WAN-AN


.
Ini kata-kata dalam bahasa China, yang artinya “selamat malam”.
Ini sebuah judul film pendek yang kemarin saya tonton.  Anda pun pasti menebak … “ahaaa ini pasti si Om nontonnya di pesawat nih”

Bukan … Saya nonton film pendek tersebut bukan di pesawat, tetapi di sebuah kamar hotel di Makassar.  Di sebuah jaringan TV kabel dalam negeri.  Saya lupa menghitung berapa menit durasi film ini, rasa-rasanya sih tidak lebih dari 30 menit.  Sekalipun judulnya berbahasa China, namun ini film asli produksi Indonesia.  Produksi program S-1, Fakultas Film dan TV,  Institut Kesenian Jakarta.  Disutradarai oleh Yandy Laurens.

Pemainnya hanya tiga orang.  Henky Solaiman, Maria Oentoe dan F. Suryono.

Ini film yang sangat menarik.

Ceritanya sangat sederhana.  Dialognya pun relatif minimalis.  Betul-betul mengandalkan “bahasa gambar”.  Sentral cerita ada di pasangan suami istri … dua orang tua yang sudah berusia lanjut … diperankan oleh aktor Henky dan Maria Oentoe … Menceritakan bagaimana mereka melewati keseharian mereka.  Harmonis penuh cinta.

Suatu ketika entah mengapa … sang istri pura-pura mati … dia ingin tau reaksi sang suami jika ditinggal istrinya … suami sesenggukan histeris … istri cekikikan karena merasa berhasil mengerjai suaminya … suaminya ngambek.  Lucunya sang Suami balas melakukan hal yang serupa … istrinya pun nangis histeris.  Tau kalau dikerjai … giliran istrinya yang ngambek … suami yang cekikikan.  Dan cerita ini diakhiri dengan adegan tragis … keduanya mati.  Dan ya … akhirnya para penonton pun tertegun … menarik nafas panjang.  Cerita habis.  Sebuah akhir yang dramatis.  Text penutup pun ditayangkan.

.

Namun beberapa detik kemudian … justru Suami istri gaek tersebut cekikikan … mereka tidak mati … dan kali ini penontonlah yang dikerjain … hahahaha.  (Entah penonton ngambek atau tidak … saya sih … terus terang ngambek)(hahahaha)

Jalan ceritanya ya cuma begitu saja …
Namun seperti yang saya kemukakan diatas … letak kekuatan film ini ada di “bahasa gambar”.  Semua benda yang ada di film ini seakan menyimpan berjuta dialog.

Ceret air … televisi … radio yang rusak … cangkir teh … solder … ember … memeras kain … menjemur … tamu yang datang … kartu mahjong … pagar rumah … meja – kursi … tempat tidur … selimut dan lain sebagainya …

Semua bicara beribu makna …
Sekali lagi ini film yang bagus !!!

Dan ternyata banyak yang sepakat dengan saya.  Setelah saya browsing sana-sini.  Ternyata film “Wan-an” ini berhasil mendapatkan beberapa “recognition” … pengakuan dan juga penghargaan. 

Yaitu :

Official Selection on Sillhoutte Film Festival 2012, Paris – France.
Nominee of best short movie on Europe On Screen 2012.
The best of short movie on Festival Film Indonesia 2012.

Keren kan ?

Salam Saya,

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9

 

.

.

(dan satu lagi … ini setingannya hanya di sebuah rumah tinggal biasa … bukan di rumah mewah super duper lux yang lebih mirip show room furniture itu …)

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

52 tanggapan untuk “WAN-AN”

  1. Sepertinya film pendek seperti itu harus lebih banyak diproduksi dengan tema-tema yang Cultural Educatice (kata Pak Harmoko)
    Sinetron berseri yang panjang-panjang semakin terasa membosankan.
    Komedipun sekarang sudah ada saingannya berupa standing up Comedy,bukan.

    Salam hangat dari Surabaya

    1. Saya teringat kata kata pak de tempo hari …
      Jika tidak bisa ikut membangun …
      Yaa jangan merusak …

      Demikian juga tayangan televisi

      Salam saya pak de

  2. ya ampun ini sih judulnya saling ngerjain om, sp penontonnya aja di kerjain.. hehehe.. etapi kalo om Her ngambek, tv gak di banting kan? hihihi..

    Jalan ceritanya sederhana bgt keliatannya ya om.. walopun sy blm pernah nonton, tp sy setuju sm om Her kalo film yg sederhana seperti ini harus mempunyai kekuatan di “bahasa gambar”

    Mnrt sy gak cuma alat-alat pendukung spt radio rusak, ceret air, televisi, dll yang menjadi poin plus kekuatan “bahasa gambarnya”. Tapi saya juga membayangkan adegan sederhana yang ‘cuma’ mati, nangis, ngambek, cekikikan, mati lagi, nangis lagi, ngambek, cekikikan lagi itu juga harus kena aktingnya. Harus natural dan menyentuh penonton, itu akan jadi bahasa gambar yang kuat. Seperti adegan mati walo keliatannya cuma tinggal merem aja, bakalan keliatan lebay juga kl gak jago aktingnya. Begitu juga adegan sederhana lainnya.. Gak bakalan nyentuh ke penonton kl aktingnya gak natural.. Contohnya kyk yg suka di sinetron2 om, segala macem akting mimik mukanya berlebihan semua.. Gak bakal nyentuh hati saya kalo lebay kyk gitu.. hehehe..

  3. jadi ingat dulu di tvri suka ada fragmen, 30 menit.. aku suka dgn ibu maria oentoe.. suara dan aktingnya.. gak ada yang nyamain indahnya suara beliau itu 🙂

  4. wah aku memang suka gambar, biarkan imaginasi lebih bicara daripada keterangan lengkap. A picture can paint a thousand word kan?
    Mau cari ah… karena sudah menjelang sepuh, aku suka sastra/seni mengenai manula nih hehehe

  5. Jadi ingat pernah nonton drama pendek (di panggung teater) Om, judulnya “Mengapa Kau Culik Anak Kami”, karya Seno Gumira Ajidarma. pemerannya cuma 2 orang, settingnya di beranda rumah, suami istri itu cuma mengobrol saja sepanjang drama, membicarakan tentang anak mereka. Buat saya menarik, etapi teman saya malah tidur selama pertunjukan hahahaha

  6. halllo inyiakk apa kabar,,
    udah lama gak main kemari,,
    *pasang muka polos*

    iya Wan An ini pemenang film di FFI, tugas akhir kuliah anak anak IKJ
    sayang ya gak di puter di SCTV

    penasaran sama filmnya,,

  7. Hahahaha…..saya ngakak pas tau ternyata penontonnya dikerjain. Hahaha…kebayang deh. Sayang saya belum nonton. Dan kalau nanti nonton jadi udah siap2 bakal dikerjain deh. Hihihihi….

    Wan an…
    Selamat malam Om

    1. Karena background cerita dari film ini adalah keseharian sepasang opa dan oma keturunan Tionghoa …
      Lengkap dengan pernak-pernik detil yang pas bener

      salam saya

  8. Ini sebagai bukti bahwa daya tarik itu tak melulu dari balutan aksesoris, tapi semacam kekuatan dari dalam Om.
    Seperti pesona gadis lugu yang make up nya apa adanya tapi justru enak dipandang mata.
    Mungkin Om NH juga pernah lihat rumah tak begitu mewah, tapi lebih “ngresepke ati” dibanding seperti yang Om NH katakan lebih mirip show room furniture itu.
    (Mungkin kita bisa mengambil hikmahnya, dalam membuat tulisanpun nggak harus berbelit2 panjang lebar. Meski singkat tapi kalau nasib lagi mujur, bukan hal mustahil untuk menarik yang baca)

    1. Betul Pak Mars

      Dan … saya rasa ini juga berlaku untuk tulisan juga …
      tulisan yang “dibagus-bagus”kan … rasanya kok bagemanaaaa gituh …

      tapi ini selera masing-masing sih …

      salam saya pak Mars

  9. Ibu Maria Oentoe itu yang dulu dubber terkenal itu bukan Om… ?
    Suka dengerin sandiwara radio tempo doeloe, suaranya merdu..( sebelum masa Ivone Rose )

    Memang kadang yang simpel itu justru lebih menarik ya Om.

  10. wah belum pernah nonton Om.
    tapi saya bisa ngebayangin deh perasaan penonton, yang ‘ketipu’ dengan akhir ceritanya… menarik banget tuh…

    tadi pas pertama kali judul postingan ini “wan-an” kirain bahasa Jawa “wanan” alias ubanan… rambut beruban gitu Om.. hehe

any comments sodara-sodara ?