karsini # 12 : PEMILIK MALAM


.
Ini tulisan Karya Penulis Tamu yang ke 12.

Simak cerita berikut ini … (eng ing eng …)

.

———-

PEMILIK MALAM

Malam belum juga mau datang, meski matahari telah turun hingga titik terendah, meski cakrawala telah berwarna jingga.

“Kamu kedinginan?” tanyamu padaku ketika melihatku sedikit menggigil.

“Iya, mengapa malam tak juga kunjung datang? Badanku telah sakit semua,” keluhku. Ia membelai kepalaku. Kami berdua menunggu malam dalam ruang sempit dan gelap.

“Sabarlah, remang telah tiba, burung-burung sudah terbang hendak pulang. Bertahanlah, sedikit lagi kita akan menghangat,” bujukmu. Aku semakin menggigil. Kesal dan benci aku pada siang, terutama pada sore. Karena sore membuat penantianku semakin panjang. Rembulan sudah muncul namun gelap belumlah tiba. Seperti jam pasir yang mampat sehingga waktu serasa terhenti.

Ia mendekapku seolah hendak mengalirkan panas tubuhnya pada tubuhku yang semakin menggigil. Namun tubuhnya pun sama dinginnya dengan tubuhku. Bahkan hembusan napasnya pun seperti kabut tipis yang nyaris membeku. Kuhargai usahanya. Akupun membalas pelukannya.

Lalu tirai malam mulai turun. Bukit mulai menghitam, sedikit darahku mengalir mewarnai wajah pucatku. Aku bergairah! Kulepas pelukan kekasihku dan segera menghambur keluar. Tapi ia menarik lenganku. Aku menatapnya heran.

“Mengapa kau tahan aku?” tanyaku nyaris berang.

“Sabarlah, Sayang, orang-orang belum lagi masuk ke rumah mereka. Hewan-hewan pun belum lelap tertidur. Bahkan anak-anak pun masih riang berceloteh.”

“Tapi aku sudah tak kuat! Aku mau ……”

“Ssstt, beberapa jam lagi aku akan membiarkanmu berpesta. Kau tak mau kita celaka bukan?”

Aku merajuk. Kutinggalkan dia sendiri dan aku duduk di sudut ruangan. Kupeluk lututku dan kusembunyikan wajah piasku. Semua yang dikatakannya memang benar. Aku tak mau membuat kami celaka. Maka kubiarkan ia melarangku. Meski jam pasir itu serasa benar-benar berhenti sekarang.

Ia lalu menyusulku dan duduk di sebelahku. Pelukannya terasa sedikit menghangatkan. Aku tahu ia mencintaiku dan iapun tahu bahwa aku mencintainya. Kami adalah kutukan yang saling mencintai. Menyadari itu hatiku luluh, kusambut pelukannya. Kutatap wajahnya yang sama pucatnya dengan wajahku.

“Maafkan aku. Tanpa kamu mungkin aku sudah lebur dan mengabu,” bisikku. Ia menutup mulutku dengan kecupannya.

“Sudahlah, aku mencintaimu, Sayang. Seperti apapun kamu aku takkan pernah meninggalkanmu.”

Aku menangis, karena akulah ia menderita begini. Harus menunggu malam untuk bisa menikmati hidup. Menikmati hidup atau menikmati mati? Aku mengecup mata dan bibirnya. Ia menyambut kecupanku. Lalu kami pun kembali menunggu. Tak ada sedikitpun tenaga untuk bercinta.

“Lihatlah Sayang, kini malam sudah benar-benar turun. Mari kita keluar,” ajaknya. Ternyata jam pasir itu tidak mampat! Ia membantuku berdiri dan kami bergandengan keluar ruang gelap ini.

Sejenak aku menghentikan langkah. Kekasihku menatapku heran.

“Berjanjilah padaku, Sayang,” pintaku.

“Berjanji apa?”

“Untuk tidak mengisap manusia perempuan, seperti aku pun berjanji takkan mengisap laki-laki,” jawabku.

“Mengapa?”

“Aku cemburu!” kataku.

 Ia tersenyum mesra, menunjukkan taring-taring tajam yang haus darah. Aku membalas senyumnya dengan lebih mesra, meski taringku pun sama hausnya akan darah.

***************

Jababeka, 25 Januari 2012

 

————————–

Hhhhhiiiiiiii …

 

KARYA SIAPA INI ???

.

STOP PRESS
Maaf sudah lebih dari 24 jam nih,
Waktunya saya membuka identitas Penulis Tamu
Ini adalah karya
IBU CHOCOVANILLA
Seorang ibu dengan dua Putra Putri, si Jenderal G dan si Cuantik
Sering menulis fiksi dengan ending yang tak terduga
Tinggal Di Jabodetabek …
Blog Bu Choco bertajuk : CHOCOVANILLA

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

47 tanggapan untuk “karsini # 12 : PEMILIK MALAM”

  1. hedeeeehhh….kenapa aku selalu jd tertuduh? kenapa??? beri aku penjelasan ooom *plaaaak*.

    FYI ya, aku jauuuuuuuh sekali dari daerah jababeka *sigh*

    Ini mesti karya mamanya jendral deh ya, ayo bu Choco, mengakulah hihihihi

  2. Berkunjung ke sini, langsung disuguhkan cerita fiksi yang aduhai kayak begini.
    Agak bingung awalnya mau menentukan siapa..
    Tapi, dari banyaknya tuduhan terhadap Bu Chochovanilla, maka saya pun melakukan investigasi ke markas beliau..
    Dan hasil yang saya dapatkan adalah, bahwa ini memang “ulah” beliau..
    Oleh karenanya, saya bisa tetapkan bahwa Bu Chochovanilla sebagai tersangka utama dalam kasus ini…

    (siap-siap digigit vampire)

    1. Cuma, dari konte n ceritanya ada satu calon tersangka lagi lho sebenarnya, yakni Puak Cullen… Doi benar-benar terobsesi dengan Edward Cullen, tokoh vampir dalam serial Twilight…

      So.. Jangan-jangan ini mamang karya dia… 😉

  3. Sepakat dan sependapat dengan pendapat yang menebak ini karya Chocovanilla secara beliau ini memang ahli membuat cerita fiksi, dan clue jababeka mengingatkan pada satu postingan beliau beberapa hari lalu tentang Unras yang sempat Bang Necky ( kalau nda salah ingat ) pertanyakan artinya, dan ternyata unras itu singkatan dari unjuk rasa.

  4. SODARA-SODARA …

    Maaf sudah lebih dari 24 jam nih,
    Waktunya saya membuka identitas Penulis Tamu
    Ini adalah karya IBU CHOCOVANILLA
    Seorang ibu dengan dua Putra Putri, si Jenderal G dan si Cuantik
    Sering menulis fiksi dengan ending yang tak terduga
    Tinggal Di Jabodetabek …
    Blog Bu Choco bertajuk : CHOCOVANILLA

    Banyak yang nebak bu Choco juga kan ?

  5. Waaa, maaf Om, baru bisa berkunjung 😦

    Terimakasih ya, Om, sudah diberi kesempatan menulis di sini 😀
    Terimakasih juga buat para sahabat yang sudah menebak tulisan saya tanpa ragu, you know me so well yaa 😳 😀

any comments sodara-sodara ?