DENDAM


Balas Dendam … konotasinya biasanya selalu negatif.  Bunuh-bunuhan dan yang sejenisnya.  Penuh kesumat.

Namun setelah menonton sebuah acara talkshow bertajuk “Mata hati” di sebuah TV swasta,  saya jadi mempunyai sudut pandang yang lain akan makna sebuah “dendam”.  Bahwa dendam itu tidak selalu negatif.  Dendam bisa juga positif.

Pembawa acara tersebut mewawancarai seorang Andy F Noya.  Andy Noya mengelola sebuah acara yang sangat inspiratif.  Kick Andy.  Acara ini menghadirkan “tokoh” atau “individu” yang selalu saja membuat hati ini menjadi optimis dan bangga menjadi bangsa Indonesia.  Bahwa masih banyak orang Indonesia yang hebat dan luar biasa.

Dalam acara tersebut … Andy selalu membagikan buku secara gratis kepada audience dan juga pemirsa di rumah.

Gara-gara nonton “Mata Hati” itu sekarang saya jadi tau mengapa Andy pada setiap akhir acaranya selalu membagi-bagikan buku.  Rupanya aksi ini berawal dari dendam kesumatnya.  Dulu ketika jaman dia susah.  Kemampuan ekonomi yang terbatas.  Dia selalu menahan keinginannya untuk bisa memiliki buku yang bermutu.  Kadangkala gaji yang tidak seberapa itu dia gunakan untuk membeli buku-buku bekas di Senen dan Kwitang.  Kondisi ekonomi membuat dia tidak bisa bebas memuaskan hasrat membacanya yang menggebu.  Dan berawal dari dendam inilah … ketika kondisinya sudah mapan dan sangat baik … maka dia gunakan pengaruh dan kemampuannya tersebut untuk membagikan buku-buku baru bermutu secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan.  Gara-gara dendam … dulu dia susah membeli buku … sekarang dia bertekad untuk membagikan buku secara gratis.  Supaya orang-orang tidak mengalami nasib seperti dia dulu.

.

Om Trainer punya dendam sejenis nggak Om ?
Mmmm … punya … !!! saya punya dendam sejenis.  Namun bukan tentang buku.

Dendam ini berawal dari pengalaman hari pertama saya “bekerja” sebagai management trainee di Surabaya, pada awal tahun 1991.  Ada pengalaman yang tidak mengenakkan.  Ya sengaja saya tulis “bekerja” memakai tanda kutip, karena pada hari pertama itu praktis kami tidak melakukan apa-apa.  Bengong, tenguk-tenguk, sepanjang hari, duduk di Lobby.  Dari jam 09.00 sampai sekitar jam 17.00.  Praktis kami “berkantor” di Lobby.  Hanya menunggu dan menunggu.  Saya tidak tau mengapa hal ini bisa terjadi.  Sepertinya ini masalah ketidak siapan organisasi, tidak sinkronnya komunikasi dan ketidak jelasan segregation of duty.  Saling lempar tanggung jawab.  Bayangkan enam belas orang anak-anak muda bau kencur … yang sedang semangat-semangatnya ingin bekerja di hari pertama yang bersejarah ini  … ternyata hanya disuruh menunggu di lobby tanpa ada instruksi apapun … “digantung” sodara-sodara.   Plonga-plongo.  … Dan itu menyakitkan sekali rasanya.  Apalagi melihat pandangan karyawan-karyawan lama yang selalu menoleh ke kami jika lewat berseliweran di lobby.  Entah apa arti pandangan tersebut.  (kasihan ? mengejek ? ancaman ? naksir ? atau apa …)(entahlah)

Akhirnya … sejak saat itu di dalam hati saya bertekad … jika nanti … nanti … saya sudah bekerja … saya akan berusaha untuk tidak memperlakukan karyawan baru seperti itu.  Perlakuan tersebut sangat menyakitkan hati.  Imagenya pun pasti kurang baik di mata karyawan baru. 

Dan Alhamdulillah … beberapa tahun kemudian … saya dipercaya untuk mengelola program induction dan introduction untuk karyawan-karyawan baru di departemen saya.  Dan Saya selalu berusaha agar hari pertama mereka bekerja … mereka tidak “lost” … harus ada “warm greeting” … agar awal hari bekerja mereka bisa berkesan.

Saya ingin di hari-hari pertama bekerja anak-anak muda ini … paling tidak … ada seseorang yang “take care of them”.    Tidak dibiarkan plonga-plongo saja … kelekaran di lobby … seperti kami dulu.  Sekali lagi … itu perlakuan yang sangat menyakitkan !!!

So …

Anda punya dendam positif ???

Salam saya

 

Note :

Sebetulnya saya masih punya satu dendam positif lagi …
Tapi nantilah saya cerita lagi … !!!

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

22 tanggapan untuk “DENDAM”

  1. dendam yang memacu kita untuk melakukan melakukan hal yg lebih baik pada orang lain.. keren itu om..!

    #nunggu dendam trainer yang berikutnya
    #pasti berhubungan dengan payung
    #atau pentungan..

  2. warm greetings di hari pertama kerja memang sesuatu Om. Dengan gitu merasa dihargai dan merasa jadi bagian dari sesuatu. Salut buat njenengan yang memikirkan hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain karena dianggap sepele.
    Dendam apa ya yang bisa membuat saya berperilaku positif? Hemmm

  3. Padahal kesan pertama itu yang paling keingat ya Om…
    Meski pada langkah selanjutnya lancar nyaman, tapi kalau pada kesan pertama jelek, maka akan keingat seumur hidup.
    Dendam saya sich sangat sederhana, dan ini semi dendam betulan.
    Jaman saya masih SD dan SMP, punya teman akrab yang tersiksa tak berdaya karena teman2nya memanggil dia dengan nama Bapaknya.
    Ketika lulus SMP dia berharap panggilan itu akan berhenti.
    Ternyata setelah SMA terulang lagi, karena begitu ada 1 anak yg memulai, maka lainnya pada ikut.
    Sejak saat itu saya bersumpah, akan memberantas tuntas sesiapa saja yg memanggil anak dengan nama bapaknya.
    Maka ketika saya masuk di kelaspada awal tahun, saya pasti menjaring siapa2 saja yg biasa menyebut temannya dengan nama bapaknya.

  4. Ehm, nggak punya, Om. Apa punya tapi udah lupa yah? Hihihihihihihi…….

    Yang jelas, karena dulu pernah beberapa tahun ditempatkan di bagian kasir dan customer service sebuah supermarket, saya jadi tahu, kebanyakan masalah di kasir itu justru bukan salah kasirnya. Misalnya masalah beda harga di mesin kasir dan di rak. Sering saya liat, kalo ada kasus beginian, kasirnya yang dimaki-maki. Oooo… kacian. Padahal yang salah, khan anak-anak di bagian dalem yang lalai ngontrol perubahan harga, ya toh?

    Jadinya sekarang saya lebih toleran kalo misalnya ada kesalahan di kasir. Instead of ngamuk dan jutekin kasirnya, biasanya saya malah ngemeng, ” Dik, jangan lupa nanti abis tutup kasir, kamu lapor ke atasanmu. Biar anak-anak area nya yang ditegur dan kamu nggak dimaki pembeli terus.” *sok simpatik banget yah? Hahahahahahaha……

    Ini namanya bukan dendam positif ya, Om? Tapi empati?

  5. saya dulu waktu kecil pingin beli buku-buku yang bagus acam ensiklopedi atau buku-buku yang bercover tebal tapi gak kesampaian Om, Allhamdulillah sekarnag bisa membelikan buku-buku itu untuk anak-anak 🙂 itu termasuk balas dendam kan ya

  6. Ada sih Om,…
    tapi dendam aku gak ada positip nya sama sekali…hihihi…
    Jaman dulu waktu kerja, selalu ngerasa bete dan ngantuk setiap kali jam sehabis makan siang…
    dan merasa tersiksa setiap kali harus bangun pagi karena malemnya begadang terus

    Setelah udah gak kerja lagi, selalu bales dendam dan tidur siang setiap harinya…hihihi…

    *pemales aja itu mah*

  7. Suka ikut kuis bukunya Kick Andy gak dapet2 dendam juga nih..hahaha

    Om, saya juga punya dendam positif lho…ceritanya ada di postingan saya yang berjudul : Merantau itu menyenangkan ! # modus hihihihi

  8. mungkin pengalaman Orin ini bisa dikategorikan ‘dendam’ serupa, Om.

    Dulu…saat menjadi pejalan kaki, seringkali ‘dibully’ oleh pengendara motor. Diklakson bertubi2 pdhl jalan di trotoar, hampir diserempet mobil saat menyeberang jalan padahal udah di zebra cross dan lampu msh merah, yg semacam itulah.

    Jadi sekarang -walaupun baru punya motor- Orin selalu berusaha menghormati para pejalan kaki, mempersilakan mereka nyebrang, ngga naik2 trotoar,pokonya jgn sampai merasa deg-degan dan sakit hati karena ‘hanya’ menjadi pejalan kaki 😀

    ish…panjang sekali. maafkan ya Om hihihihi

  9. kadang saya merasa dendam ketika membaca buku yg bagus, yg saya bela-belain begadang utk selesai sekali baca… saya dendam ingin membuat org lain begadang demi buku saya… dan (mudah ditebak) dendam itu masih belum terwujudkan hingga kini… bahkan mungkin makin jauuuh dari jangkauan… hehe…

  10. Saya juga punya dendam pribadi Om, yang sampai saat ini belum berhasil saya balaskan..Itu yg kadang bikin kecewa pada diri sendiri 🙂

  11. mungkin mirip pemaknaan kata “ngiri”. Ngiri dalam menuntut ilmu, katanya boleh ya om?

    Saya salut pada dendam Om di atas.

    Sekarang saya juga sedang belajar agar memberikan kasih sayang yang sebaik-baiknya kepada mahasiswa, karena saya sering merasa dan mendengar sebagian dosen suka mempersulit mahasiswanya dengan bahasa yang tidak dipahami oleh mahasiswa yang bersangkutan.

    Semoga saya rajin berpikir positif pada setiap kejadian.

  12. kalau saya hampir mirip om… saya tidak suka orang nunggu interview dan duduk di lobby kantor tanpa kejelasan. jadi saya selalu, menegur orang yang duduk di lobby, apakah sudah dipanggilkan orangnya atau belum. Kalau perlu saya yang panggil sendiri orang yang di tunggu.

  13. PUNyaku juga hampir mirip Om.. Aku paling bencik sama yang namanya masa plonco di sekolah. Biarpun alasannya untuk keakraban senior -junior tapi bagiku itu mah bulls**tlah.. Hihihi.. Untungnya pas masuk kuliah gt, kampusku ga ada acara ospek atau apalah itu. Tapi buktinya sama senior akrab2 aja.. dan akhirnya ke junior pun aku sama kayak gitu. Dan tetep masih bisa saling kenal kok.. ^^

  14. Hehehe…
    Jadi ingat jaman dulu pertama kali kerja juga begitu. Bengong…. tapi memang begitu sih kondisi perkantoran. Selama HRD nya masih ada pekerjaan lain, mungkin mengurus administrasi pegawai baru sebelum masuk ke kubikel masing-masing, para pegawai lama tentu memutuskan terus bekerja.
    Kalau saya sih beda Om.
    Saat ada pegawai baru masuk di team, kita langsung bawa dia kenalan pada rekan2 yang lain. Kemudian ngobrol2 dulu kenalan biar dia gak deg2an karena masuk kantor baru…. selanjutnya tentu biarkan bosnya yang akan memanage dirinya. Tapi memang ya Om, sama orang baru itu gak bisa terlalu ‘datar’ agar mereka bisa comfort di hari pertama. Kasihan soalnya….

    Hmmm kalau saya, dendam positif sih ada…… banyak Om.

  15. eh? Dendam positif? Keknya saya gak punya deh, karena saya orangnya gak pendendam. Hehe..
    Tetapi memang kadang banyak tempat kerja yang cenderung membiarkan karyawan baru ‘nyantai’. Mungkin karena ada pendapat “kasihan, baru masuk kerja. Mending jangan dikasih kerjaan yang berat2 dulu…” 🙂

  16. Punya om ….punya….waktu saya SD, sering iri melihat teman2 yang bisa pergi ke sekolah diantar sama bapaknya. Terus saat SMP, kala membutuhkan sosok yang bisa membawa diri ini lebih baik saya seperti terus mencari ke-tokoh’an itu. Saat ini, selagi saya punya Umur, sebisa mungkin kalau pembagian raport saya akan selalu datang (seperti yg ketemuan sama om enha waktu itu). Saya ajak diskusi dan mengobrol terbuka dengan anak2 tentang rencana2 masa depan mereka agar mereka punya pandangan sedari muda. Jangan seperti bapaknya ini yang senantiasa mencari bentuk dari mudanya. (hehehehe…nasib anak yatim). Pokoknya saya akan coba sebisa mungkin berada di sisi mereka saat mereka butuh saya …

  17. Semoga Om masih ingat dengan tulisan saya tentang mesin tik, di sini: http://hardivizon.com/2010/08/03/aku-dan-mesin-tik/
    Yakni cerita tentang bagaimana saya tergila-gilanya dengan mesin tik ketika saya kecil dulu. Dan ketika kesenangan itu tengah menggebu-gebu, tiba-tiba mesin tersebut diambil dari saya.

    Pengalaman itu menjadi semacam “dendam” buat saya. Bahwa saya tidak boleh merenggut kebahagiaan seorang anak kecil atas sesuatu yang tengah digandrunginya. Apapun kondisinya, harus dijelaskan secara gamblang kepadanya, agar dia tahu apa dan bagaimana dia bersikap. Menyembunyikan sebuah fakta kepada seorang anak dengan dalih “sayang” adalah sesuatu yang salah menurut saya..

    Tapi, “dendam” semacam itu sebenarnya ada manfaatnya juga kan Om?
    Dari pengalaman tersebut, kita jadi bisa belajar sesuatu dan bisa bersikap lebih bijak di masa mendatang.. 🙂

  18. Dendam yang dikelola dengan bijak akan menjadi sesuatu yang positif… 🙂

    apa ya dendam saya yang positif? ada juga Om, tp belum kesampaian nanti saja pas tiba waktunya saya ceritakan… *sok bikin penasaran… #satu sama ya Om… soalnya Om dah bikin penasaran juga… hahahhaha

any comments sodara-sodara ?