IMPIAN SEMUSIM


.
Rintik hujan di malam itu, seakan mengiringi isak tangis sang Wanita.  Sebelas purnama sudah dilaluinya, tanpa kabar sedikitpun dari Tuan yang dirindukan.  Sampai kapan kerinduan ini tanpa balasan ?  Bersumpah janji mereka di kala itu untuk selalu setia selamanya.  Pun dengan tegar, direlakannya Tuan sang pemilik hatinya untuk menuntut ilmu ke negeri seberang. Tetapi mengapa kenyataan tidak seindah impian ? Apakah diriku tidak pernah lagi menghiasi mimpi – mimpinya ? Ataukah mungkin di sana dia menemukan wanita yang mampu menggoyahkan kesetiaannya ?

Dengan cepat diusapnya airmata yang terus mengalir di pipi. Untuk apa aku mengiba sebuah impian ? Seharusnya dengan tegar aku bisa menyentuh kenyataan. Sang Wanita terus menggumamkan kata – kata untuk membalut luka di hatinya meski masih teringat jelas bagaimana janji – janji manis itu meluncur dari bibir sang Tuan.

Diambilnya pena dan kertas sekali lagi untuk menuliskan kerinduannya. Entah sudah berapa ratus puisi yang selalu menemani malam – malamnya menuju penantian kepada sang Tuan. Seraya jemari lentiknya menulis, airmata terus mengalir membasahi pipi….


Aku menunggu pagi dengan satu harap tak pasti..
Tengoklah sejenak rinduku mengiba dalam mimpi semu..
Bila ceria telah cerahkan harimu..
Sapalah aku dengan setitik cahaya itu.

Gelapku..hitamku..
Merayap menyentuh kalbu..
Dan inderaku pun lumpuh..
Utuh ku kecap hadirmu.

Terkenang tak peduli waktu..
Terbang..menghilang..
Langit tak tahu kau dimana..
Bumi pun menolak berkata..
Bersimpuh aku menunggu
Entah untuk jatuh atau terbunuh..

Kau, kamu dan dirimu..
Terindah yang tercipta..
Ingatkah akan diriku..
Yang mencinta semua tentangmu..
Tentang aku..
Impian semusim mu…

Tulisan dan puisi ini dikirim oleh Penulis Tamu
Sebut saja Dia … Joanna
Seorang wanita yang mengelola blog Citra Wanita
Tinggal di Surabaya

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

30 tanggapan untuk “IMPIAN SEMUSIM”

  1. ikut merasakan kerinduan yang dalam.. LDR memang berat, tapi semoga dia di negeri sebrang masih tetap setia padamu wahai wanita semusim 🙂

  2. Hi, the article you write is very interesting, to be honest I was very impressed at all, the article is very beneficial for the people, I hope it do not stop here only, to further strengthen our friendships, visit the blogs that I have, provide comments, criticisms and suggestions for improvement of these blogs. Thank you

  3. puitis…terasa ada kerinduan yang terlalu halus utk bisa digambarkan…
    seperti puisi yang ditulis dibawah pohon rimbun dengan matahari senja yg semakin malam..

    1. hihihihi..
      jangankan yg lagi LDR mbak, yg tinggal satu kota pun langsung pengen nelpon
      meskipun cuma mau say hello aja…
      Lho, mbak Ais LDR ya?
      Long distance is killing me,hihihihi

any comments sodara-sodara ?