SEPULUH RIYAL, GUNDUL !


(sebuah catatan kecil tentang perjalanan umroh ke Tanah Suci)

29 – 30 Juni 2013

Setelah mengenakan ihram dari titik Miqat Bir Ali, kami langsung bertolak menuju Masjidil Haram, Mekah.  Sambil terus melantunkan kalimat Talbiah sepanjang perjalanan.  Sampai di Masjidil Haram, hari sudah malam.  Umrah yang pertama ini kami lakukan malam hari, sekitar jam 11 Malam.

Ritual di Masjidil Haram diawali dengan Tawaf mengelilingi Ka’bah.  Seribu satu perasaan berkecamuk di dalam hati saya … ketika tepat di depan saya … terpampang Ka’bah secara nyata.  Yang mulanya hanya bisa saya lihat di kalender atau di sajadah saja.  Kini terpapar di depan mata.  Tak terasa air mata pun mengalir.  Entah mengapa !?

Tawaf selesai, dilanjutkan dengan sholat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim, menghadap multazam/pintu Ka’bah.  Ritual berikutnya adalah Sa’i, berjalan dan/atau berlari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah.  Jaraknya sekitar 400 m.  Bolak balik 7 kali.  Sehingga total jarak yang ditempuh adalah kurang lebih sekitar 3 kilometer.

Selesai melaksanakan Sa’i maka para jamaah melakukan Tahallul.  Ini tanda pembersihan diri dan sekaligus juga berarti penghalalan.  Yang tadinya ketika berihram tidak boleh dilakukan, setelah ini boleh dilakukan.  (Note : Ketika mengenakan ihram ada beberapa larangan yang harus dipatuhi).  Tahallul dilakukan dengan cara memotong minimal 3 helai rambut.  Dengan dilakukannya Tahallul ini berarti selesailah seluruh rangkaian ibadah Umroh.

Ada cerita menarik mengenai Tahallul atau memotong rambut ini.
Ada banyak sekali jamaah lelaki yang merasa akan lebih afdhol jika kita mencukur rambut kita.  Bahkan kalau perlu gundul sekalian.

Nah peluang ini dimanfaatkan oleh sementara orang disana.  Ketika kami keluar dari Masjidil Haram, ada banyak orang yang menawarkan jasa potong rambut ini.  “Haji … Tahallul Haji ?”  … “Potong Rambut Haji … ?”  “Cukur ya Haji …”.  (Semua jemaah di panggil Haji oleh orang Mekah).  Again … hebatnya orang-orang di Mekah sini juga bisa berbahasa Indonesia.  (at least kosa kata seputaran aktifitas pencukuran rambut-lah)

Saya didekati oleh seorang lelaki muda.  Dia menawarkan saya untuk dipotong rambutnya.  Saya setuju.  Saya tanyakan dimana dipotongnya ?

Ternyata saya dibawa ke sebuah Basement Mall … Mall ini terletak persis di bawah Menara Jam Mekah yang besar dan terkenal itu.  Kami berjalan kaki sekitar 3  menit saja.  Dan ternyata di basement mall tersebut ada banyak sekali kios-kios tukang cukur.  Dan malam itu kios-kios tersebut ramai sekali dengan para Jamaah pria yang ingin mencukur rambutnya.  And yes indeed … sebagian besar … Plontos !!!

Rupanya pria muda yang menawarkan saya tadi hanya bertindak sebagai “agen-broker” penangkap konsumen saja.  Eksekusi berikutnya di serahkan kepada ahlinya.  Menurut penuturan pemilik kios cukur ini … sebagian besar pemilik usaha cukur rambut ini berasal dari Pakistan.  Sementara saudara mereka yang berasal dari India, biasanya menguasai gerai-gerai kedai makanan siap saji yang juga bertebaran di basement Mall tersebut.

So akhirnya begitulah … eksekusi dilakukan …  Cukur dilakukan dengan menggunakan sepatu cukur nomer 2.

eksekusi

Begini kurang lebih hasilnya …

plontos

Ongkosnya Berapa Om ?

Sepuluh Riyal saja !!!

So … Sepuluh Riyal … Gundul … !!!

.

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

56 tanggapan untuk “SEPULUH RIYAL, GUNDUL !”

  1. gundul..! #agak kaget, akunya ngirain trainer lagi misuh2.. wkwkk

    yang pose miring lagi dicukur itu mirip Dalai Lama.. 😛

    1. Iya ya Bundo … kayak lagi misuh-misuh …

      (tapi mana mungkin lah awak misuh-misuh bundo …)
      (awak ni misuh-misuhnya dalam hati saja)

      haahha

  2. Ah cukur rambut haji ternyata ada brokernya juga. Tapi hasilnya gak mengecewakan. Om penampilannya lebih ganteng dengan rambut gundul hehehe..

        1. Waduh …
          ini mungkin sama juga kalau di Indonesia … tapi di Salon kelas atas …
          sudah plus perawatan sepertinya …
          hehehe

    1. Enggak Kak …
      Si Sulung dan si Bungsu memang sudah cukuran cepak dari sononya …
      sementara si Tengah nggak mau di botakin / di cepakin …

      So mereka tahallul syarat yang 3 jumput rambut saja

      🙂

  3. Manajemen pemasaran jasa cukurnya siip ya Dhimas,ada pembagian peran yang tertata.
    Syukur atas karunia ibadah Umroh sekeluarga. Salam

  4. Mereka banyak yg bisa bahasa Indonesia apa karena jamaah haji dari Indonesia besar ya? Atau mereka memang bisa bahasa2 asing lainnya (selain bahasa Indonesia) utk menarik calon konsumen?

  5. Alhamdulillah … pengalaman berharga ya om Nh.
    Saya juga pingin sekali melihat ka’bah. Membayangkannya saja sudah terharu, kayak rindu gitu, om. Mudah2an bisa ke sana

  6. OO! Jadi itu gundul hasil dari ukur di sana rupanya ya Om? tapi bagus sih…. jadi 10 riyalnya berguna he he he..

    Saya lagi terkesan dengan cerita para tukang cukur asal Pakistan dan tukang kedai makanan asal India… Luarbiasa ya Om.. Perjalanan Haji ini memberi kehidupan bagi banyak orang..

  7. Kalau orangtua udah gak mikir dua kali buat gundul ya Om. Kl masih muda hmmm…
    Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu ketika Bapak saya baru datang dari Haji yg pertama kali.. Tapi saya hanya melihat beliau dari jauh… 😦

any comments sodara-sodara ?