REAKSI


.
(dari Stephen Covey, The 90/10 principle)

.

Ada banyak hal yang tidak bisa kita hindari.  Kita tidak bisa menolaknya, karena ini diluar kehendak dan kuasa kita.  Kita tak bisa mengkontrolnya …

Namun demikian …
Ada banyak hal lainnya … yang sesungguhnya masih berada dalam kontrol kita. 

Apa itu ???
Yaitu REAKSI kita dalam menghadapi hal-hal yang diluar kehendak dan kuasa kita tersebut.  Seharusnya Kita punya kontrol penuh terhadap reaksi kita ketika menghadapi hal yang terjadi di luar kuasa kita itu.

.

Stephen Covey mencontohkan (kurang lebih saya ceritakan kembali intinya) …
Ketika kita sarapan di rumah.  Lalu tiba-tiba entah mengapa, anak anda secara tidak sengaja “nyampluk” atau menyenggol cangkir kopi anda.  Menyebabkan baju anda kotor terkena noda – bercak kopi.    Ini tiba-tiba saja terjadi …

Apa reaksi anda …???

Kemungkinan akan ada DUA macam reaksi …
Reaksi pertama … Anda marah.  Anak anda, anda bentak-bentak … tidak hati-hatilah, cerobohlah dan seribu satu bentakan omelan lainnya.  Anak anda menangis.  Tak lupa anda juga memarahi Istri anda karena menaruh kopi terlalu ke pinggir.  Tidak hati-hati sehingga tersenggol dan mengakibatkan kejadian ini terjadi.  Anak anda terus nangis, bahkan ngambek … perlu waktu lama untuk membujuknya, untuk mau pergi sekolah.  Mobil jemputan datang … tapi anak anda belum siap.  Masih menangis.  Akibatnya Dia ditinggal mobil jemputan.  Terpaksa pagi itu anda sendiri yang mengantarkannya ke sekolah … setelah terlebih dahulu anda mengganti baju sambil terus menggerutu tentu.  Waktu terus berlalu … dan anak anda terlambat sekolah.  Anda pun lantas memacu kendaraan anda menuju kantor.  Emosi masih mendidih.  Lampu merah anda libas terus dan akibatnya anda ditilang polisi.  Akhirnya anda terlambat sampai di Kantor.  Dan di kantor pun anda sadar … bahwa ternyata tas kantor dan handphone anda ketinggalan di rumah.  Meeting hari ini sungguh berantakan.  Hari yang sungguh sangat buruk !!!

.

Mari kita bandingkan dengan reaksi kedua …

Reaksi kedua … anda tenang.  Menasehati anak anda dengan baik-baik, untuk lebih berhati-hati. Anda segera bergegas ganti baju.  Anak anda tetap tenang meneruskan sarapan.  Tidak terlambat ke sekolah karena jemputan datang dia sudah siap.  Istri anda tetap tersenyum mengantar anda sampai ke pintu, seraya meminta maaf karena tidak hati-hati menaruh cangkir kopi … salim takzim, sun pipi kiri, cium pipi kanan.  case closed.  Adem bukan ???
Anda sampai kantor dengan segar … cerah … Penuh suka cita menyambut hari penuh rejeki !!!

Pada reaksi pertama … Apa penyebab hari yang buruk itu ?
Apakah karena kopi ? Apa karena anak anda ? Apa karena polisi yang menilang anda ?
Bukan sodara-sodara … penyebabnya bukan mereka.  Penyebabnya adalah … karena REAKSI ANDA sendiri !!!  Anda Marah tak terkontrol … dan hal itu memicu kejadian-kejadian berikutnya … !!!

So pelajarannya adalah …
Memang ada hal-hal yang berada diluar kuasa dan kehendak kita … You have no control !!!

Namun (sekali lagi) ada banyak hal lain yang sebetulnya … bisa sepenuhnya berada pada kendali kita … yaitu … BAGAIMANA KITA BEREAKSI … terhadap kejadian-kejadian tersebut … ketika menghadapi hal-hal diluar kontrol kita.

REAKSI KITA itu (seharusnya) bisa kita kontrol … !!!

Stephen Covey pun menambahkan dengan kata-kata powerful sebagai berikut …

React properly and it will not ruin your day.
A wrong reaction could result in losing a friend, being fired, or …
Getting stressed out.

HHmmmm saya rasa ini masuk akal bukan ?
Bagaimana menurut pendapat anda ???

.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

37 tanggapan untuk “REAKSI”

  1. Ada hadist om… Sabar itu pada pukulan pertama. Maksudnya reaksi pertama kita ketika ditimpa masalah menentukan apakah kita golongan org yg bersabar atau tidak.

  2. Waaahhh.. bener juga ya om.. Kita yg menentukan kemana hari itu akan berjalan.. yg pasti berawal dr reaksi kita sendiri..

    Jd sebenarnya kita bisa mengontrol suasana hari kita 😀

  3. Contoh yang sering terjadi ketika anak memecahkan piring.
    Reaksi seorang ibu segera setelah itu:
    1. Memarahi si anak yang ceroboh
    2. Teriak memanggil bibi membersihkan pecahan piring
    3.
    4. (silakan isi sendiri)
    Ini berdasarkan pengalaman sendiri juga….
    Tapi sejak mempunyai anak, jika anak memecahkan piring, aku langsung memeluk mereka dan mengatakan, “Kamu kena pecahan tidak? Ada yang sakit? …” Karena kaget anak biasanya menangis, dan lambat laun merasa bersalah…. “Mama maafkan aku pecahkan piring ya?”
    “Mama bisa beli 100 piring baru, tapi mama tidak bisa beli 1 anak baru”
    Kulakukan dan kukatakan itu mungkin perwujudan harapanku terhadap kejadian-kejadian di masa kecil. Ya, reaksi seharusnya bisa kita kontrol!
    Maaf jika terlalu panjang komentarku.

    1. “Mama bisa beli 100 piring baru, tapi mama tidak bisa beli 1 anak baru”

      ini keren sekali mbak Em..
      akan kucontoh, tak mau membentak apalagi sampai memukul,, titipanNya sangat luar biasa, tak boleh kita menyia2kannya… 🙂

      great quote 🙂

    2. wah saya suka sekali dengan tanggapa yang ini, mungkin bisa menjadi pembelajaran bagi saya dan istri saya, great quote mbak saya suka “Mama bisa beli 100 piring baru, tapi mama tidak bisa beli 1 anak baru”

  4. Om, reaksi pertama datang dr orang tua yg belum matang emosinya. Reaksi kedua, itu tuh idaman anak2, orang tua yg stabil emosinya. mwndahulukan perannya sbg orang tua ketimbang akalnya yg kurang waras…

  5. jadi teringat dulu waktu masih jadi kuli, ketika truk yang kirim barang tabrakan, dan pas pak supir langsung nelpon si bos, dan reaksinya : hah? truknya gimana? parah gak rusaknya?
    huaaah … pak supir merasa sakit hati dan kecewa, ngerasa nyawa truk lebih dihargain si bos ketimbang nyawanya.

  6. iya ya Om, memang intinya di diri kita juga
    dulu wkt msh kecil, adik pernah mecahin cangkir
    ibu gak marah, wkt saya tny knp gak marah
    jawaban ibu, walau ibu marah, gelas itu tdk akan bs utuh kembali
    yg penting adikmu gak kenapa2
    salam hari senin Om 🙂

  7. Reaksi ketiga:
    Saya nasihatin anak saya sambil nyubit-nyubitin pipinya, dikelitikin, melanjutkan sarapan dengan tenang sebelum kemudian lari ke kamar dan ganti baju dengan kecepatan ekspres. Istri tersenyum sambil geleng-geleng, kemudian anak saya saya gendong di bahu saya sambil masih dicubit-cubitin, dibawa ke mobil jemputannya, sebelum saya sendiri berangkat ke kantor.

    …. 😛

  8. siapa yang bertindak di luar kontrol, biasanya susah sendiri ya om.. hehhe.

    aku termasuk sering dan akhirnya malu sendiri.. susah sendiri.
    mudah2an ke depannya bisa lebih bersabar dan berpikir jernih.

    makasi sharing seninnya, om Nh..

  9. bener bgt om, reaksi berlebihan dr kita sendiri yg akhirnya memancing byk hal yg tidak menyenangkan jg. aku sering bgt om ngalamin kejadian kyk gini, salah satunya ketika lg mudik thn kemarin, pas sy brg sm kaka dan adik ipar mo balik kerumah sehabis dr rmh mbah buyut, tiba2 shishil yg sdg maen kejar2an dg sepupunya nabrak sy smp kita jatuh. coba kl saat itu reaksi sy marah, pasti shishil nangis, tp alhamdulillah sy rileks aja, sy bangunin dia trus sy tny ada yg sakit ga, abis itu lari2 lg. nah terakhir sy br nyadar kl suami sy yg mengabadikan kejadian lari2 td dg video, dlm hati sy, untung sy ga marah td, coba kl marah, apa ga malu krn kan divideo-in. krn kejadian itu, sy ga jd malu om, tiap video itu diputar shishil, hehehe… ehh nyambung ga sih om..? cm aku sih tetep bersyukur kl liat video itu, smoga ke depannya bs lebih menahan emosi lg 🙂

    ups maaf jd kepanjangan om, hihi

  10. pernah baca cerita itu. dan saya setuju banget!
    emang semuanya itu tergantung pada self control. ini yang susah sebenernya, apalagi kalo lagi emosi. tapi ya emang harus sering2 mengingatkan diri sendiri… 🙂

  11. Meskipun kita selalu dianjurkan untuk dan sabar dan syukur, sebagai manusia biasa saya kadang masih sedikit mangkel jika ada hal-hal yang “kurang baik” menurut ukuran saya. Setelah sadar baru saya istighfar bahwa tak seorangpun sengaja melakukan suatu kealpaan atau kurang hati-hati, kecuali yang memang disengaja.

    Semoga kita bisa mengelola diri kita agar tak terseret kepada arus bujukan setan.

    Salam hangat dari Surabaya

  12. Yah kadang kita memang tak bisa menahan diri juga sih Om kalau kebetulan hati sedang gak mood. Tapi belakangan ini saya sebisa mungkin mengurangi emosi berlebihan atas kesalahan anak misalnya, karena emosi itu benar2 menguras emosi. Jadi lebih baik bersikap tenang, memberi nasihat pada anak, dan setelah itu ya main bersama lagi…

  13. Saya orangnya cepat marah juga, Om. Suka salah reaksi…hiks *malu*
    Mudah2an setelah baca ini, saya akan lebih sering menahan diri..

    Tengkyu, Om..

  14. Postingnya mengena banget, Om.. Cocok dibaca dibulan puasa, hehehe… Iya, kadang kita cenderung memberi reaksi berlebihan atas suatu aksi yang terjadi pada kita. Padahal reaksi kita lah yang menjadi pembeda hasil akhirnya, karena..controllable. Sedangkan aksi, akan selalu datang tanpa kita bisa mencegahnya. Selamat berbuka, Om..

  15. Sepakat Om, saya pernah baca (dan rasanya pernah jg menuliskannya di blog, entah di postingan yg mana hihihihi), kalau yg ‘terjadi’ dalam kehidupan kita itu cuma 3%, selebihnya adalah reaksi/respon kita terhadap si yg terjadi ituh.

    terima kasih sudah diingatkan kembali Om 😉

  16. Knapa terkadang orang susah mengontrol reaksi, karena sifat reaksi memang cepat Om…
    Kalau lambat bukanlah reaksi namanya.
    Dan karena cepat inilah kadang orang tak sempat berpikir jernih…
    Reaksi mirip gerak refleks

  17. asyik memang kalau jadi sevenhabitter… kalau saya inti dari pelajaran ini adalah sadar dalam setiap tindakan yang diambil…. bukan karena sebuah hasil kegiatan yang reaktif…

  18. Wah.. kadang kalo sebuah kejadian yang terjadi tidak sesuai yang kita harapin kadangkala memicu amarah…

    lha kalo amarah pertama kali muncul, seringnya daya pikir (logika) kita berkurang drastis.. jadinya kita bertindak sesuai hawa nafsu.. dan Alhasil, setelah beberapa saat.. kita bakal sadar kalo telah bertindak salah super besar

  19. Saya jadi teringat tausiyah Aa’ Gym, bahwa akhlak seseorang terlihat bagaimana ia bereaksi secara spontan terhadap sesuatu yang tidak ia duga sebelumnya. Artinya, kurang lebih, apa reaksi kita, itulah akhlak kita.

  20. Dulu saya pernah melihat sendiri tetangga yang emosian hanya karena piring pecah, dan marah-marah karena hal yang sepele. Teman saya tuh dibentak-bentak sampai sedih. Saya masih kecil waktu itu ikut ngerasain sedih dan takuuutt… astagah.. bapaknya galak beneerrr…

  21. Kalo anak memecahkan gelas, biasanya saya langsung berseru, “Freeze! Don’t move!” Lalu buru-buru ambil sapu dan koran. Karena takut mereka terkena pecahan. Omelan itu utusan belakang :mrgreen:

  22. Kalau menurut saya yang namanya reaksi itu rada-rada susah untuk dikendalikan dengan hanya sekedar melatih berpikiran positif.. Karna sudah tentu itu muncul dari emosi yang spontan dan banyak faktor yang bisa menyebabkannya.. Belum lagi perasaan itu biasanya akan lebih dominan ketimbang pikiran.. Jadi belum sempet mikir untuk ngendalikan reaksi bisa-bisa perasaan lebih dulu mengeluarkan emosi negatif..

    sebelumnya saya juga sempet berbagi pengetahuan disini ht tp://www.chaidir.web.id/2013/08/3-alasan-menghindari-positive-thinking.html

    Salam Persahabatan Om Trainer.. ^_^

    1. Memang tidak mudah …
      namun dengan bertambahnya “kebijaksanaan” saya rasa reaksi itu bisa sedikit diperlambat … bisa dikendalikan
      sehingga ledakan bisa diredam …
      (ya … ini perlu pengalaman dan … “wisdom”)

any comments sodara-sodara ?