that …
It may also lead you to … “stubborn”, “arogan”, “sok tau”, “egosentris” dan “apatis”.
Coba kita lihat sekali lagi kalimat …
“Aaahhh … Persetan dengan apa kata orang-orang itu …”
Sadarkah kita …???
Bahwa mungkin saja diantara mereka … yang anda sebut “orang-orang” itu …
Ada yang jauh …
“Lebih pintar dari kita …”
“Lebih berpengalaman dari kita …”
“Lebih berilmu dari pada kita …”
“Lebih mengerti dari pada kita …”
Bisa jadi pendapat mereka layak untuk kita dengarkan bukan ???
Meskipun … Ini juga bukan berarti, kita harus selalu setuju 100% dengan apa kata mereka …
Memang betul … Your life is yours … Hidupmu adalah tanggung jawabmu sendiri …
Tapi … tolong pikirkan sekali lagi …
Menyimak pendapat orang lain … Tidak ada salahnya kita lakukan …!!!
Dan Tantangannya adalah …
Memilih orang yang mana, yang akan kita dengarkan pendapatnya …???
Tentu saja kita akan memilih … (sekali lagi …)
…Orang yang lebih tau … (tapi tidak sok tau …)
…Orang yang lebih pintar … (tapi tidak “keminter”)
…Orang yang lebih mengerti … (tapi tidak nyinyir …)
… Dan …
…Orang yang lebih “bijak” … (tapi tidak “jayus”)
Begitu ???
(hah kok serius amat yak ???)
(Sstt … Trainer lagi nyamar jadi orang yang serius …)
.
.
.
Justru serunya, kalau kita tuh dianggap biasa… nggak ngetok-ngetoki kalau pinter… suatu saat orang nyadar kalau kita tuh jauh lebih pinter daripada dugaannya selama ini… keren kan????
Komentar #1
Arogan..
Persisten.
Memang musti hati-hati supaya nggak terjebak sifat arogan ini, ya, Om. Musti pandai-pandai membedakannya dengan persisten..
Seringkali aku merasa, “Bodo amat, ah… Toh this is my life, yang bakal ngerasain konsekuensinya ya aku juga… So, what?”
tapi nggak bisa gitu juga dong yaa…
Kalau dari awal bisa menghindari kesalahan, kenapa musti bikin salah? 🙂
Komentar #2
waaaaaaaaaaa… ini lagi kenapa om?? kayak nya lagi sebel ama yang di training ya..
saya suka bagian ini : “Memilih orang yang mana, yang akan kita dengarkan pendapatnya …???”.. that’s the main problem…saya suka ‘kesasar’..
waduh, sulit banget komen nih om.
mau komen yang rada bagus takut dianggap sok tau
mau komen yang rada ilmiah takut dianggap keminter
mau komen yang memberikan pengertian takut jadi nyinyir
mau komen dengan bijaksana, takut bijaksini
ngga nyampe ke sana.
ah mendingan jongkok sambil beli es cingcau di pojokan.
tetap dengarkan kata orang , tapi jangan lakukan jika menyesatkan.hahaha
hmmm memang seringnya sifat kayak gitu ga’ bisa dihindari…
Kunjungan perdana, salam kenal dari Pekanbaru
mmmm bingung aku arep komen apa ya om….
Soalnya kadang aku juga masih kayak gitu 😀 tapi itu saat aku ga sadar sich….
kalo lagi sadar sich ya pasti mau dengerin katanya orang cuma ya itu musti milih nahhh kalo udah disuruh milih malah bingung…. 😀
Nah kalo udah bingung biasanya sich garukgarukkepalasambiljongkok.com
tumben om serius amat?? baru awal bulan nich om….
Hm..betul, pak…
Kadang saat mood kita baik..segala petuah masuk dengan baik..
tapi saat mood buruk kenapa sikap bengal kita yang lebih berbicara, ya ?
Kalau saya sih ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk, tapi bukan untuk diterapakan di masjid lho ya … nanti datang bawa sendal jelek lalu pulang bawa sendal yg bagus … hehehe 🙂
pak, ada apa nih?
bapak gak kenapa2 kan?
bener lho, saya jadi kepikiran lho…
pak…pak….
woi…WOI……
hihihihi…..
penasaran deh, pasti ada “something” dibalik “keseriusan’ yang “tidak perduli” ini….hmmm
sek yo…tak pikir-pikir dulu!!!!
mangan opo to mau 🙂
Sering kali saya berkata demimian dalam hati, tapi setelah membaca tulisan Om Trainer jadi sadar memang kita tidak bisa demikian. Thanks
betul om.. kita memang mesti bisa memilih orang yang mana yang akan kita dengarkan pendapatnya.. that’s right.. 😉
Ada yang jauh …
“Lebih pintar dari kita …”
“Lebih berpengalaman dari kita …”
“Lebih berilmu dari pada kita …”
“Lebih mengerti dari pada kita …”
Iya sih, tapi saya jarang ketemu orang-orang seperti itu . . . hehehe, jadi arogan . . .
Saya kira suara hati kita selalu lebih baik daripada pendapat orang lain . . . .
Koko
lplpx.com
Aku jadi pendengar terbaik aja kang 🙂
om trainer jadi orang yang serius? emang bisa? 😛
anyway,, kalo saya ga peduli sama orang laen, sengaja.. supaya mereka juga jangan peduli sama saya 😛
*hahah
Daku milih yang bisa meyakinkan daku deh Om.. kalau cuma nge-bull shit kan keliatan biasanya.. Peace om..!!
terkadang mendengarkan orang itu baik,
tapi jgn terlalu sering melakukannya…
karena malah akan membingungkan diri sendiri..
percayai hati nuranimu, ia tidak pernah berbohong.
Wew, serius mode ON nih…
Kalau lagi ujian saya mendingan ga peduli aja deh. Memilih jadi arogan, apatis, ignorant (sama aja). Memilih jadi orang paling pintar, paling tau, paling bener, paling bisa, paling mengerti. Walaupun di akhir nilainya jeblog. hehehe
makanya yang bagus adalah vetty vera, yaitu yang sedang2 saja.
duh berasa tertohok, karena saya kadang suka ngak peduli sama orang lain 😦
Kadang kalau kita peduli, eh malah orangnya ngak terima.
terima kasih atas kunjungannya dan saranya.
Selalu ada hal baru yang dapat kita petik dalam pergaulan dengan orang lain. Bagaimanapun kita tak hidup sendirian, tapi kita juga harus punya prinsip, tak selalu ikut pendapat orang lain.
Yang penting adalah bagaimana membuat keseimbangan dalam kehidupan.
Nasehat yang bagus…
Kalo saya malah keseringan mikirin pendapat orang Pak…
Hehe, gak bagus juga ya
Hadoh…dari tadi baca tulisan Bang Trainer jadi kesenggol mulu nih…(bacanya dari depan ke belakang…)