CITIZEN JOURNALISM


.

Mudah-mudahan ejaannya betul ya …

Ini mengenai “jurnalisme warga”. 
Pengertian saya … ini adalah suatu aktifitas pelaporan suatu kejadian atau berita atau pesan atau opini yang dilakukan oleh warga masyarakat biasa.  Bukan oleh wartawan, reporter dan yang sejenisnya.  Berita berformat audio atau audio visual tersebut biasanya dikirimkan ke stasiun televisi atau diunggah ke jaringan yu cup.

Sependek pengetahuan saya … fenomena jurnalisme warga ini mulai marak ketika terjadi musibah tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu.  Rintisan bentuk jurnalisme warga yang sederhana juga sering kita dengar lewat radio … dalam bentuk laporan situasi lalu lintas terkini dari berbagai tempat … yang disampaikan oleh pemakai jalan awam biasa.    (Coba anda dengar deh … terlihat sekali ada nada-nada bangga para “reporter amatir dadakan” itu.  Para pendengar awam yang melakukan reportase : “Arah dari Radio Dalam ke Pondok Indah tersendat.  Sementara Arah sebaliknya lancar”).  (gayanya sudah seperti reporter beneran) (beuh bangga bener pasti tuh … suaranya didengar oleh rakyat seantero Jakarta …)(hahaha)

.

Keberadaan ponsel cerdas yang berkamera, turut menambah kondusifnya perkembangan Jurnalisme Warga ini.  Semakin marak.  Setiap orang bisa dengan mudah membuat video untuk merekam peristiwa yang terjadi disekitarnya.

.

Namun demikian …

Saya pernah membaca/melihat di salah satu media.  Ada seseorang (kalau tidak salah dia berprofesi sebagai wartawan suatu media massa) yang berpendapat bahwa, mereka yang mengirimkan berita dan video amatir ke media massa ini tidak bisa otomatis dikatakan sebagai “jurnalis”.   Ilmu Jurnalisme itu bukan sekedar mengirim video, diberi kata-kata sedikit … jadilah berita reportase.  Tidak semudah itu kawan.  Orang tersebut juga berargumen bahwa… untuk mempelajari ilmu jurnalisme itu tidak mudah.  Diperlukan sekolah yang tidak sebentar.  Jadi mana bisa orang awam ngaku-ngaku wartawan/reporter.  (Masuk akal juga pendapat orang ini)

.

Terlepas dari itu semua …

Saya juga kadang-kadang berfikir.  Ada rasa yang “agak ngganjel” di hati saya,  ketika memperhatikan beberapa hasil jurnalisme warga yang sempat saya lihat.

Ambil contoh situasinya adalah … Ada kejadian Banjir Bandang di suatu daerah … alih-alih menolong mereka yang menjadi korban … alih-alih menyelamatkan diri sendiri agar tak diterjang banjir bandang … saya melihat ada sementara orang yang sibuk mengabadikan situasi ini dengan HP berkameranya.  Mungkin dia akan mengirimkannya ke stasiun TV … dan dalam hati dia akan menepuk dadanya “… ini nih reportase gua … Hot Press … AktualEksklusip … “ dan yang sejenisnya.  Sementara tetangga dan juga warga yang lain …  yang jadi obyek syutingnya … menderita karena hartanya ludes.  Hanyut diterjang banjur bandang.  Dia cuma petantang petenteng … sorot sana – sorot sini dengan kamera HP nya.

Contoh situasi kedua … Ini baru saja saya lihat.  Sepertinya ini bukan terjadi di Indonesia.  Dari kata-kata yang terlontar disana … sepertinya ini dari negeri tetangga.  Dalam video yang cukup panjang yang diunggah di yu cup tersebut… terlihat sorang Ibu muda yang dengan “kejam” memukuli anaknya sedemikian rupa.  Bertubi-tubi.  Anaknya sampai menjerit-jerit memilukan.  Sepertinya Ibu Muda ini stress … dan dia menumpahkan kekesalannya dengan memukuli anak balitanya.  Sementara ada seseorang lain (sepetinya kerabat si Ibu Muda) yang dengan sadar mengabadikan keseluruhan adegan penyiksaan tersebut.  Sambil sekali-sekali berkata “Sudahlah … sudahlah … “ dan seterusnya.  Dan anehnya …  dia teruuuusss saja men-shoot.  Tak ada upaya sedikit pun untuk … misalnya berhenti ngeshoot … lalu memisahkan ibu dan anak itu … Atau mungkin memeluk si anak dan menyelamatkannya jauh-jauh.  Atau as simple as memegangi tangan si Ibu agar tidak memukuli anaknya lagi …

Tidak … semua itu tidak dilakukan … atas nama Citizen Journalism video terus dioperasikan … tanpa ada sedikitpun upaya untuk mencegahnya …

Contoh yang pertama … sibuk “ngeshoot” tapi tidak membantu tetangganya yang terkena musibah.
Contoh yang kedua … sibuk “ngeshoot” tapi tidak ada uoaya untuk menyetop agar peristiwa tersebut tidak terjadi.

Dan sungguh ini membuat saya geleng-geleng kepala …

.

Sekali lagi … gara-gara Citizen Journalism … hanya karena kepingin dikatakan “cool” bisa mendapatkan berita “Hot Press” … untuk dikirim ke stasiun TV terkenal atau diunggah di yucup …  kita jadi kehilangan sisi kemanusiaan kita

Mudah-mudahan ini hanya pikiran jelek saya saja yang berlebihan …

What Do You Think ?

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

Usulan saya mungkin adalah …
Bagaimana kalau Stasiun TV atau Stasiun Radio … menyelenggarakan kursus mengenai bagaimana membuat reportase yang baik dan bertanggung jawab … !!!

A good and propper “Citizen Journalism”.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

43 tanggapan untuk “CITIZEN JOURNALISM”

  1. soal ini pernah dibahas di empi om.. rasa manusiawi kita hilang.. apalagi soal itu itu yang mukulin anaknya bertubi-tubi dan ada yang ngeshoot kamera tapi tidak membantu.. ini baru video belum foto-fiti yang banyak bertebaran gitu dimanamana..
    kalu soal “rasa manusiawi” dan kudu di”kursus”kan gimana jurnalisme yang baik dan etis, layak deh om, ku sepakat jurnalisme itu ga cuma asal ambil video dan gambar.. tapi juga punya etika..

    yang musibah aceh itu masih merinding nontonnya..

    1. Ternyata banyak yang merasakan hal yang sama ya Tin …
      Semoga saja … Citizen Jurnalism yang akan datang bisa jadi lebih baik lagi

      salam saya

      1. yang suka ngeblog pasti udah pada ngerti artinya, ga asal ambil gambar juga video kalu ada “berita” apapun itu, rasa manusianya dulu yang diutamakan..

        salam om..

      2. baca ginigini juga suatu edukasi buat kita juga loh om.. empatinya kita jadi ikut timbul..
        pernah bahas dan kebetulan ada temen kita yang wartawan juga, jadi nambah ilmu juga info.. sayang saya tak copas konten empi dimari..

  2. kalau update informasi di twitter itu termasuk citizen journalism gak ya ?
    aku kalau ada berita heboh misalnya jakarta kebanjiran bulan januari kemarin ,
    lebih milih mantengin twitter daripada TV karena TV suka lebay, twitter lebih jujur dan apa adanya

    iya harusnya ada kursus ya,, kadang suka bingung kalau yang video sama moto2 kenapa bukannya nolongin

    1. Saya dapat info dari Julie di komen bawah …
      bahwa ternyata ini untuk barang bukti … bahwa si Ibu suka menyiksa si Anak …)
      (tapi memang sih … durasinya panjang banget …)

      salam saya Bundo

  3. Sekarang ini acara berita justru menunjukkan violent yg sesungguhnya. Violent pd film kita msh bisa katakan itu acting, teknik kamera. Tp kalau berita, yg disuguhkan adalah gambar sesungguhnya.
    Yg om Nh contohkan itu saja sdh membuat hati miris, apalagi dgn peristiwa lain spt pengeroyokan dll. Org terlalu ingin cepat terkenal. Ikut2an.

    Salam

    1. Iya Bu …
      Jurnalisme warga sebetulnya ok-ok saja …
      asal ada etika dan tata caranya…
      saya yakin ada tata caranya

      Salam saya Bu

  4. aku mau komen tentang video ibu2 yang mukulin anak di malaysia itu pah
    jadi ini tetangganya juga diinterview oleh pihak berwajib dan ditanya kenapa dia malah ngeshoot dan jawabannya adalah dia ingin membuat dokumentasi tentang ibu yang memukuli anak ini karena udah sering dan dia juga shoot ini diam2 tanpa sepengetahuan si ibu
    aku gak belain dia sih tapi karena ini kan jadinya si ibu dihukum penjara

    tapi untuk jurnalisme warga memang agak aneh ketika orang sibuk dengan musibah dan dia sibuk dengan reportase bahkan ada juga yang buat eksis2an biar keliatan membantu tapi tetep ngeshootnya.

    1. Wah …
      Terima kasih infonya …
      saya kira yang ngeshut ini neneknya atau kerabatnya gitu … ternyata tetangganya toh …

      semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua

      Once again … Thanks ya Jul …

      Salam saya

  5. Mengingat saya lagi doyan motret jadinya sempat kepikiran juga jika saya bertemu dengan situasi yang dilematis. Di satu sisi saya pengen mengabadikan di sisi lain ada suasana yang harus ditolong.
    Mengabadikan terhadap sebuah peristiwa apalagi awak media saat itu mungkin belum ada bagi saya penting karena pihak lain akan menjadi tahu kalau ada peristiwa yang layak untuk diperbincangkan sehingga menjadi perhatian khalayak ramai yang kelak akan berujung atau memiliki pelajaran bagi masyarakat. Seperti kasus pemukulan terhadap anak. Dalam hal ini saya sependapat dengan Julie.
    Referensi lain mungkin bisa dilihat di sini Om, ulasannya cukup menarik : http://www.youtube.com/watch?v=L6gVtGt8PRQ
    Sementara untuk kajian foto tersebut saya menemukan artikel yang menarik dari sebuah foto yang disampaikan video tersebut : http://sueswit.net/2011/07/15/kevin-carter-cermin-jiwa-fotografer-yang-menjadi-korban-dari-hasil-karya-fotografinya/

    Terima kasih Om.
    Salam

  6. saya masih blom paham dengan kriteria citizen journalism ini om 😀 tempo hari pas nulis di kompasiana soal fakta lurah di sini eh ada yg mengkategorikan CJ gitu deh …

  7. setuju Pak… mestinya ada kejelasan kriteria CJ ini ya, lebih bagus lagi kalau ada kursus singkatnya jadi benar2 bisa menerapkan prinsip2 jurnalisme tanpa meninggalkan sisi kemanusiaannya…

  8. Saya sempet liat yang Bapak2 mukulin anaknya
    Astaghfirullah…kok ya bisa yang ngrekam itu tega ngliat ya
    Dan sepertinya mereka Bapak-anak yang jadi subjek, tahu kalo direkam

    Citizen Jurnalism yang oke banget itu pas ada laporan warga (di Cina) yang melaporkan salah satu pejabat, karena mengadakan jamuan makan malam dengan beberapa klien dengan sangat mewah. TOP BGT mah itu.

  9. membaca contoh yang pertama jadi teringat istilah ‘wisata bencana’ om, ya gitu, datang untuk ‘mengabadikan’ kejadian, bukan untuk menolong …
    Kalau istilah citizen journalism ini membuat saya jadi teringat dengan Zeverina, penggiat ‘Kolom Kita’ di K*mp*s, yang kemudian wadah ini justru dihilangkan oleh induknya, diganti dengan K*mp*s*ana. *jadi teringat saat sering baca KOKI … 😀

  10. 🙂 setiap wartawan punya kode etik, tapi dia juga punya sisi kemanusiaan. misal terjadi kecelakaan di jalan, wartawan menjadi orang yang pertama melihat si korban dan kejadian. dan sampai beberapa menit belum ada pertolongan yang datang. apa yang harus dilakukan si wartawan? meliput atau meolong korban? sebaiknya, menolong korban terlebih dulu jika memang belum ada bantuan datang. begitu seharusnya mengolaborasikan kode etik dengan sisi kemanusiaan.

    terkait citizen journalism, memang belum ada kode etiknya, tapi seharusnya mereka mempelajari dan mengaju pada hal itu. sayangnya, masih sedikit sekali sosialisasi terkait hal ini. bahkan para citizen journalism pun masih sedikit yang dibekali dasar2 jurnalistik. akibatnya? ya seperti yang terungkap di atas.

    🙂
    hadeu, jadi komen panjang. ihiih
    salam hangat dari bandung, ^_^

  11. Saya suka dengan kalimat endingnya pak. Sekali lagi … gara-gara Citizen Jurnalism … hanya karena kepingin dikatakan “cool” bisa mendapatkan berita “Hot Press” … untuk dikirim ke stasiun TV terkenal atau diunggah di yucup … kita jadi kehilangansisi kemanusiaan kita …

    Hanya karena pengen eksis di tipi ataupun dimedia manapun jadi menghilangkan rasa kemanusiaan. Menyedihkan ya Om

  12. setuju dengan usulannya Om..
    kadang2 demi mendapatkan berita yang update meskipun dengan caranya yang kurang terdidik, hadeuh terlalu ya Om..
    Semoga Jurnalis2 ybs lebih terdidik dan bertanggung jawaban tidak sembarang mengambil video2 yang tidak berprikemanusiaan

  13. edukasi etika publikasi mengingat keampuhan publikasi untuk menghadirkan empati pertolongan luar biasa, dengan cara yang tidak pas juga potensial menghancurkan.
    Belajar hati-hati menulis dan publish dari postingan ini, terima kasih Dhimas.
    salam

  14. dari yang pernah saya baca sih….blogger juga disebut salah satu citizen journalism (kalau ga salah). Intinya adalah sebuah liputan, foto, maupun artikel yang dibuat oleh non jurnalis dan dipublikasikan kepada orang banyak (seperti di kompasiana atau di blog nya ) namun tentunya semua yang ddibuat itu harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan keakuratan info yang diberikan dan bukan hoax.
    So….om enha adalah seorang citizen journalism koq….minimal ini menurut pendapat saya lho om hehehehe

  15. bener sepakat om, belajar jurnalistik itu perlu waktu yang ga sebentar dan itu perlu praktek yang banyak. Pantaslah para jurnalis berpendapat seperti itu tentang CJ. Coba kalau stasiun tivi itu roadshow ke daerah-daerah dan memberikan pelatihan CJ yang baik dan benar, itu baru kerenn..

  16. diupload ke YU Cup ya?? cup apa? Cup D apa yang G? hahaha
    Heh Bang! sebenarnya untuk Jurnalisme Murni itu memang butuh pendidikan spesialis, namun dalam skala yang lebih luas kondisi “Pengertian” Jurnalis kan sudah melebar jadi warga yang mereportase suatu kejadian juga sudah bisa disebut Jurnalis asal Kriteria Jurnalismenya memenuhi syarat.
    Soal perasaan ngganjel di hati anda, apa anda berfikir bahwa jurnalis yang Profesional itu nggak seperti itu. Saya dengar sendiri penuturan reporter profesional yang juga resah, saat ia harus meliput namun di satu sisi harusnya ia juga menolong.
    Kejadiannya waktu di bom Bali, ia harus mendapatkan berita di saat itu juga, sementara ia juga bimbang harus menolong.

  17. tp kadang mrk yg tau ttg ilmu jurnalime (baca : wartawan) memberitakannya juga berlebihan dan sering lebay juga. Pdhl harusnya mrk beri contoh. Jd ribet hehe. Pokoknya yg penting jgn berlebihan dan lihat situasi-kondisi kl memang butuh pertolongan ya kita jgn sibuk merekam

    Suami sy pernah blg, “ketika terjadi kecelakaan, yg bikin macet jalanan sebetulnya bukan kecelakaannya tapi banyaknay org yg pengen nonton. Padahal kalo kita gak mau atau gak bs nolongin mending jalan aja terus, jangan ditonton. Malah ngerepotin byk org”. Nah apalagi di era serba berkamera gini, kayaknya makin byk lagi org yg kepengen menonton bencana. Ckckck…

  18. Sepertinya citizen jurnalism juga harus diberi kode etik Om. Kalau tidak yah akan lahir jurnalis2 warga yg gak punya perasaan. Mementingkan merekam kejadian sementara dia bisa bertindak untuk menghentikan kejadian tersebut. Kok kejam sekali orang yg ngeshoot penyiksaan balita itu ya?
    Om, ingat tidak film the silent of the lamb yang dibintangi Jodie Foster? Aku masih ingat banget bahwa mereka yg melihat perkosaan terjadi tapi tak melakukan apa-apa untuk menghentikannya bisa juga di dakwa: Membiarkan kejahatan terjadi. Kalau ibu yg menyiksa anak itu diadili, mestinya orang yg ngeshooot juga perlu dikasih pelajaran

  19. Citizen jurnalism, menurut saya hal ini harus tetap memiiliki nilai kode etik moral dan etika yang harus diangkat ketengah masyarakat ko Om, hal ini akan kembali kepada si peliput berita tersebut.

    Salam wisata

  20. Mengenai citizen jurnalism… ehm, tidak jauh dari jurnalis yg sesungguhnya jika dilihat dari materi liputan. Namun dilihat dari sisi sosial, apa yang dibahas Ompakmas juga merupakan sentilan bagi jurnalis yg sesungguhnya.

    Dimana… keberadaan jurnalis (sesungguhnya) kadang malah merepotkan di kala terjadi musibah. Dan ketika jurnalis (sesungguhnya) sengaja meng-exploitasi bencana/kemalangan demi mendapatkan berita baik. Di dunia luar sana malah ada penghargaan pulitzer (atau apa ya?) bagi para jurnalis dengan kriteria tertentu.

    Eh ada juga film yang mengangkat profesi jurnalis yang ternyata… banyak kejadian yang merupakan rekayasa.

    Ah… berbicara mengenai aspek sosial selalu kembali ke individu/pribadi, tidak melihat apa pun pekerjaannya.

    Eh, saya jadi ngelantur komennya. Hehehe… Salam hangat, Ompakmas.

    1. Ya begitulah Mas Dewo …
      Namun demikian …
      dengan diberitakannya kejadian tersebut … sebetulnya si jurnalis juga berjasa lho … sehingga bantuan yang lebih besar mengalir

      salam saya

  21. Kayaknya sekarang ngeshoot dulu baru nolongin ya om Nh? Jaman sudah berubah. Kalo dulu kan repot foto2 kejadian begitu, kameranya gak simpel, harus beli rol film dulu 🙂

    DI depan rumah saya, persis depan pagar pernah nyaris kebakaran karena tetangga depan rumah yang lagi masak2 buat hajatan di terasnya, tiba2 tabung gasnya mengalami ledakan. Ada pikiran sih mau foto, Om sementara orang2 laki pada berusaha memadamkan api. Waktu itu saya menggendong anak bungsu saya, memperhatikan dari jarak beberapa meter. Tapi koq gak tega ya, padahal kan aktual kalo fotonya ada apinya. Akhirnya foto2 juga tapi saat apinya sudah padam 🙂

  22. jika yang ditampilkan di yu cup itu apa ga cuma sensasi ajah om?
    tapi tidak semua sih yang sensasi,karna ada juga yang lucu lucu dan menarik 🙂

  23. kalau aku gak tertarik sama sekali om mengabadikan gitu, kecuali cerita bahagia lain cerita deh. Tapi kalau sedih atau pilu gitu lebih baik aku pergi jauh deh daripada nggak nolong juga tapi ngeshoot

  24. kalau ngeshoot demi citizen jurnalism mungkin saya bisa mentolerirnya. kalau sudah ngeshoot hanya agar nanti dapat bayaran dari tv dan apalagi harus membiarkan orang yang menderita rasanya tidak elok. citizen jurnalism penting… tapi mungkin butuh ditambahkan nilai nilai pada saat melakukannya.

any comments sodara-sodara ?