ITU-ITU SAJA


Saya agak kesulitan untuk memilih judulnya.  Namun yang jelas ini adalah cerita nyata yang terjadi di pertengahan tahun 1982.  Bulan-bulan awal saya masuk kuliah di IPB.

Satu-dua bulan awal kami kuliah di IPB, disebut juga masa Matrikulasi Tingkat Persiapan Bersama.  Mata kuliah yang diajarkan hanya dua.  Yaitu Kimia 1 dan Matematika 1.  Mahasiswanya terdiri dari para lulusan SMU, yang berasal dari seluruh Indonesia.  Yang berhasil lulus masuk IPB tanpa test,  … alias masuk lewat jalur undangan.

Salah satu kegiatan Matakuliah Kimia 1 adalah praktikum.  Kita semua di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan sekitar 15 – 20 orang.

Nah yang akan saya ceritakan ini adalah … ada seorang Mahasiswi … satu kelompok praktikum kimia dengan saya.  Saya perhatikan dia … saat praktikum … atau saat kuliah … selalu mengenakan pakaian yang itu – itu saja.  Dia kalau ke kampus pun selalu berjalan kaki dengan membawa beberapa buku di tangannya, tanpa menggunakan tas.   

Mohon maaf … saya tidak bermaksud apa-apa.  Namun mahasiswi ini sungguh menarik perhatian saya.  Penampilannya sungguh amat sangat sederhana.  Wajahnya biasa saja.  Pendiam.  Kediamannya ini bukan karena sombong atau bagaimana.  Menurut pengamatan saya … Dia itu diam … menarik diri … karena dia merasa minder … rendah diri dengan mahasiswa-mahasiswi lainnya.  Dia selalu terlihat minder, dengan pakaiannya yang itu-itu saja.  Gaun Rok terusan berwarna coklat, yang sudah agak kusam warnanya.  Modelnya pun sudah ketinggalan jaman.  Kurang begitu tepat untuk dipakai untuk kuliah sebetulnya.   Tapi apa daya … rupanya itu adalah pakaian terbaik yang dia punya.

Waktu itu kebetulan saya diserahi tugas untuk mengkoordinir pembelian sampul buku praktikum kimia untuk satu kelompok kecil kami, agar buku praktikum kami seragam semua.  Dan melihat keadaannya … dengan hati-hati saya katakan padanya.   Bahwa dia tidak perlu ikut urunan beli sampul.  Saya bilang saja … uang iuran yang dikumpulkan dari teman-teman yang lain sudah lebih dari cukup untuk membeli sampul buku untuk kita semua.  Dan dia terlihat begitu lega dan berterima kasih, seraya tetap menggenggam uang iuran yang seharusnya dia serahkan pada saya.  (Uang yang sebetulnya tidak seberapa itu … tentu sungguh sangat berarti nilainya bagi dia …)

Karena dia satu kelompok praktikum kimia dengan saya … sekali dua … saya mencoba mengajak berbincang-bincang, ngobrol-ngobrol ringan dengan dia.  Dan dari situ saya mengetahui bahwa … Dia berasal dari sebuah daerah di Sumatera Barat … (saya lupa kota persisnya).   Ketika diajak ngobrol … sebetulnya dia bukan orang yang pendiam.  Dia asik juga kalau bercerita.  Dengan logat khasnya.  Kadang kita juga diskusi mengenai proses praktikum yang sedang kita lakukan.  Termasuk ”ngrasani” Asisten Dosen penjaga praktikum yang super duper judes menyebalkan itu … (hahaha)

Jauh di dalam hati kecil saya … saya merasa kasihan dengan Mahasiswi ini.  Terlihat betul betapa dia ingin sekali seperti mahasiswi-mahasiswi lainnya.  Mengenakan pakaian untuk kuliah sebagai mana mestinya.  Jeans, T Shirt dan Blouse warna warni.  Berganti dari hari yang satu ke hari yang lainnya.  Sementara dia hanya mengenakan pakaian yang itu-itu saja.  Gaun coklat terusan kusam yang modelnya sebetulnya bukan untuk kuliah.

Setelah matrikulasi selesai … dua-tiga bulan masa perkuliahan berjalan, Saya tidak pernah bertemu lagi dengan Mahasiswi tersebut.  Saya tidak tau kemana dia … sepertinya dia pulang kembali ke daerahnya.  Asumsi logika saya berkata bahwa kondisi perekonomian keluarganya … mungkin tidak memungkinkan dia untuk bertahan dan meneruskan kuliah di kota Bogor ini.  Sepertinya dia terpaksa harus mengubur cita-citanya.

.

Kemana dia sekarang ? … saya tidak tau … !
Semoga kehidupannya bisa jauh lebih baik sekarang.
Dan dia tidak lagi memakai pakaian yang itu-itu saja …
Gaun coklat terusan … yang sudah kusam warnanya …

(ini terdengar seperti cerita upik abu karangan pendongeng belaka … namun saya berani memastikan … bahwa ini kisah yang nyata ada … saya amati sendiri … terjadi di tahun 1982 … di Bogor)

.

Seharusnya … apapun yang terjadi … kita memang harus selalu bersyukur !!!

salam saya

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

42 tanggapan untuk “ITU-ITU SAJA”

  1. betul sekali om, apapun yang terjadi seharusnya kita bisa tetap bersyukur
    gadis dengan baju coklat yang sudah kusam itu mengingatkan saya dulu waktu msh SD-SMP, ah jadi melow 😦 tapi saya sih masalahnya bukan karena orang tua tak punya, cuma PELIT 😀 busana dianggap bukan sesuatu yg penting, asal tidak robek dan bau, soal old-fashioned tutup mata deh

  2. penasaran juga ya om sekarang gadis itu ada dimana. saya juga pingin melacak teman masa penataran dulu, yg saya punya nomor kostnya, dia punya nomor rumah yg dan saya sudah pindah dari situ, maklum dulu hp itu barang mahal

  3. betul mas…harus selalu bersyukur.
    Di Jepang ini pun aku pernah termenung waktu tengah semester seorang mahasiswi datang kepadaku dan pamit.
    “Sensei, saya akan keluar dari universitas ini”
    “Loh… kenapa?”
    “Ya, orang tua saya sudah tidak bisa membiayai saya. Jadi saya memutuskan untuk berhenti kuliah. Saya akan ambil sertifikat spy bisa langsung kerja”.
    Di Jepangpun ternyata bisa kejadian seperti ini. DO karena alasan ekonomi. Duuuh.

  4. Waduh……..saya belon kenal tuh, walaupun sama-sama IPB angkatan’82, soalnya saya bukan termasuk orang pinter yang masuknya tanpa test, jadi mahasiswa tiri yang kuliahnya belakangan harus lewat sipenmaru

  5. dulu saya pas kuliah juga suka pake bajunya itu2 aja lho om. huahaha.
    gembel dah. pake kaos, dan sendal jepit. abis dulu kampus belum ada ac (yang ada ac cuma beberapa kelas doang). jadi kudu pake baju yang senyaman mungkin biar gak kepanasan. bodo deh mau gembel atau itu2 aja, yang penting enak. hahaha.

  6. Kenapa setelah matrikulasi dia kagak balik? Kemungkinan degan peluang terbesar ada 2: (1) Engak ada ongkos balik dan biaya kuliah selanjutnya, dan (2) Prediksi nilai matrikulasinya jelek, dan merasa mengulangpun percuma

  7. aku juga termasuk yang pake baju yang ituitu saja.. tapi cuek bebek, karena tementemen ada juga yang senasib.. berada bersama teman2 itu menguatkan, ada rasa saling, jika ada yang punya masalah keuangan yg lain segera bertindak, teman2 yang mampu juga tak segan ikut iuran.. kami punya hobi yang sama, berburu beasiswa 😀

  8. “Bulan-bulan awal saya masuk kuliah di IPB.”
    wah, Om lulusan IPB ya?
    saya dulu bercita-cita kuliah di Bogor (IPB), tapi ndak direstui orang tua… hehe :mrgreen:

  9. apa kabarnya ya dia..
    tapi ak u percaya,,pasti sekarang dia punya kehidupan yang lebih baik..
    bumi kan berputar untuk semua orang..

    siapa yang tahu..
    dia silent reader blog nya inyiak 😀

    1. *ngaminin harapannya Putri….
      Semoga si ‘ibu/uni’ itu memperoleh kehidupan yang lebih baik…..

      kisah2 seperti ini bisa menginspirasi kita2 supaya selalu bersyukur..terhadap apa saja yang terjadi pada kita, ya, pak…
      jadi inget… beberapa waktu dulu Put juga pake bajunya gonta-ganti seputaran itu aja…. soale waktu ngerantau bawa bajunya juga segitu-segitu aja.. he.. he..

  10. HIks…terharu sayaaa….

    jadi inget jaman kuliah dulu…ada juga beberapa teman yg sehari puasa sehari tidak, hanya karena kiriman dari ortunya cuma kisaran 30-40rb…hiks…tahun 93 itu om, di kampus kami kala itu banyak yang ekonomi sulit…

    dan di situlah, saya jd belajar banyak…betapa kita harus selalu bersyukur, bersyukur dan bersyukur….

    arrrgghhh…tiba2 rindu dengan kawan seperjuangan dulu…..

    1. mbak devi..seperti saat ini sulit kita mendapati mahasiswa seperti itu karena untuk masuk kuliah…butuh uang sangat besar jumlahnya….beda dengan zaman dulu…..*koq bisa gini yah?….prihatin banget*

  11. Sangat menyentuh keadaannya ya om… jaman sekarang tentu tidak akan menemui yg seperti itu…. (mengharu biru)
    ohya, Om NH ikut jalur Perintris-I juga tho… asik dong..
    kalo om NH terus milih Sosek di Baranangsiang sedang aku milih jualan bubur kacang di Darmaga.. 😀

  12. masih saja kita ( saya maksudnya) kurang bersyukur dengan segalanya… 😦
    semoga saja si itu itu saja, kini keadaannya lebih membaik , malah lebih bermanfaat untuk orang lain ,aamiin
    salam

  13. Ikut sedih Om.. kisahnya seperti FTV.. zaman sekarang mungkin banyak juga yang nasibnya seperti Mbak rok coklat itu, pinter tapi nggak ada yang biayai..
    Semoga suatu saat Om bisa bertemu dengan Mbak itu.. tapi seandainya Om bertemu, Ommasih ingat gak ya mukanya, kan bertemunya hanya sebentar 😛

  14. maap OOT : wow.. theme nya kerennn Oom… 🙂 ehheheh

    Mudah2an saat ini keadaan mbak rok coklat sudah jauh lebih baik. Dan yang terpenting, anak-anak beliau mendapatkan pendidikan yang layak, dengan biaya yang cukup…

    cerita ini, bisa untuk pengingat kita Oom..
    agar selalu bersyukur dan terus bersyukur

    salam sayang oom.. 🙂

  15. Hanya bisa ikut bedoa seperti Om : “Semoga kehidupannya bisa jauh lebih baik sekarang”.
    Saya yakin dia hidupnya sudah lebih baik, karena dia adalah orang pintar. Dia pasti akan tetap berusaha. Meskipun dia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya di IPB, bisa saja tahun depannya dia daftar lagi dan kuliah di Fakultas Pertanian UNAND misalnya.

  16. eh bener juga yah.. kadang ada orang-orang yang datang dalam hidup kita, yang begitu membekas. membekas yang tiba-tiba mbikin kita mikir: eh ini orang kemana yah. bener oom…

    aku jadi ikut-ikutan mikir temen oom ini dimana yah sekarang. udah coba dilacak di FB oom? biasanya kan ada.. biasanya loh oom..

  17. Om, duh cerita ini menyentuh sekali. Saya membayangkan kesederhanaan perempuan itu. Kalau zaman sekarang apakah mungkin hal ini terjadi ya? Maksud saya, orang dari tingkat ekonomi bawah apakah masih mungkin sekolah sampai tinggi? Semoga dia bisa meraih cita-citanya ya Om…

  18. yach semoga aja kehidupan teman om itu, sekarang sdh baik2 saja…sepertinya dia ngga balik lagi mungkin karena masalah ekonomi….kasihan juga yachh…punya kemampuan tp terkendala biaya…jd inget diri sendiri heheh….

  19. om enha…dulu saya waktu sma ga pake tas sekolah…cukup kantong plastik kresek yang tiap hari beda merk….senin:kresek gramedia, selasa:kresek golden truly, rabu: kresek kentucky (itu juga kalau ga berminyak), kamis:kresek hero supermarket, jumat:kresek …..dll

  20. saya salut om dengan:
    1. Om NH yang benar-benar bisa mengingat kejadian persisnya siapa dia, sampai hafal betul dengan pakaiannya…jangan-jangan jangan-jangan nih om.. 😉

    2. Sang wanita, salut dengan keberaniannya..meskipun minder, saya rasa mengambil keputusan untuk tetap berkuliah dengan keadaan seperti itu butuh keberanian yang luar biasa… sayangnya hilang kabarnya yah om..semoga dia bisa menjadi jauh lebih baik….

  21. Kasihan dia ya
    Harusnya tetap tegar dengan niat yang lurus untuk menyelesaikan pendidikan sebagai ibadah.
    Seandainya dia lulus dengan suma cum laude pasti teman2nya akan terhenyak bahwa gadis sederhana itu ternyata cemerlang otaknya.

    Salam hangat dari Surabaya

any comments sodara-sodara ?