NENEK


 

Nenek … ini adalah panggilan sayang anak-anakku pada Almarhumah Ibu Mertuaku.

Aku sendirilah yang menjemput Nenek di Padang, Sumatera Barat untuk pindah dan tinggal bersama kami di Surabaya tahun 1994.   Waktu itu beliau tinggal sendirian di Padang.  Kakek, Ayah mertuaku sudah lama meninggal.  Kemudian Tahun 1997 kami pindah ke Jakarta, Nenek pun ikut bersama kami ke Jakarta. 

 

Berkat beliaulah aku (yang orang Jawa ini ) … jadi bisa Berbahasa Minang.  Dia selalu memanggilku dengan sebutan sayang ”Sutan”.  Sebuah sebutan penghormatan seorang Mertua kepada Minantunya.  Aku bangga sekali dengan panggilan itu.  Aku merasa sangat dihargai dan disayang oleh beliau. (Uda Vizon, Uda Mas Zul dan Uda Alex mungkin lebih mengetahui tentang sebutan kepada menantu di budaya Minang ini …)

 

Pada tahun 2001 – 2002 kesehatan Nenek mulai menurun … beliau terkena stroke … sempat jatuh di kamar mandi beberapa kali.  Memang usia beliau waktu itu sudah lebih dari 80 tahun …

 

Minggu 27 Oktober 2002 (hari ini, Enam tahun yang lalu)

Nenek tidak sadarkan diri.  Keadaan nenek semakin memburuk.  Kami putuskan untuk membawa Nenek ke Rumah Sakit.  Kami minta bantuan 3 orang tetangga kami (Pak De Kumis, Pak Hasyim dan Pak Ukir) untuk menggotong beliau ke Mobil … Nenek di rawat di Rumah Sakit ”Medika” di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan …  Tengah malam Jam 23.00 aku pulang ke rumah.  Istriku tetap tinggal bermalam di RS menjaga Nenek.

 

Senin 28 Oktober 2002

Jam 3 pagi … aku dapat telpon penuh isak tangis dari Istriku … ”Yah … Nenek sudah nggak ada”.  Innalilahi wa ina ilaihi rojiuun … Allah telah memanggil Nenek. 

 

Aku segera menelpon Bapak-ibuku dan beberapa kerabat dekat.  Lalu aku ngebut ke Rumah sakit.  Sendirian tanpa Anak-anak.  Sampai di Rumah sakit … aku sempat mengangkat tubuh dinginnya ke brankar untuk di bawa ke kamar mayat.  Istriku (ditengah kesedihan yang mendalam) dengan sigap menelpon Yayasan Bunga Rampai untuk membantu mengurus segalanya.

 

Waktu bergerak cepat.  Pagi jam 5.30 Dua Petugas (sepasang suami istri) yang akan memandikan Jenasah sudah datang.  Bapak ibuku pun sudah datang …  Petugas itu memandikan Jenazah bersama Istriku dan Ibuku.  Kemudian di Sholatkan … Semua ini lokasinya masih di Kamar Pemulasaraan Jenasah Rumah sakit Medika.  Aku sempat membacakan surat Yasin … sementara Istriku mengurus ini-itu yang lain, telpon sanak keluarga di Padang dan Pariaman.  Mengabarkan Berita duka ini.   Dan meminta keluarga di Padang dan Pariaman untuk mempersiapkan penguburan di sana.

 

Ya … Sesuai dengan pesan Almarhumah … Beliau berkeinginan untuk di makamkan di kampung halamannya di Pariaman, Sumatera Barat …  Sehingga untuk mengejar waktu … aku harus mencari penerbangan ke Padang pagi itu … agar bisa terkejar untuk mengebumikannya HARI INI JUGA …  Ya … ini sesuai dengan perintah ajaran Agama kami … bahwa kita diwajibkan untuk menyegerakan penguburan Jenazah …

 

ALHAMDULILLAH … ALHAMDULILLAH … semua seolah membukakan jalan yang selancar-lancarnya untuk Nenek.  Tiket Pesawat untuk pagi itu (entah pertolongan dari mana) bisa kami dapat dengan mudah, hanya lewat telpon … Lalu Lintas Jakarta di Senin Pagi jam berangkat kantor itu pun kok ya bisa lancar (yang biasanya macetnya gak ketulungan) … Ambulan bisa melaju ke Bandara … bahkan TANPA vorijder motor yang mengibas-ngibaskan bendera kuning itu … urusan cargo jenasah di Cengkareng lancar … Penerbangan Mandala Pagi itu pun on time … Ambulance di Padang sudah standby di bandara tepat waktu … birokrasi urusan cargo arrival di Bandara Tabing Padang cepat beres … perjalanan ke kampung Pariaman pun lancar … semua sudah siap …semua sesuai dengan apa yang kami harapkan.

 

Dan hebatnya lagi … Pagi itu… Rumah Sakit Medika dengan percayanya melepas kami begitu saja … tanpa menyelesaikan urusan Administrasi apapun terlebih dahulu … Mereka bilang … sudah Bapak Ibu jangan panik … urus dulu penguburan jenasah Almarhumah sampai selesai … baru nanti kalau sudah tenang … kembali lagi kesini besok-besok untuk membereskan urusan administrasi …  Mobilku pun mereka jamin aman-aman saja dititipkan menginap di parkiran Rumah sakit itu … selama aku tinggal ke Pariaman …

Can you believe that ??? … Can You believe that !!!

 

Pembaca bayangkan … waktu yang sedemikian singkat … Jam 3 pagi meninggal dunia … jam 6 pagi jenasah selesai dimandikan – dikaffani dan di sholatkan.  Jam 8 an berangkat ke Bandara … Jam 10 take off ke Padang … sampai di Padang jam 11.30 -an… lalu perjalanan ke Pariaman … sampai di kampung sekitar jam 14.00 siang … Di sholatkan lagi dan disemayamkan sebentar untuk didoakan oleh sanak keluarga besar kami di kampung … dan akhirnya sekitar jam 16.00 sore Jenazah selesai dikebumikan.

 

ALLAHU AKBAR … kami tidak percaya … semua bisa lancar sekali … dengan persiapan yang amat sangat singkat … dengan tenaga yang terbatas pula …. and remember ….ini adalah perjalanan lintas Propinsi … bahkan Lintas Pulau …

 

Sungguh Ini mukjizat yang luar biasa bagi kami…

 

Kata orang ini adalah berkat amal ibadah Almarhumah semasa beliau hidup … yang selalu mempunyai keinginan untuk menolong orang … sehingga di akhir hidupnya ini … Semua orang … semua pihak … bahkan semua ”Hal” … (sistem, birokrasi, lalu lintas, tiket, cargo, ambulance dsb) … seolah ikut menolong kelancaran perjalanan Beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya …  Tak putus-putusnya kami bersyukur … Tak putus-putusnya kami memuji kebesaran ALLAH … tak putus-putusnya kami mengucapkan terima kasih pada semua orang yang telah membantu kami …

 

Tentu ada yang bertanya … ?

Lho berarti jenasah tidak sempat disemayamkan di Rumah kami di Jakarta …

TIDAK … Jenasah Almarhumah tidak kami semayamkan lagi di rumah kami.  Keputusan harus cepat dibuat.  Kami memutuskan untuk membawa Jenazah dari RS Medika Permata Hijau Jakarta langsung ke Pariaman, Sumatera Barat … Tempat kelahiran yang juga sekaligus akan menjadi tempat peristirahatan terakhir Nenek.

(terus terang Senin Pagi itu banyak kerabat yang ”kecelik” melayat ke rumah kami di Jakarta tetapi ternyata  tidak ada kesibukan dan kegiatan apapun disana)

 

Dan Ya … aku dan istriku … praktis berangkat ke Pariaman, tidak membawa persiapan pakaian ganti apapun pagi itu … hanya pakaian yang melekat dibadan …

 

Kami sempat mencemaskan Anak-anak kami yang masih kecil-kecil … yang kami tinggal di rumah bersama Mbak Pengasuhnya … Namun Bapak-Ibuku, juga Adikku dan Suaminya yang juga datang pagi itu bilang … ”sudah jangan pikirkan anak-anak … biar Kami yang akan nengok-nengok mereka … Kamu berdua antar Nenek sampai ke makam …” Dan kami pun titip pesan pada bapak ibu untuk disampaikan kepada anak-anak … ”Bahwa Nenek tidak akan pulang lagi kerumah kita untuk selamanya … Nenek sudah pulang ke rumah ALLAH di Surga,  seraya meminta mereka untuk berdoa membaca Al Fatihah untuk Nenek Tercinta.

Nenek dengan segala kesederhanaannya … telah mengajarkan kepada Kami semua … memberi Teladan kepada kami semua … untuk selalu berbuat baik pada sesama.  Niscaya ALLAH akan membalasnya … dengan cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

 

AH NENEK … Kami selalu mendoakan Nenek …

Semoga Nenek bahagia di alam sana ya Nek …

 

Perkenankan Sutan untuk selalu mencium tangan Nenek …

Tangan yang dulu pernah merawat dan membesarkan putri bungsu satu-satunya … Istriku.

Tangan yang telah memasakkan rendang dan gulai yang lezat untuk aku minantunya …

Tangan yang memandikan cucunya, bayi Sulung, Tengah dan Bungsu untuk pertama kali.

Tangan yang telah banyak berbuat baik pada sesama …

 

Perkenankan Sutan untuk selalu mencium tangan Nenek …

walaupun itu hanya dalam angan saja … hanya dalam doa-doa saja …

 

Sutan selalu sayang sama Nenek …

 

(Trainer menangis mengenang kebaikan Nenek …)

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

28 tanggapan untuk “NENEK”

  1. Oh ya,
    jadi inget Mami juga…
    Dulu, aku, si Bungsu ini, yang berani ikutan memandikan dan mengkafani Mami…
    Waktu memandikan Mami, aku sempet berbisik, “Mi, bangun, Mi… Mami nggak kedinginan ya… ” 😦

    Sama seperti Nenek,
    saat itu, segalanya lancar. Semua pintu seperti terbuka sendiri tanpa perlu susah payah.
    Kata orang, mungkin karena yang meninggal adalah orang yang baik… (karena Mami adalah perempuan yang sangat, sangat baik!)

    Lala jadi kangen Mami, Om…
    Tapi Lala nggak mau nangis bareng-bareng sama si Om, ah…
    Ntar kasian si Mami..

    Salam hangat buat Bunda, ya Om.
    I know exactly the feeling.

  2. Turut berbela sungkawa Om, Yang sabar ya…Om
    Kita doakan semoga arwah beliau di terima disisinya.

    PS.
    Can You believe that !!!
    Ini asli Om????? (bingung.com)
    masak iya sih om??? (mikir.com)
    Baik benner……(salut.com)
    Biasanya rumah sakit nggak gitu2 amat om…(termenung.com juga)
    Sutan itu nama anak aku loh Om… (Omnirunih.com)

    Summary
    Selamad dan bersyukur ternyata Medika care banget om ya….
    Sekali lagi, turut berbelasungkawa om….

  3. Bos, sing suwer, aku berkaca2 membaca kisah di atas.
    Kalau nggak lagi ngantor barangkali aku sudah nangis…
    Sangat menyentuh….

    Btw, aku jadi mikir gimana kematian orang2 yang suka menyusahkan orang lain, padahal bisa dibuat mudah….
    Jangan2 pas meninggalnya pun nyusahin orang…

    Naudzubillah min dzalik…

    Allahummaghfirlahaa wa afihaa wa’fu anhaa

    Salam

  4. Whuaaaaaa… 😥
    Insya Allah, fada banyak kenjadian, Allah menamfakkan gambaran ferihal bagaimana “masa defan” seorang yang telah meninggal dunia, dengan memferlihatkannya lefada manusia yang masih hiduf, misalnya proses syakaratulmautnya, prosesi pengurusannya, banyaknya orang yang mensalatkannya dan lain sebagainya.

    Membaca kisah di atas, insya Allah nenek termasuk orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amin….

  5. siapa menanam benih kebaikan, dia pula yang menuai kebaikan itu..

    aku yakin nenek hanya tertidur saja sekarang menikmati kiriman doa dan amal baik, yang dikirim anak,menantu,& cucu-2 yang soleh-solekhah..amiin..

  6. Salam kenal om..
    Sedih kali bacanya..jadi ingat omaku yang juga sudah wafat.
    Yah begitulah om, orang-orang yang melapangkan jalan bagi sesama, dilapangkan juga jalannya menghadap Yang Ilahi.
    Pasti beliau pribadi yang besar ya om..beruntung sekali punya panutan seperti demikian.
    Mudah – mudahan keluarga kami juga diberkahi orang – orang demikian disekeliling kami!

  7. Kata William Shakespeare (kalau gak salah lho), “Kalau kita diberi umur panjang, maka kita akan menyaksikan satu demi satu orang yg kita cintai meninggalkan kita”. Mereka semua akan pulang, juga kita. Sudah siapkah kita? Wah…?? Salam kenal, Trainer, salam persahabatan.

  8. Pelajaran Hari Ini..
    – Amal Ibadah, tidak melulu dibalas dengan harta, tapi sebuah “kelancaran” hari itu Balasan setimpal yang sangat berarti
    – Amanah DONE, Amanah dari nenek kepada Mr NH dan Bunda dilaksanakan sampai finish.
    – SUBHANALLAH

  9. Moga beliau mereguk kebahagiaan disana…..karena beliau masih hidup dan mendapatkan kenikmatan2 yg luar biasa.

    btw, Menantu niniak mamak nan disayang mintuo…..hehe

  10. Ah Pak NH…
    Tulisan ini benar-benar membuat saya sesegukan…
    Saya membayangkan neneknya si 3 jagoan…
    Betapa mulia hidup beliau…
    Bisa menjadi orang tua, menantu dan nenek yang disayangi….
    Semoga kita bisa mencontohnya…
    Saya juga ingin kelak (jika berumur cukup) menjadi nenek yang disayangi semua orang…

  11. Almarhum ibu saya juga wafat dengan begitu mudah. Bahkan saya yang menunggui, tidak tahu kapan persisnya beliau ‘pergi’. Tahu-tahu saja beliau sudah diam, sudah tidak menjawab panggilan. Padahal setengah jam sebelumnya masih berkomunikasi dengan saya.
    Jika diizinkan Allah, saya ingin meninggal sebelum sangat tua, dan tidak melalui sakit lama agar tidak merepotkan keluarga. Amin.

  12. aaaaaaaahhh kangen utih… kangen tempe mendoannya… kangen kering nya *makanan juga*… kangen bawelnya… kangen dikasih jajannya… kangen utih yang jadi tempat kabur tiap berantem sama mama…

    om siiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhh!!!
    bikin kangen utiiiiiiiiiihhh 😥

any comments sodara-sodara ?