.
Dalam melakukan pekerjaan saya, saya seringkali dituntut untuk melakukan perjalanan dinas. Perjalanan dinas ke kota lain … ke propinsi lain … ke pulau-pulau lain di Indonesia ini.
Akhir-akhir ini … terutama satu tahun terakhir … saya melihat pemandangan yang seragam di berbagai kota di Indonesia.
Pemandangan apa itu Om ?
Pemandangan maraknya Baliho, Poster, Spanduk, bahkan juga Billboard yang berisi foto-foto. Foto-foto siapa ? … Foto-foto para tokoh setempat, baik pria maupun wanita. Baik Tua maupun Muda. Baik berseragam komplit maupun casual. Baik polos maupun loreng.
Kalau dulu saya sering kali melihat iklan-iklan luar ruang itu didominasi oleh iklan produk-produk otomotif, produk kosmetik, perbankan, sabun, shampo, margarine, deterjen, odol, minuman ringan, air mineral sampai produk pelumas. Kini pemandangan relatif lebih beragam … Lebih ramai … lebih “cluttered” … lebih “berwarna warni”.
Saya lihat gambar iklan luar ruang Baliho, Billboard, Poster dan Spanduk kini (sepertinya) lebih didominasi oleh Gambar Tokoh-tokoh tersebut. Ukurannya pun kadang kala tidak tanggung-tanggung. Penempatannya pun di tempat yang sangat strategis …
Pesan yang tercantum di dalam iklan luar ruang tersebut pun berbagai macam … Peduli Pendidikan, Memajukan Pertanian, Pendayagunaan Peranan Wanita, Sukseskan ini-itu, Pengembangan Wisata sampai Ucapan Selamat Datang bagi para wisatawan. Iklan ini tersebar merata … mulai saya keluar dari bandara … sampai ke tengah kota. Semarak sekali sodara-sodara … Hampir di setiap tikungan ada. 🙂 🙂 🙂
Dan sekali lagi … keadaan ini hampir seragam saya temui di berbagai kota yang saya kunjungi. Baik itu kota yang akan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah … ataupun kota yang tidak sedang mengadakan perhelatan pemilihan.
Mulai dari Medan di Sumatera Utara, Pakanbaru di Propinsi Riau, Batam dan Pulau Bintan di Kepulauan Riau, Palembang di Sumatera Selatan, Samarinda – Balikpapan di Kalimantan Timur, Banjarmasin di Kalimantan Selatan, Pontianak di Kalimantan Barat sampai ke Makassar di Sulawesi Selatan. Saya lihat marak sekali iklan luar ruangan yang menampilkan tokoh setempat.
Zaman memang sudah berubah … Era beralih …
Sekarang memang sudah umum … seseorang menampilkan citra dirinya di depan publik dengan cara menempatkan fotonya di iklan luar ruang. Sebuah pemandangan yang dulu … agak langka kita temui. Karena mungkin semua merasa “sungkan”.
Memang mungkin sudah masanya seperti ini … sebagai bagian dari proses pendewasaan iklim berpolitik di negeri ini. Dan ini sah-sah saja. wajar-wajar saja ..
Namun yang ingin saya sampaikan disini adalah …
Saya berharap … mudah-mudahan penempatan Iklan Luar Ruang tersebut bisa menambah estetika kota-kota tersebut …
Bukan malah sebaliknya … !!!
Bagaimana dengan situasi di kota anda ???
.
.
Hihihi kadang spanduk-spanduk gitu gak rapi dan desainnya buruk.
Jatuhnya malah sampah visual…
Setuju dengan Mr/Miss TIS
Di Bandung lagi di penuhi Baliho ****..***** ********, dengan motonya kudu bisa, sabisa..bisa..Lupa deh..!!
Terus sama Kang ****, hmm..di mana-mana..
well, di Tokyo tidak ada Baliho, dan tidak boleh.
Ukuran poster yang diperbolehkan hanya sebesar karton manila. Tentu dengan foto wajah dan program mereka.
Tapi…. kami bisa bertemu calon-calon itu di stasiun. Bisa berjabat tangan dan berdiskusi, menanyakan langsung programnya. Atau calon2 itu yang bergerak mendatangi warga, memperkenalkan diri naik mobil kampanye atau sepeda atau jalan kaki.
Wow….kalo di sini bisa seperti di jepang ya, ingin sekali bertanya pada sang kandidat tentang ini itu…
hehhee bener jaman berubah, Om.. beliau2 yang ngerasa punya kota berhak pasang wajahnya dimana-manaaaaaaaa. 😛
mending pasang wajah di blog ya bundo, lebih eiylekhan…. 😀
Perjalanan dari Bengkulu menuju Curup, saya biasanya akan melewati Kotamadya Bengkulu, Kab. Bengkulu Tengah, Kab. Kepahiang dan Kab. Rejang Lebong (Curup). Saat ini Kota Bengkulu tengah dalam masa penjaring bakal calon Walikota. Amboi.. semarak nian balihonya.. 😀
Sementara, Bengkulu Tengah dan Kepahiang, sudah beberapa bulan yang lalu menyelesaikan Pilkada-nya. Namun, baliho-baliho itu masih saja ada. Bukan dari peserta pilkada, tapi dari yang sudah terpilih. Mereka sepertinya tengah menjaga agar tetap diingat oleh masyarakat dan terus tercitrakan baik.. Promosi pariwisata daerah yang diiklankan malah terkalahkan dengan foto sang penguasa dengan ukuran super besar..
Bagaimana di Curup? Hmm… lebih kurang sama dengan Bengkulu Tengah dan Kepahiang.. Namun… jika masuk ke kampus, amboi.. foto-foto mahasiswa yang tengah bertarung dalam pemilihan organisasi kemahasiswaan pun tidak kalah semaraknya.. Ampuuuunnn deh… 😀
Semoga ke depannya, Pemerintah bisa lebih konsisten menerapkan aturan terhadap iklan luar ruang politik itu ya Om.. Sebab, masyarakat kita perlu disuguhi sesuatu yang lebih membuat nyaman, bukan yang merusak pandangan..
semarak kan mottonya Bengkulu jadi harus semarek betulan da.., he..he…
sebenarnya baik baik saja… hanya kadang kadang baliho itu kualitas designnya jelek dan terkesan asal asalan, sehingga gambarnya bukan jadi menghiasi kota jadi baik malah tampak kotor.
Pak Rom …
Pak Rom bisa membaca pikiran saya …
Betul pak … satu dua … kadang memakai foto kropingan dengan resolusi yang rendah … sehingga hasilnya kurang begitu baik.
Kalau menurutku, malah membuat tata kota semakin semrawut Om,hehehe
bisa juga di bilang bgtu,tpi tdk jga deh…
kyanya lbh menarik saja,:)
Menurutku foto2 wajah dari tokoh daerah setempat gak ada bagusnya untuk tempat tsb Om. Ngotorin kota. Bikin kota gak bagus utk di foto. Di Tangerang ****** jg sangat narsis 🙂
Wah Om… di Bangdung mah lebih- lebih. Di komplek aja ada Om. ga tau lagi itu siapa yang ada di foto X)
Ya.. kadang memang menggangu pemandangan juga sih. hmm…
kayaknya di daerah saya sama Om, ampe saya bertanya-tanya “iki sopo?” lah soale dikit-dikit ada poster gede di jalan. Hmm. apa perlu saya nyari jodoh pakai pajang poster kayak gitu aja ya hahaha
Di Surabaya-Jombang juga begitu.
Ada gambar pak bupati, kapolres ,dandim jejer.
Umumnya himbauan ttg tertib lalu lintas ,dll
Saya mau masang gambar diri sendiri dengan tulisan ” NgeBlog sing Enak tapi gak sak-Enake”, entar dikira ingin jadi Presiden. Gak jadi deh.
Nanti menjelang 2014 pasti akan lebih meriah lagi.
Salam hangat dari Surabaya
ya memang sedikit mengganggu kalo ambruk, tapi kalo da anak punk tuh buat selimut ntar malam tetep bermanfaat … hadeech !!!
satujuuuuu,,
toss inyiakkkk
aku juga sering nemuin itu di setiap perjalanan keluar kota…
iklan luar ruang itu kadang jadi bahan becandaan,, kalau lagi bosen sama perjalanan panjang,,
misalnya gini
kita lagi di satu daerah trus di daerah itu ada foto bupati gede,, trus temen aku nyeletuk gini ,,
temen : neng perhatiin dah itu foto ,, ono noh bupati yang kemarin heboh..
Aku : iyee cakep yakk,, lumayan punya bupati ganteng,,
temen : cakep neng,,tapi tahu gak kalau orang itu satu keturunanya jadi penguasa negeri,, bapaknay sing gubernur,, om nya pejabat DPRD, anak nya bupatii,, keren yakk
satu keturunan megang jabatan …
dan ini terjadi di banyak kota yang kita temuin,, setiap kita nemuin foto baliho pemimpin siapa gitu,,pasti kita jadi heboh ngebahas asal usul si pemimpin..
dan ternyata banyak banget,,, yang kaya gitu,, bapaknya gubernur, anak nya bupati,,dan om nya pejabat DPRD
di bekesong city,, juga banyak ,,
kemarin suaminya jadi walikota trus masuk penjara,,dan sekarang istrinay pengen jadi walikota,,, dan balihonya dimana-mana
#jadi curhat yakk
jadi elo milih dia ngga kalau nanti pilkada?…..hehehehe
betul om, sepertinya dimana2 sama, saling berlomba untuk banyak – banyakan bikin baliho dan spanduk, tp itu baru yg kelihatan, yg ga keliatan mungkin selain baliho dan spanduk mereka jg membuat leaflet dan stiker yg disebar ke rumah2..
Saya lebih suka nyawang baliho yang iklan produk Om, drpd gambar orang2 itu…
Bosen rasanya.
Kalaupun baliho gambar orang, ya orangnya jangan yg itu tapi ganti Trio Macan 😀
Atau … Farah Quinn ya Pak ??
hahahaha
efek samping persaingan bisnis dan politik.
mohon ijin titip info otomotif:
ht.tp://www.otoarea.com/motor-matic-injeksi-irit-harga-murah-yamaha-mio-j
di Jogja juga ada.. tapi mungkin sekarang udah gak terlalu.. pas mau pilkada, nah itu dia..
tapi bener juga yang dibilang Om NH, dulu image orang itu dibentuk dari apa yang udah dia lakukan. Nah kalo sekarang, sebelum berbuat sesuatu, udah ‘pasang’ duluan. Maksudnya biar familiar ama wajahnya.
seperti sebelum pemilihan Walikota bbrp waktu lalu, saya liat ada foto besar seorang ibu2.. katanya dia tokoh ini itu.. tapi siapa dia saya gak kenal.
era udah berubah…
oot.. om pernah ke pontianak? huwaaaa… kok kita gak kopdaran yak… hmm..
Saya harus ngaku dosa nih Niee …
Saya baru aja dari Pontianak … 31 Mei – 1 Juni kemarin
Sempat kepikiran mau menghubungi kamu lewat e mail … tetapi setelah saya pikir kembali …
acara saya meeting lumayan penuh dan dilanjut malamnya dinner di Pondok Kakap …
selesainya larut malam … kasihan si Irni kalau mesti malem-malem ketemu saya …
(padahal sebetulnya hotel tempat meeting saya lumayan strategis … di sebelah A Yani Mall yang besar itu lho …)
Hal dilema yang sama saya hadapi juga waktu saya ke Samarinda … acaranya padet dan selesai malam hari … sehingga saya urung menghubungi Kakaakin …
Sekali lagi maaf ya Nie …
Next Time kalau saya ke Pontianak lagi … dan jadwalnya memungkinkan saya akan hubungi kamu …
Salam saya Nie
bagi saya…iklan yang gambarnya orang2 bercitra hanya bikin eneg aja. Itu merupakan bentuk sebuah kesombongan yang ga perlu ditiru oleh generasi penerus bangsa. Ga usah pamer diri….yg penting berkarya agar bermanfaat bagi orang banyak ya ga om
ikut menyimak iyah om ,, 🙂
artikelnya sangat bagus sekali semoga bermanfaat