–
Pagi itu, Ibu Azizah terpaksa membawa Hafiz anak lelaki semata wayangnya pergi bekerja.
Ibu Azizah mengajar di salah satu lembaga pendidikan anak usia dini.
Anak lelaki berumur 3,5 tahun itu terpaksa dia bawa
Karena tetangga sebelah rumah, tempat dia biasa menitipkan anak itu … sedang pulang kampung
Tentu saja Hafiz senang diajak ibunya ke sekolah itu …
Sudah terbayang dibenaknya …
Ahhhhaaaa … akan ada banyak mainan
Akan ada banyak kertas untuk menggambar
Akan ada banyak balok-balok lego untuk disusun-susun
Ah Hafiz tentu merasa senang sekali hari itu …
Namun Apa daya …
Sesampainya di sekolah …
Hafiz tidak boleh menyentuh satu pun crayon dan pinsil warna yang ada disana
Hafiz tidak boleh memainkan semua mainan yang ada disana
Tidak lego … pun lilin play doh …
Hafiz hanya boleh memainkan Bola Tenis
Ya … sebuah bola tenis berwarna hijau muda yang sudah lusuh
Satu-satunya mainan yang dia bawa dari rumah hari itu
Ibu Azizah berkata lembut pada Hafiz :
”Nak … ibu minta maaf ya … kamu tidak boleh memainkan mainan-mainan itu … kamu tidak boleh memakai crayon dan pinsil warna itu … itu semua bukan milik kita nak … kita tidak berhak menggunakannya …”
”Kamu main sama bola tennis ini saja ya …”
”Tunggu sampai ibu selesai mengajar yah … nanti Ibu akan bermain dengan kamu di rumah … sepuas hatimu nak …”
Hafiz pun menurut … dia hanya sibuk sendiri di pojok kelas …
Dengan mainan bola tennis berwarna hijau yang sudah lusuh itu …
Satu-satunya mainan yang berhak dia mainkan hari itu …
Sesekali Hafiz bergumam mengikuti nyanyian-nyanyian anak-anak …
Nyanyian-nyanyian yang sedang diajarkan oleh ibunya
kepada para murid-murid sekelas …
Hafiz pun berbisik perlahan pada ibunya … ”Kalau Hafiz ikutan nyanyi, … masih boleh kan Bu ?
(dan ibunya pun tak kuasa menahan tangis …)
“Ah anakku … !!!”
.
.
Assalamu ‘alaikum mas.
Salam kenal yah, saya abis mampir ke Blog mas, dan blog mas sangat bagus dan bermanfaat.
Dan betapa senangnya saya, apabila mas mau mampir juga ke blog saya, sekalian saling menjalin silaturahmi sesama Blogger.
Alamat Blog saya: http://bendeddy.wordpress.com
Salam kenal,
Dedhy Kasamuddin
ini fiksi atau nyata om ? tersentuh juga nih….. nadanya mirip drama-drama da ai TV… kisah nyata, manusiawi, menyentuh sangat….. jempol terus deh buat om NH
hm…bagusssssssssss…..mampir sini pas lagi PMS….*srooottttt*
Menyentuh…Hafiz beruntung punya ibu seperrti itu yang tak mau menggunakan barang yang bukan haknya.
saya jadi terharu baca ceritanya…
jujur, saya hampir tak kuasa menahan tangis
cerita yang mengharukan……. (-_-)
Hampir sama dengan apa yang aku alami semasa kecil 😥
ceritanya sangat menyentuh om, buat aku jadi melow neh. hiks..hiks..hiks
Kisah yang banyak menyentuh saya, nih, Om. Inilah yang dibenak kita. Memfasilitasi anak orang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik, apakah anak kita akan seberuntung itu untuk dapat menikmatinya juga…
duh… sedih banget jadinya.. klo ada kejadian nyata kayak gitu, dan saya jadi ibunya hafidz, mending saya bolos kerja.. kena SP, kena SP deh.. !
” itu semua bukan milik kita nak … kita tidak berhak menggunakannya …”
kata2 ini akan saya ingat dan saya ajarkan kepada anak2 saya kelak om 🙂
huuu… terharu bercampur sedih… ya ini kaya nasib bangsa kita… punya minyak punya emas tapi diangkut ke negara lain…
waduh Om nih …
bisa aja nyentil-nyentil hati saya..
apakabar Om
Sering sekali kita berbagi ilmu, pengalaman dan kebahagiaan kepada orang lain, tetapi sering sekali kita lupa memberikan sesuatu yang sama kepada orang disekitar kita, terutama anak-anak kita.
dan akhirnya mereka cuma memandang kita dan menikmati semua itu dari kejauhan….
saya rasa itu tidak pantas, tetapi itu jauh lebih baik, dari pada mereka hanya duduk diam di dalam ruang terkurung tanpa mendapat sedikitpun
setiap tulisan pak trainer sudah terukir catatan-catatan kecil di buku khusus saya, dan catatan saya malam ini, isinya begini….
“sudahkah saya berarti untuk diri dan keluarga saya, atau saya hanya tampak berarti di depan orang, sedangkan diri dan keluarga saya terbengkalai dalam ketidakpastian…”
terima kasih atas pencerahannya pak trainer
sangat sangat menyentuh, apa daya keinginan anak-anak harus tetap ditahan
Sangat menyentuh sekali, Pak. Terasakan bagaimana perasaan Hafiz saat itu
Hafiz pintar ya om, menyampaikan pertanyaan itu.. luar biasa.
Hafiz ngga bisa belajar menyusun balok-balok lego itu, tapi Hafiz dapat pelajaran yang lebih mahal. Bahwa kita jangan menyentuh sesuatu yang bukan hak kita. Hafiz akan menjadi pemimpin yang kokoh. Karena sedari kecil sudah belajar bagaimana cara memimpin diri sendiri.
Hafiz nama belakang Vyan kan, bun? (maksadotcom).. 🙂
*ikut nangis*
Titip pesan buat Hafiz Mas, saya selalu berdoa untuknya agar kelak jadi jago tenis seperti Andree Agassi…
Semoga Hafiz Gelap Terbitlah Terang…
Benar2 tersentuh…T_T
“Hafiz bernyanyilah sambil memegang bola tenis itu.. engkau sungguh berbudi”
Pelajaran berharga untukku T_T…
..
Hafiz ini pasti tokok fiksi, karena phikiran anak kecil gak mungkin seperti itu..
Gak normal..
..
Tapi karena fiksi, suka-suka Om aja lah..
🙂
..
mau fiksi mau nyata…it’s cool om, mak dezig banget, anak kecil udah belajar kontrol diri d^_^
Om… kasusnya memang sedikit berbeda, tapi inti postingan ini sama seperti yang pernah saya tulis di sini: http://hardivizon.com/2010/03/01/fatih-dan-balok/
Meski ini fiksi, tapi saya tahu bahwa ada banyak anak yang mengalami peristiwa ini. Cara orangtua menanamkan pemahaman adalah masalah utama. Jika pelarangan dari ortu tanpa alasan dan bahasa yang tepat, hanya akan menghasilkan penolakan dan pemberontakan dari si anak.
Menggugah sekali Om..
Ibu yang baik dan anak yang pintar 🙂
Kebanyakan orang nggak peduli dengan status kepemilikan suatu barang, asal pakeee aja…
OOT:
akhirnya Om menulis fiksi juga … ditunggu cerita-cerita selanjutnya Om, singkat namun menyentil
kok saya jadi sedih… walau fiksi, intinya mewakili sekian banyak yang mengalaminya juga om T….
Mata sy memanas mbaca ini *terharu.. Tringat dgn dilema prmslahan klasik seorang working mom..
ibu dan anak sama hebatnya,
hafiz pasti akan jadi anak yg istimewa, krn dapat ilmu istimewa dr ibu tersayang,
jangan pernah menyentuh sesuatu yg bukan milik sendiri
baca tulisan ini, jadi terharu sekaligus kagum 🙂
salam
hafiz dan ibunya.. saya salut sama mereka berdua!
Jangan sedih Hafiz.. nanti di rumah ibu akan bermain denganmu sepuas hati..
X untuk peluk dan O untuk cium dari ibu.. dan Hafizpun menulis XOXOXOXOXOXOOOOO
Selamat bermain Hafiz… 😀
Ini yang sering sekali saya pikirkan om.
Ketika anak saya bisa sekolah di sebuah sekolah yang bagus lingkungannya, dimana para guru mendidiknya dengan luar biasa…namun karena ada kendala, entah biaya, tempat yang jauh, kadang justru anak para guru tidak bisa mendapatkan hal seperti yg anak saya dapatkan dari ibunya sendiri, seorang guru yg sangat hebat dan luarbiasa…
Apakah saya dikategorikan merampas hak mereka???? Sedih hati saya om…
Pasti bukan mereka sengaja menelantarkan anak mereka sendiri, semoga Allah memberikan kemudahan kepada mereka yang telah berjuang menciptakan generasi penerus bangsa ini…semoga mereka diberikan kemudahan pula dalam mendidik anak-anaknya sendiri.
Semoga keikhlasan hati mereka dibalas oleh Allah.
potret pendidikan negeri kita yah, om?
miris membacanya..
makasih om sudah menulis biografiku.. [si Piyan ngigo].. 😀
ngigo pake bilang bilang .. wekekeekekeke
Fiksi?
F I K S I???
Hmmmm.. Welcome to the club, Ayah! 🙂
*speechless* 😥
miris ya Om.. justru orang2 kecil lah yg lebih bisa menghargai apa yg memang mmenjadi hak mereka..
Bagus, keren *plokplok*
Hayo, Pak NH dilanjut, trus kirim ke koran.
Apa kabar, terima kasih masih tetap ingat saya, dan berkunjung ke blog yang nyaris terlupakan itu :d
Ah, terasa sekali keteguhan ibu yang jujur. Anak yang penurut. Aku ingin jadi Hafiz itu…
so sweet !
btw….mau download lagu-lagu keren.??
masuk deh ke :
http://thomasandrianto.wordpress.com/2010/05/11/my-favorite-songs/
salam
begitu menyentuh baca posting ini..!
Entah fiksi atau apa… Ini “ilmu awal” yang harus ditanamkan…
Terima kasih Om NH!
Wah…Om nulis fiksi juga…
kisah di atas lebih dr seribu hikmah yg bisa digali
ooo… si om nulis fiksi?
*masih mikir nih* is that true… kalo si om nulis fiksi?
tapi bagus tuh.. singkat tapi dalem.. dalem banget Om…
Saya bertanya-tanya pada diri sendiri : jika kisah ini dibaca oleh para koruptor, masih bisakah mereka merasa terharu?
hiks,,,,pendek banget tapi nonjok….sedih 😦