DUA BINTANG


Sudah sejak siang tadi …
Puja sibuk dengan kertas di genggamannya …

Selembar kertas … bergambar pohon dan kupu-kupu …
Hasil karyanya di Sekolah …
Digambar dengan crayon aneka warna …

Di pojok kanan atas ada cap bergambar Dua Bintang disana …
Dua Bintang yang disematkan oleh Ibu Gurunya …
Dua Bintang yang berarti … Sangat Bagus …
Baru kali ini Puja mendapatkan tanda Dua Bintang dari Gurunya …
Sudah sekian lama dia berusaha keras untuk mendapatkannya …

Puja Bangga sekali …

Dia ingin menunjukkannya pada Papa dan Mamanya …
Dengan caranya sendiri …
Dia menempelkan gambar tersebut di Pintu Lemari Es di Ruang Makan
Dengan harapan Papa dan Mamanya bisa melihatnya dengan mudah …

Dia sibuk mencari magnet untuk menempelkan Gambar itu di Kulkas …
Dia sibuk mematut-matut letak Gambar tersebut agar simetris terletak di tengah
Agar lebih mudah terlihat …

Berdebar Puja menunggu Papa-Mamanya pulang dari kantor …
Dia berusaha keras untuk menahan kantuknya …

Akhirnya Malam itupun Papa-Mama pulang …
Puja sembunyi di balik pintu kamarnya …
Dengan harapan dia akan dicari-cari oleh Papa-Mamanya
Dengan harapan dia akan mendengar kata-kata riang penuh pujian …
“Adduuuhhh mana nih anak Mama yang dapat dua Bintang hari ini …” atau …
“Anak pinter Papa kemana yaaaa … Gambarnya bagus sekali ini … ” atau …
“Mama bangga deh sama Puja …”  … dan sebagainya … dan sejenisnya …

Kejutan yang manis bukan ???

Namun …
Tunggu-tunggu punya tunggu …
Kata-kata itu tidak kunjung didengarnya …

Kalimat yang Puja dengar hanyalah percakapan …
Bbbiiiiikkkk … Puja sudah makan ?”
“Sudah nyaaahhh … itu Puja lagi di kamar …”

Terdengar langkah sepatu mendekat … pintu kamar pun dibuka
Dan Mamanya berujar pendek …
“Pujaaaa … Bobok yaaaa … sudah malam … besok sekolah … !!!”

hanya sekejap … hanya sekelebat …

Puja tertegun menelan ludah …
Pintu pun ditutup lagi …

Dan malam itu …
Papanya pergi lagi … mau nonton bareng bersama teman-temannya di Cafe …
Mamanya pun langsung masuk ke kamar tidur mereka …
Tetap sibuk dengan Blackberrynya … lalu bergegas membuka Laptopnya …
Ingin segera melihat status di jejaring sosialnya …

Sementara itu  …
Gambar Pohon dan Kupu-kupu dengan Dua Bintang itu masih tetap tertempel di Pintu Lemari Es
Dingin … tak tersentuh … tak dilihat …

Dan Puja masih tertegun … terduduk lesu dibalik pintu kamarnya …

Sambil berbisik pelan … : “Mah … Pah … Puja kan dapat Dua Bintang loh … “

Dan Puja pun akhirnya tertidur …
Masih tetap di balik pintu … beralaskan keset kamarnya …
Tertidur …
Dengan raut muka sedemikian rupa …
… yang entah apa artinya …

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

53 tanggapan untuk “DUA BINTANG”

  1. dan aku memberi bintang kedua untuk tulisan pak trainer…

    Puja, jangan sedih karena tanpa 2 bintang itupun kamu sudah luar biasa

    dan terus berusaha meski tak mendapat pujian dari siapapun

    🙂

  2. dijaman yang serba sibuk, PRT lebih tau kondisi anak dibanding orang tua, bahkan dalam hari-harinya, beberapa anak sudah tidak bertatap muka dengan orang tuanya, jangankan bertatap muka, bertegur sapapun tidak, lalu mau dikemanakan pembentukan mental, etika dan moral seorang anak?

    siapakah yang harus dipersalahkan…?? bukan pendidikan formal, tetapi peran orang tua dalam keluarga

  3. jika peran orang tua sudah tak ada lagi, maka potensi seorang anak akan seperti pohon dan kupu-kupu itu, hanya diam, dingin dan tak tersentuh, sehingga potensi itu tidak berkembang bahkan membatu tanpa diolah

    miris sekali ya pak trainer

    maaf saya nyampah disini

  4. saya selalu mengingatkan diri untuk tidak menjadi seperti ibunya si puja..walau kadang kalau sudah capek banget peres otak di kantor, pulang ke rumah dengan kondisi jalanan macet, sampai rumah maunya tidur aja..mikir kalau masih harus tuntun anak kerjain PR atau belajar ujian.. hadoohhhh…

    begitulah Om.. working mother is very challenging job 🙂

  5. SO sad to read this, tapi inilah realitanya. bahwa ortu lebih care untuk bersosialisasi dengan teman dan terkoneki dengan berbagai jejaring sosial darpiada berinteraksi dengan anak2nya

  6. dan puja pun bercanda dg 2 bintang didalam mimpinya..
    2 bintang meledek menggodanya….
    kasihan kamu puja…
    apakah besok kamu masih mau membawaku pulang..?
    aku tidak mau..
    karena aku tak ada harganya buat orang tuamu..
    pujapun kecewa…
    karena dia sebenarnya amat bangga dg bintang bintangnya…

    salam hangat sll mas.

  7. Hikss hikss.. realita sekarang kebanyakan gitu ya Om..

    Puja … kamu hebat dengan Bintang dua itu… mama dan papamu mungkin khilaf… 😥

    Jadi ingat dengan Adik2 dirumah dengan bangganya menunjukkan angka2 itu.. mereka butuh perhatian dan kasih sayang…. 😦

  8. Itulah fakta..
    Itulah realita..
    Gak sedikit anak-anak yang bernasib sama dengan Puja.. 😦

  9. semoga jika aku jadi mommy nanti nggak akan sibuk dengan blogku doank.. semoga bisa jadi mommy yang baik. walaupun ini fiksi, tapi tetap mendidik. salam kenal

  10. hiks.. ya ampun.. kok aku sedih banget yah bacanya.
    dari kemarin aku ribut banget soal anak kecil (termasuk pengen punya anak itu)

    tappi saat baca ini, jadi gak yakin:
    bisa gak yah aku TIDAK menjadi mamah nya puja?

    😦

  11. Hellow …. bapak ibu yang punya titipan Tuhan, dan yang lagi asyik dengan pesona dunia maya, semoga segera menengok ke kamar putra-putri tercinta, peluk dan sapa mereka dengan penuh cinta …

  12. Hmm… saya jdi ingat dulu pernah nonton film Singapur, kalo gak salah judulnya “I not stupid”. Lumayan mengharukan. Betapa ortu yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan anak jadi terabaikan…

  13. Puja ingin membuat kejutan yang akhirnya terkejut sendiri karena mama dan papanya suer duper sibuk.
    Ja..Puja..lain kali begini lho caranya :

    Begitu papa-mama datang langsung saja tunjukkan dua bintang itu ” Ma-Pa, saya ingin jadi jenderal, ini dia saya sudah memulai dengan dua bintang ”

    Jika papa- dan mamamu masih cuek, bilang sama pakde biar papa dan mamamu saya bawa ke Guntur.

    —Pakde dulu kalau nilai berhitung bagus-langsung nilai yang ada di batutulis saya capkan di pipi kiri-kanan. Nilai 9 yang ditulis dengan kapur itu akan membekas di pipi. Karena emak bukan orang sibuk jadi pasti ada dirumah.
    Emak bilang ” Anakku pinteeeeerrrrrrrrr”!!.

  14. Om… terlalu banyak perasaan yang bergemuruh di dada ini setelah membaca tulisan ini. Tak satu katapun yang dapat mewakilinya, selain keprihatinan yang luar biasa dan sebuah tekat untuk tidak melakukan hal yang sama dengan keduaortu Puja…

    Duh… Om bikin aku mewek nih… 😦

    1. sama dengan apa yg dirasakan UDa Vizon ( Salam kenal Uda Vizon)…
      Keprihatinan dan sebuah tekad semoga tidak melakukan hal yang sama…
      Jadi teringat juga kisah anak yang mengajak main ortunya tapi ortunya selalu bilang sibuk.. Si anak mengumpulkan uang.. sampai saat akan mengajak bermain ortunya, Anak : Ayah, Ayah bekerja digaji berapa satu jam? AKu telah mengumpulkan uang..ayah ayo main denganku..ini aku akan membayar waktu main dengan uang yang telah kukumpulkan..

  15. Tidur dalam kesedihan yang mendalam membuat Puja bolak-balik bangun menahan gelisah. Saat Adzan berkumandang, Puja keluar kamar. Melangkah perlahan dalam gelap dan mengambil air wudhu. Seusai sholat, Puja berdoa dengan hikmat…
    “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa keduaorangtuaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecilku, amin. Ya Allah aku ingin menjadi anak kebanggaan mama dan papa”

  16. Sampai di depan kulkas, 2 bintang itu diliriknya kembali. Ah, mungkin mama dan papa sedang capek, nanti pasti mereka akan melihatnya saat sarapan. Tiba-tiba Puja teringat perkataan mamanya tentang hebatnya anak teman mama yang sudah bisa mencuci piring sendiri. Dilihatnya masih banyak piring dan gelas yang menumpuk di tempat cucian kotor. Bergegas Puja mengucurkan air kran sambil berdiri di atas kursi. Susah payah dicucinya piring dan gelas, sambil terus membiarkan air kran mengucur.
    “prrrrangggg” Puja menjatuhkan sebuah gelas karena kaget mendengar teriakan papa.
    “Pujaaaa…jam berapa ini, kamu malah main air, nanti bayar PAM-nya mahal Puja…susah payah papa cari uang, kamu hambur-hamburkan dengan main air”

  17. Aduh… Semoga ini merupakan kisah sedih seorang ‘Puja’ yang terakhir dan tidak terjadi pada malaikat-malaikat kecil lainnya… Hiks…

  18. Zuper Dupperrr kerrreeeenn nih fiksinya om,, bener2 menyentuh, bener2 jujur, bener2… ah, saya sampai gak bisa ngomong,, pokoknya dua bintang deh untuk om,,, 🙂
    salam kenal..

  19. sedihnya puja..
    padahal udah mengharap perhatian si ayah bunda atas prestasi nya itu..

    fiksi yang bagus Om. mengingatkan kita smua..
    jgn sampe jadi ortu seperti cerita di atas.

  20. aku pernah begitu ga ya..? mmm… mungkin pernah sekali dua kali mengabaikan prestasi anak.. tapi aku ga fesbukan looo… !! keasikan blogging juga nggaaa… !! 🙂

any comments sodara-sodara ?