(Tulisan ini aku buat khusus untuk Emiko seorang dosen, guru, penerjemah, narator, mantan DJ yang tinggal di Jepang. Emiko rajin mengunjungi Blogku dan memberikan komentar-komentarnya. Emiko merupakan teman Cyber yang aku kenal sejak awal … bahkan sebelum aku ngeblog. Dia menduduki posisi Peringkat # 6 dalam jajaran pemberi komentar terbanyak di blog ini. Lihat tulisan THE BEST 18). .
Aku akan bercerita sedikit mengenai etos kerja masyarakat Jepang. Aku yakin sangat, Emiko pasti tau banyak tentang hal ini. Bukan saja etos kerja tetapi juga aspek sosial, pendidikan, budaya, bahasa bahkan masakan Jepang. Emiko mempunyai background yang sangat cukup untuk mengetahui seluk beluk Jepang. Dia kuliah di Sastra Jepang, sudah berkeluarga dan sekarangpun tinggal di Jepang. Emiko merupakan sumber yang tiada habisnya mengenai seluk beluk Jepang. Anda harus baca cerita-cerita di Blognya bagaimana dia mengelola kehidupannya di Jepang. Bener-bener seorang Wonder Woman dia … !!! (without ”that” costum ofcourse )(*dzig* … dijitak Emiko)
Cerita ini terjadi ketika aku diundang untuk mengikuti training di Malaysia. Pesertanya beragam… berasal dari berbagai negara. Dari Malaysia, Vietnam, Singapura, Taiwan, China, Hongkong, Korea, Indonesia dan Jepang. Training berlangsung 4 hari. Aku tidak akan menceritakan apa isi training yang 4 hari itu. Bukan karena isinya yang terlalu teknis … tetapi karena memang … aku sudah tidak ingat lagi apa isi training tersebut. (hehehe).
Training disampaikan dalam bahasa Inggris. Ada dua orang peserta asal Jepang yang selalu duduk berdampingan, yaitu si Manager (laki-laki) dan seorang eksekutifnya, seorang perempuan cantik. Mereka berdua selalu ”merapat” kemana-mana, kayak perangko. Si perempuan selalu berbisik didekat kuping si Manajer. Saat didalam kelas, bahkan saat makan siang sekalipun. Hanya ke toilet saja mereka tidak bersama-sama. Mata sok usil si Trainer ini segera menangkap sesuatu yang agak janggal. Mencurigakan sangat … Ada apa dengan mereka …!!! Pacaran kok saat training sih … !!! (begitu pikirku)
Namun ternyata aku salah besar. Rupanya setelah aku perhatikan … si perempuan cantik itu ternyata bertindak sebagai PENERJEMAH bagi sang manager. Si wanita itu membisikan terjemahan presentasi training ke dalam bahasa Jepang di dekat kuping si manajer … benar-benar word-by-word. Time after time. From 9 am to 5 pm. Dia sengaja berbisik dekat kuping agar tidak mengganggu peserta training yang lainnya…
Dan ketika si pembicara di depan kelas sedang melontarkan Jokes yang lucu … pasti si Manajer Jepang ini ketawanya agak telat … (Ada ”delay”nya … kayak TV Kabel …)
(si penerjemah cantik itu sendiri malah tidak tertawa … mungkin saking stressnya). J
Mengagumkan sangat disiplin si nona eksekutif ini untuk selalu mendampingi manajernya … anda bayangkan saja … dia terus nyerocos berbisik… dia selalu mengambil tempat berdiri atau duduk di belakang sang manajer … dengan mulut menjorok agak kedepan … berbisik mengarah ke kuping sang manajer. Dan sangat mengagumkan pula semangat si Manajer untuk mendengarkan dan memahami materi penjelasan yang ada di Training tersebut. Sebuah wujud tanggung jawab profesional sejati … !!! Tim Jepang … aku salut sangat. Empat hari itu aku belajar … bagaimana seharusnya menjadi seorang karyawan yang berdedikasi, bertanggung jawab dan berdisiplin tinggi … Training keluar negeri bukan untuk wisata, hura-hura atau yang sejenisnya.
(Nggak kayak si Trainer ini … !!!). (Trainer jadi malu sendiri …).
Emiko pasti mempunyai cerita lebih banyak mengenai disiplin Jepang ini … (Oh Iya BTW … aku masih ingat … komentar pertama Emiko di blog Trainer ini adalah juga tentang disiplin waktu di Jepang …). (kamu masih ingat kan Em …??) (aku masih ingat banget !!!)
pertama….harus dong.
fixed dulu sebelum keduluan hihihi
Hebat juga ya si manager itu, dengan segala keterbatasannya tapi dia pengen menjadi lebih baik terus.
Oya tambahan, orang Jepang juga suka bilang Ganbatte menyemangati teman/anak/sodara bahkan kepada aka-chan (bayi) yg belum lahir (setidaknya di semua dorama yg saya tonton). Ini menunjukkan bagaimana kesungguhan mereka dan budaya saling mensuport untuk menjadi lebih baik.
Hmmm bener bang aku komentar pertama tentang disiplin waktu pada waktu akan diwawancarai. Pasti masih ingat dong bang hehehe.
Penerjemah yang begitu amat sangat capek. Tsuiji Tsuyaku, dia menerjemahkan sesudah kalimat selesai, dan kadang hanya memberikan rangkuman saja. Lain dengan Douji tsuyaku karena dia harus bisa mengejar ketinggalan penerjemahan dengan mengira-ngira kata apa yang akan dipakai. Dia harus bisa menerjemahkan kalimat itu pada saat sedang dibicarakan sehingga waktu kalimat itu selesai, tidak lebih dari setengah menit dia juga selesai. (Biasanya yang pakai booth bahasa, dan pakau headphone itu). Douji Tsuyaku ini masih langka kalau untuk bhs Jepang-Indo. Pada umumnya penerjemah harus diganti setiap 15 menit sekali, karena dia bukan mesin. Dan Ia harus menguasai benar masalahnya kalau tidak akan banyak waktu terbuang untuk mencari kata yang sesuai. waaah sorry jadinya komentar yang teknis banget.
Pokoknya terima kasih banyak mas atas tulisannya tentang aku. Yang pasti aku bukan wonder woman tapi super woman hihihi (soalnya super woman ada lagunya kan)
Berbicara mengenai penerjemah, aku sangat kagum sama mereka, terutama yang spontan. Koordinasi antara mendengar dan mengucapkan apa yang kita dengar memerlukan daya tangkap yang luar biasa. Apalagi kalau pembicaraan berlangsung terus-menerus. Bayangkan dari pukul 9 s/d 5 sore. Wah, luar biasa…Mungkin Ime-chan bisa lebih memberikan pencerahan bagaimana teknis penerjemah spontan bekerja…
Jangan sedih, Ime-chan. Wonder Woman juga ada lagunya. Di sini ngetop banget lho. Lagunya enak. Nggak percaya? Tanya Lala dan Bos Nh…Penyanyinya ehmmm Mulan Jameela, bukan Mulan Jameedong…
tuh kan mau cepet-cepet jadi tulis mas jadi bang hihihi, di tipp-ex yah…
Yahhh penyanyi endonesa? ngga begitu seneng sama penyanyi cewe endonesah. ya nanti aku cari dan denger deh bang.
Waktu konferensi APPA di Bali aku teringat lagi bagaimana penerjemah bahasa Mandarin yang kami sewa selalu ketinggalan, sehingga delegasi Cina komplain. Memang tidak mudah menerjemahkan presentasi dalam bahasa Inggris ke bahasa China dan sebaliknya. Apalagi, bahasa Inggris kan bukan first language bagi penerjemah lokal yang kita sewa tadi. Kata mereka, kalau Cina-Indonesia dan sebaliknya mereka masih bisa, tapi kalau ditambaha bahasa Inggris, wah jadi tambah runyam deh…
wah kalo penerjemah lokal ya susah bang, kecuali kalau dia pernah tinggal/belajar di negara yang berbahasa Inggris. Saya sering diminta utk interpreting/jadi MC bhs Inggris-Jepang di sini, tapi selalu saya tolak. Mending minta orang Jepang atau orang Amrik dong. Tapi memang kalo seperti gitu kan biayanya murah kalo minta saya secara saya bukan profesional inggris-jepang hehehe. Lain halnya dengan translation (tulisan) ya, karena ada waktu untuk mencocokkan.
Saya selalu kagum sama penerjemah. Apalagi yang nerjemahin on the spot, kayak si translator Jepang yang stand by nine to five itu. Nggak kebayang deh musti bagi konsentrasinya. Kalau saya jadi penerjemah, bisa-bisa saya teriak dan minta pause sebentar ke pemberi materi training.. hehehehe…
Seperti EmiChan, enakan menerjemahkan tulisan daripada lisan. Karena….. selain saya punya waktu buat mencocokkan dan memilih kata-kata yang tepat… mmm… ini juga karena… nngg.. faktor pendengaran yang terbatas alias Budeg Sedikit! wekekekekekeke
Ccckkkkk
Blog si Bos, dipenuhi 4 sekawan nih…
Lihat aja di Recent Comment….
Maaf ya pengunjung lain….
Bukan maksud memonopoli…
Tapi kami sekedar reuni kecil2an…
Hi hi hi…
berasa chatting ya Bang? hehehehe…. Di blog aja bisa ‘kacau’ begini, apalagi ntar pas kopdar yaaahhhh… waaaahh.. nggak kebayang deeeehhhhh….. awalnya pasti jaim, lama-lama…? uuuhhh…. malu-maluin kali yaah… ^_^
btw, sudah dipastiin belum si Om mau nraktir kita-kita di mana???? Sebentar lagi kita kopdar lhooooooo…… Aku maunya makan dimsum neeh.. Kalo japanese food, minta dibikinin EmiChan ajah.. hehehe
Sebetulnya mau dibilang interpreter dan translator itu kalo soal duit dan masalah waktu kerjanya enakan interpreter. waktunya hanya jam segitu itu aja, jam 9 sampai 5. selesai ya selesai tidak ada revisi dsb. dan biasanya dihitung honornya per-jam. Kalau translator apalagi dapet bahan yang sulit, bisa ngga tidur nyari kata-kata aneh itu, trus sesudah itu masih musti di revisi segala. Belon kalau kliennya ngotot minta pakai kata tertentu yang sebetulnya salah menurut tata bahasa. Bayarannya dihitung per lembar hasil.
hmmm kayaknya bisa jadi bahan posting juga nih hihihi
Wah, yang lain pada takut tuh komen di sini…
Hi hi…….
Maaf Bos, blognya disampahin…
Semoga Ibunda cepat sehat ya Bos…
senin soalnya pada ada meeting…. Monday meeting… katanya temennya abang tuh 🙂
makanya semua bernyanyi
tell me why I dont like monday \:d/
nh18 itu emiko?? mantan DJ?? weks…
Wah pengalaman yang seru nih Mas.
Saya juga suka bingung kalau berbisnis dg wong Nipon,masalahnya komunikasi. Kadang kala dia mngerti omongan kita but kalau dia ngomong english, setengah mati kita mendengarkannya. jadi siapa yang salah yah ? 🙂
wah saya jadi harus banyak belajar nih
untuk menjadi sosok karyawan yang baik 🙂
hebat emang etos kerja orang jepang, makanya the chess suka ama kebudayaan jepang tapi tiru yg positifnya aja yah
haik ganbatte…. ja ne
waaaa…konco-nya pak trainer pada nyerbu utk komen 😀
sejak kenalan dgn bunda emi, ita jdi byk belajar ttg Jepang. Bunda sering cerita n menyisipkan kata2 bahasa jepang.
btw, salut deh buat mereka yg berprofesi sbg penterjemah..
Ya… Jepang memang luar biasa…
Kapan ya bisa kesana???