SATPAM DAN TUKANG GADO-GADO


Saya ini suka sekali makan gado-gado.  Saya punya langganan tukang gado-gado yang gerobaknya sering mangkal di dekat pos tiga satpam perumahan kami.  Si abang itu hanya bermodal gerobak, dia memang sengaja tidak membuat tenda di sana.

Suatu hari saya membeli gado-gado di sana.  Ketika melihat wajah saya, si abang tukang gado-gado pasti sudah tau apa yang harus diraciknya.  Seporsi gado-gado, pake lontong, cabe rawitnya satu, parenya sedikit, timunnya sedikit, tahunya banyak, dibungkus.  Si abang segera beraksi, saya pun menunggu dengan sabar dan khusyu.

Beberapa saat si tukang gado-gado mengulek bumbu dan meracik bahan, tiba-tiba datanglah seorang satpam.  Dia berkata. (dengan lagu yang “a bit bossy” khas satpam)

“Bang bikin satu ya, entar kirim ke pos satu yak !” sambil memberikan selembar uang lima ribu rupiah.  Lalu dia kembali bergegas mengendarai motornya ke pos satu, tempat dia berjaga, kira-kira 300 meter dari tempat jualan gado-gado ini. (FYI : di perumahan kami ini memang ada beberapa pos satpam, tersebar di beberapa penjuru pintu masuk ke kompleks)

Hmmm … dahi saya berkerut. Mengapa berkerut ? Sebab harga gado-gado itu satu porsi biasanya adalah Rp. 9000.  Lha ini kok dia cuma ngasih duit Rp. 5000 doang.  Waaahhh si abang “dipalakin” nih sama doktorandus satpam.  Urat kepo saya langsung tersentil.  Saya pun bertanya :

“Bang … emang satpam-satpam disini suka malakin pedagang ya. Kok mereka bayar cuma 5000 doang, harga gado-gadonya kan 9000. Abang rugi dong ?” (pertanyaan yang kelihatan sangat reformis bin kritis macam reporter TV sotoy anak kemarin sore itu …)

Lalu apa jawaban si Abang ?
“Yaaa nggak papa lah Pak … itung-itung ini sebagai ongkos sewa tempat saya mangkal disini.  Ini Alhamdulillah saya masih dapet 5000.  Coba kalau saya disuruh bayar sewa lapak, seperti di tempat-tempat atau perumahan lain, waahh bisa tekor saya ?”

Ya abang tersebut memang gerobak gado-gadonya hampir setiap hari mangkal di dekat pos tiga satpam itu, tempatnya seperti “plaza” sehingga relatif enak untuk orang nongkrong makan disana.  Teduh, relatif dekat dan strategis bagi penghuni kompleks perumahan yang ingin membawa pulang.  Tempat parkirnya pun relatif luas.

Di perumahan kami ini penjagaannya lumayan ketat.  Tidak sembarang pedagang boleh masuk.  Pedagang harus punya rompi dan izin khusus untuk bisa “ngider” di kompleks perumahan ini.  Tukang sayur, tukang sate, tukang roti dan beberapa tukang-tukang jualan lain harus menyerahkan fotocopy ktp dan tanda pengenal lain sebelum mereka beroperasi.  Rupanya si abang tukang gado-gado ini memilih untuk stay di satu tempat saja.  Mungkin ini lebih menguntungkan dibanding “ngider” di dalam perumahan.   Itu sebabnya dia memarkir gerobaknya di plaza kecil dekat pos tiga satpam.  Sedikit di luar area perumahan.  Dengan demikian dia tidak perlu pake rompi khusus dan fotocopy ktp, karena dia tidak masuk areal perumahan.

Tapi ya itu tadi … dia memasang harga 5000 khusus untuk para satpam di perumahan kami.  Hitung-hitung sebagai biaya … “Sewa Tempat”.

Lama saya berfikir …

Adilkah ini ? Apakah para Satpam tersebut telah berlaku semena-mena pada pedagang gado-gado ? Apakah abang rugi ? Dan apakah-apakah lainnya …

Namun yang jelas si abang tukang gado-gado menyatakan bahwa dirinya ikhlas-ikhlas saja (hestek akurapopo). Bahkan dia berkata, dia sendirilah yang menetapkan harga 5000 rupiah.  Harga spesial untuk para Satpam, sebagai ganti “semacam sewa tempat”

They are dealing with their own way !

Saya hanya berharap, ini adalah perjanjian yang ikhlas dan saling menguntungkan kedua belah pihak.  Dan sebagai warga disini saya juga berharap mereka bisa senantiasa menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban.  Mencari rezeki dengan cara yang halal dan baik.

Bagaimana dengan di lingkungan tempat anda ?
Adakah hal “semacam” ini ?

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

32 tanggapan untuk “SATPAM DAN TUKANG GADO-GADO”

  1. Dulu, saya punya langganan tukang gado2 yang selalu berkeliling komplek. Sampe suatu hari, dia mulai mangkal di depan komplek (sampe sekarang). Setelah saya tanya, katanya dengan mangkal justru bikin keuntungannya lebih besar daripada waktu masih berkeliling.

    Saya gak tau apakah kemudian pedagang yang mangkal di komplek saya juga ada biaya sewa tempat. Atau apakah tukang gado2 di tempat Om NH juga lebih menguntungkan ketika mangkal. Tapi, memang semoga aja biaya sewa yang harus dikeluarkan itu ikhlas 🙂

  2. Wah, wah,…. om NH memang pengamat sosial yang sangat yahuuuuddd… Keren. Mungkin di kompleks saya juga ada yang kayak begini, tapi karena saya kurang peka (*atau ogah tahu??) ya jadi sampe skrg saya kurang paham 😦

  3. menurut saya, sebetulnya agak tidak adil, Om. mungkin enaknya kalau ada semacam perjanjian yang jelas di antara mereka. tapi ya, mungkin ada sisi adilnya, seperti kata penjual gado-gado itu. cuma yaaa… kok gitu sih ya? masak cuma bayar 5000 si satpam itu?

  4. Pernah saya liat juga Om, ada tukang baso ngasi semangkok baso secara cuma-cuma pada satpam di suatu kompleks. Dan sepertinya hampir tiap hari, katanya sih ‘jatah’ satpam. Saya kurang paham apa utk semua satpam disana dapat ‘jatah’ atau cuma satpam tertentu, ataukah bergiliran setiap hari semangkok baso utk satpam yang bertugas. Kasian juga sih tukang baso-nya. Tapi katanya daripada ga boleh ngider. Mudah2an rezeki tukang baso itu dilancarkan ya ….

  5. Moga-moga si abangnya ikhlas ya Om. Bahaya kalo enggak bisa enggak barokah. Kalau di Bondowoso sini sih, emang harga gado-gado ya segituan Om. Atau kurang lebih dikit lah… ha..ha…maklum ndeso 😀

  6. Kalo di cluster saya sih ga ada Om.. Malah satpam nya yg suka nawar2in makanan yg lwt. Para satpam itu blg klo mrk kasian sm yg jualan. Ga tau bnr apa ga sih Om hehehehe

  7. selama ke dua belah pihak sudah sepakat dan ikhlas untuk harga seporsi gado gado 5ribuan…saya rasa itu tidak menjadi beban hati kedua belah pihak,……dan hal ini juga sering saya temui di kota saya di makassar, ada kesepakatan tidak tertulis…..yang penting kedua belah pihak sama2 senang bin happy……, keep happy blogging always..salam dari Makassar 🙂

  8. Menurut saya sih cukup fair, Om. Walau sebetulnya satpam tak berhak mendapat manfaat dari tempat tersebut, tapi kita kanmakhluk sosial yang kalau bisa akan saling menguntungkan. Si tukang gado2 gak diresekin saat dagang, dan satpam dapat diskon. Lagi pula mereka kan juga gak bakal beli tiap hari, kan bosan juga makan gado2 mulu 🙂

  9. berhubung msh tinggal d rusun jd blm pnah nemu abang gerobak masuk k dlm. tp pernah lihat sih yg mangkal di dket pos satpam. ya mgkn emang ada ya perjanjian ga tertulis bgitu. smg sm2 menguntungkan aja yaa…

  10. Sewa tempat di-convert dengan harga khusus ya. Not bad sih Om, kalau preman-preman biasanya malah minta gado-gadonya gratis….
    Tapi gado-gado 5000 mungkin dikurangi sedikiiiiiitttt bahan gado-gadonya kali yaaa…. hehehee…. tetap ya saya pun gak mau rugi…

  11. Kalau di Kweni jelas tidak ada “aturan” semacam itu,Om.. Lha wong di kampung, gak ada satpam, semua bebas hilir mudik.. 🙂

    Sepertinya satpam dan tukang gado-gado itu tengah menerapkan konsep take and give ya Om..
    Tapi, kalau ditarik ke ranah yang lebih besar, “aturan” main seperti ini bisa berdampak serius. Pejabat negara dengan pengusaha besar, misalnya..

    Btw, kok minta dibanyakin tahu, Om…? *ditaboksatpamkomplek* 😀

  12. Pemahaman cara berbagi rezeki yang unik antara penjual gado-gado dan satpam, selama masing-masing iklas jadi rapapa.
    Tertarik dengan pengenalan penjual gado-gado pada kesukaan pembelinya secara personal, kiat memikat pelanggan secara elegan.[pesan satu bungkus idem pesanan Om NH ya Bang, terima kasih]
    Salam

  13. Segala sesuatu yang mengharuskan kita membayar untuk mendapatkan hak, itu termasuk dalam kondisi darurat. Tukang gado-gado membayar (atau memberikan diskon) kepada pak satpam agar diperbolehkan mangkal.

    Dilihat dulu konteksnya, apakah ada aturan yang mensyaratkan dilarang berjualan di area perumahan dan di depan pagar perumahan. Kalau ada, berarti penjual gado-gado itu sedang menyuap pak satpam. Tapi di tempat om trainer ada semacam rompi gitu ya untuk muter ngider di dalam komplek, sedangkan tukang gado2 itu berada di luar komplek. Berarti pak satpam sedang memalak, 5rb, 9rb tetep saja memalak. dan penjual gado-gado sedang dalam keadaan darurat karena harusnya secara peraturan sudah benar. Dealing with their own way, Kalau tidak begitu bakalan terusir … nah loo, kan gak ada aturannya. Artinya ada rasa tidak ikhlas dari penjual gado-gado itu.

    Berharap saja penjual gado-gado ini ikhlas, soalnya kalau tidak, kasihan pak satpamnya. Makan dari pembelian yang tidak disetujui oleh hati penjual.

  14. maksud hati ingin ikutan komentar om enha, namun rupanya wordpress lagi musuhan sama saya. mudah2an kali ini ga masalah lagi.
    BIaya sewa tempat adalah salah satu yang membuat orang2 berpikir utk menyewa lapak karena bisa jadi menjadi faktor terberat disamping SDM. Kalau lokasi yang bagus, bayar mahal sekalipun ga jadi masalah. Nah tukang gado2 sama sekali tidak gundah saat satpam bayar 5000 karena hitungan dia kalau si satpam tidak membayarpun dia pikir sudah ok koq…so…menurut saya mah simbiosis mutualisme kali yah

any comments sodara-sodara ?