FOTOGRAFER


.

Fotografer …
Adalah orang yang suka memotret.  Entah untuk kesenangan pribadi maupun sebagai mata pencaharian.

Saya ingin menyoroti yang kedua.  Fotografer sebagai mata pencaharian.

Jika saya amati … ada banyak tipe Fotografer untuk mata pencaharian ini … Tentu saja yang utama adalah mereka yang mencari berita, … berita bergambar.  Istilah awamnya adalah wartawan foto.  Ada yang sekaligus bertindak sebagai reporter ada pula yang mendampingi temannya yang lain … seorang wartawan berita. 

Tipe yang lain adalah … Fotografer untuk seni … Ada yang mempunyai foto studio.  Ada pula yang free lance hunting mengabadikan gambar-gambar indah … entah itu object wisata, pemandangan atau tempat-tempat indah lainnya.  Mengumpulkan stock foto-foto untuk dijual.  Untuk berbagai keperluan.  Ada juga yang mengkhususkan diri untuk memotret Model … memotret produk …  atau memotret makanan.  Yang terakhir ini biasanya bekerja disuatu Biro Iklan atau Production House …

Ada pula fotografer yang mengkhususkan diri memotret acara Perkawinan … Pre Wed … dan acara-acara lainnya.  Yang ini biasanya bekerja sama dengan Wedding Organizer …

Dan yang terakhir … dan inilah fokus pembahasan saya ..
Ada satu lagi jenis Fotografer untuk mata pencaharian.  Yang saya maksud adalah … FOTOGRAFER DADAKAN …

Fotografer Dadakan ?  Apa itu ?
Begini …
Pernahkah anda melihat atau mengalami … entah disuatu acara … bisa seminar … bisa perhelatan besar … pertemuan besar … reuni akbar dan juga acara-acara ramai lainnya … yang banyak mendatangkan orang  …

Tiba-tiba saja mendadak anda difoto oleh seseorang (atau bahkan beberapa orang) … secara sporadis … dua tiga empat kali … bahkan lebih …  blits berkilatan … Macam paparazi sedang mengincar Bintang Filem … Kita diperlakukan layaknya Selebritis … difoto ceprat-cepret …  Mulai dari turun dari mobil … sampai masuk gedung pertemuan …

Awalnya duluuuu … saya sempat GR … Siapa gua … kok orang-orang ini pada motretin gua … (sambil membenarkan tatanan rambut … ganjen).

Eeeehhhh nggak taunya …
Pada akhir acara … ada yang ngasong … “Pak … Ini foto-fotonya pak … Rp …. saja perlembar …” (menyebutkan suatu jumlah yang fantastis …).   Walaaahhh jebul ndadak mbayar to iki ???

Bukan saja di asong … Ada juga yang dijentreng di atas tanah beralaskan plastik … semacam lapak – lapak kaki lima di terminal bis antar kota … banyak sekali foto bertebaran dipajang disana …

Memang sih foto-foto kita itu … sudah ditambah dengan ornamen-ornamen … seperti hiasan gambar bingkai … lengkap dengan tulisan … “Acara Ina … inu … itu … tanggal sekian-sekian” dst … Tetapi saya perkirakan ongkos cetak dan tambah ornamen ini … tetap saja tidak semahal harga tinggi yang mereka tawarkan …

Oh My God …
Mahal banget harganya weiceh … udah gitu foto saya banyak lagi … dengan berbagai macam pose … dengan berbagai macam gaya candid …  Berapa uang yang saya harus keluarkan untuk membayar ini semua ???
Dan ini baru dari satu orang … belum dari Mas-mas Fotografer  lainnya … yang setengah memaksa untuk juga di beli hasil karya bidikannya itu …

Sementara kalau tidak saya beli … ???.   Nanti foto saya kelekaran dimana-mana … di buang di tempat sampah … dipatok ayam … di edel-edel kucing …. Arrrrggghhhh tak sanggup saya membayangkan … 

Dan akhirnya … dengan bersungut-sungut … saya beli semua foto-foto yang ada sayanya itu.

Yang saya juga kagumi adalah … mereka kok bisa hafal sekali muka model-model sasaran bidikan mereka … Kok bisa-bisanya mereka berhasil menemukan kita dan dengan cepat mencocokkannya dengan segepok foto yang mereka bawa … Padahal pengunjung acara itu kan banyak … Heran …

Tapi itu pengalaman duluuuuuuu … waktu saya belum tau … How to deal with this instant photographers …!!!

.

Kalau Sekarang Bagaimana ????
Pertama :
Saya cuekin saja … Seraya sesekali saya lihat … kalau ada yang bagus baru saya tunjukkan atensi saya …
Tetep cool … jangan terpengaruh … dan jangan perlihatkan kalau kita butuh banget foto itu …

Kedua :
Saya minta mereka menunggu … tunggu sampai acara hampir selesai semuanya …
Biasanya kalau sudah semakin siang … para tamu sudah pulang sebagian … acara sudah mulai sepi … Harganya akan turun dengan sendirinya …  Mungkin mereka berpendapat … aaahhh gua udah untung dari pengunjung lainnya … untuk Bapak satu ini …biarin deh … sekedar mengganti ongkos cetak saja …

Ketiga :
Saya pakai sistim beli paket.  Tidak beli satuan  … “Ini … lima lembar … Rp sekian ya …” 
Sampaikan harga yang reasonable …  Kalau Dia mau … deal kita ambil … Kalau dia nggak mau … ya sudah tinggalkan saja …

Memang …
Jika dipikir lagi … Jasa mereka ini sangat kita butuhkan … terutama bagi mereka yang tidak membawa kamera … atau kalaupun membawa kamera … mereka tidak sempat memfoto diri mereka sendiri …  Dan jika saya perhatikan … hasil cetakan mereka juga banyak yang bagus-bagus kok …

Namun demikian …
Permasalahannya memang biasanya ada di penetapan harga … yang kadang suka semaunya sendiri …

So …
Upaya terakhirnya adalah … TAWAR … alias NEGOSIASI …
Ini untuk mencapai … Win-win solution …
Kita senang … punya dokumentasi yang bagus … mereka juga senang karena dagangannya laku …

Dan … kalau anda sudah punya Kamera sendiri … dan tidak mau repot-repot untuk menebus foto nantinya … Pada awal anda datang ke acara tersebut … sampaikan di depan … dengan bahasa sopan kepada mereka … Tutup muka anda … palingkan muka anda … seraya berkata … “Mohon maaf ya mas … saya tidak mau difoto … “  Seraya segera menghindar dari mereka … agar mereka tidak menghabiskan exposure secara percuma …


Lalu bagaimana halnya dengan foto seabrek kita yang mungkin sudah sempat tercetak …??? tetapi tidak kita beli ???
Percayalah pada integritas mereka … mereka hanya mencari makan …
Kalau ada foto yang bersisa … tidak dibeli oleh calon modelnya … mereka pasti akan memusnahkannya

Dari mana Trainer kok bisa ngomong seperti itu ???
Saya sempat berbincang-bincang dengan beberapa dari mereka …  Menurut pengakuan mereka … Mereka akan memusnahkan foto-foto sisa itu … Entah di rajang di paper schreder … atau dibakar …
Karena foto itu sudah tidak ada gunanya bagi mereka … buat apa mereka simpan …

Dan mereka selalu menghitung secara keseluruhan perolehan aksi mereka itu … Yang penting cukup untuk ongkos lelah … ongkos cetak .. dan ongkos wira-wiri ke studio foto … plus kelebihan keuntungannya …
(dan untuk keuntungannya ini … mereka mengaku … bervariasi … ada yang untung cukup lumayan … ada pula yang mengaku untung tipis …)

Bagaimanapun juga … Ini pekerjaan yang Halal …
Mencari uang dengan menawarkan jasa menjadi Fotografer Dadakan
(asalkan mereka tidak mengintimidasi atau memaksa).

.

Bagaimana menurut pendapat anda ??
Pernah punya pengalaman serupa dengan saya ?
Bagaimana anda melihat keberadaan Fotografer dadakan ini ??
Boleh Sharing ya cyin … !!!

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

40 tanggapan untuk “FOTOGRAFER”

  1. wah, aku selalu mengalami ini Mas, ketika acara reunian atau gathering,
    pasti fotografer dadakan ini banyak banget muncul dan sibuk banget moto2in kita.
    dulu, aku juga berfikir gitu. wah kalau gak ditebus semua, terus gimana foto2ku, seperti Mas Enha bilang, bisa2 diedel2 kucing ditempat sampah, kacciiiaaan….khan ??? 😦

    kalau sekarang sih, cuek aja, kalau pingin ya ditebus, kalau gak, ya udah tinggalin aja, beres 🙂
    salam

  2. Biasanya ini ada pada saat acara wisuda,,
    Dulu waktu belum tahu,, biasanya langsung beli,,
    Tapi skrang,, sama kaya inyiak,,
    Belinya kalau udah sepi aja,,soalnya bisa lebih murah
    Kdang kasihan juga sama para fotografer ini
    Sejak era digital dimana-mana
    Kamera yg semakin murah,,
    Dagangan mereka semakin sepi

  3. Hahaha, dalam seminar ato acara yang besar biasanya ada beginian. 😆

    Cara negosiasi per paket kayaknya paling bagus, Om. 🙂 “Dua puluh ribu tiga lembar deh!” 😀

  4. pengalaman pertama waktu perpisahan SMA kaget juga pas mau pulang ada yang cegat sambil nyodorin foto kita, yang ada malah jadi bengong apaan nichbkoq bisa ada foto kita, eh si abangnya bukan jawab malah setengah maksa buat kita beli, akhirnya dari pada ribut yach udah dibeli juga, yach itung-itung amal bantuin si abang yang cari uang buat makan…. :)…(dari pada dia jadi koruptor mending jualan foto halal….hehehe)…

  5. Untunglah aku jarang difoto oleh fotografer amatir eh dadakan itu. Kalaupun ada, biasanya aku cuek beibeh. Biarlah mau diedel-edel kucing juga masa bodo (asal jangan buat guna-guna hahaha)
    Dan jangan sangka di Jepang sini ngga ada yang gituan, meskipun jarang. Yang pasti ada itu di wahana Disneyland yang Splash Mountain, tampang-tampang ngeri pas perahu itu terjun bebas diambil otomatis oleh kamera yang terpasang di tempat strategis. Sudah pasti tidak ada yang bisa ambil foto di situ. Jadi biasanya begitu turun dan lihat foto kita di situ ya beli lah meskipun mahal.

    EM

  6. wah waktu jadi panitia perpisahan kelas tiga pas SMA seorang teman yang juga seorang panitia masuk sekolah dan difoto candid gitu, eh pas udah jadi hasilnya ya ampunn memalukan sekali, gemparlah sesekolah hhahha untungnya cuma satu jadi dia terpaksa beli deh.
    saya kok gg pernah kefoto gitu ya *sedih, eh ?*

  7. Iya kalo bisa ditawar kudu ditawar. 🙂

    Pas dulu wisuda tuh banyak yg begitu. Tp wkt itu sih kita gak beli karena udah foto sendiri.

    Pas disini, pernah pas ortu saya dateng, kita makan di restoran eh ada fotografer kelilingnya (aneh emang). Kirain gratis ternyata suruh bayar, mahal pula. Ama papa saya ditawar akhirnya, dikasih juga. Haha.

    Kalo foto2 hasil fotografer di theme park, liat2 hasilnya. Kalo emang bagus bgt dan di kamera kita lg gak ada yg sebagus itu, ya terpaksa beli walaupun mahal. Dan yg ini gak bs ditawar. 😦

    Tp kadang ada theme park yg baik hati dan tidak sombong, pas kita ngeliat hasil foto nya di layar komputer, boleh kita foto pake camdig kita. Jd gak usah beli deh. Hahaha.

  8. Fotografer yang suka jepret2 lalu minta uang itu memang suka sekali menjebak. Waktu ke TMII banyak teman anak saya yang kena jepret berkali2, dan ibunya pun mungkin tak mau juga foto anaknya beredar, jadilah diambil semua. Dan Vaya? Tak ada kena foto gara2 dia takut badut jadi kita menjauh dari rombongan. Hahaha… lumayanlah Om, menghemat. Lagian kalau sudah bawa kamera sendiri, utk apa kita beli lagi kan?
    Cumaaa ya kadang saya tak tega saja, kan sudah dicetak toh, ya sudah saya ambil tp ditawar habis… kalo ga dikasih ya sudah ga jadi ambil.

  9. Pertama kali ngalamin yang seperti ini waktu wisuda SMEA dulu Om, dan karena saat itu saya sudah berbekal kamera sendiri, jadi tak satupun foto yang mereka tawarkan saya ambil ( kejam juga ya ). Tapi sekarang saya berharap sekali bisa bertemu mereka ( fotografer dadakan itu ) dan berharap foto-foto itu masih mereka simpan ( satu hil yang mustahal kayaknya ) karena tak satupun foto kenang-kenangan wisuda SMEA itu yang kini tersisa, semua lenyap beserta kamera dan perlengkapan lainnya di dalam kereta saat pertama kali saya menginjakkan kaki pertama di Jakarta untuk mencari kerja. Ternyata, kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota, nyata adanya.

    Sekarang kalau bertemu fotografer seperti ini, selalu pakai jurus Om Trainer juga meskipun kadang akhirnya kerepotan nyari si abang-abang ini lagi karena mereka keburu pergi setelah win win solution tak tercapai. heheheh…

  10. Kalau saya yang ditawarin…liat harganya dulu lah….kalau masih masuk akal dalam artian ongkos cetak + kelebihan buat si fotografer bolak balik…..saya masih mau beli. Kalau nawarin aja udh selangit harganya, jangan harap saya akan berhenti dan menoleh ke foto2 tersebut….*sadis ga sih*

  11. Kalau ketemu fotografer seperti itu, saya selalu beli di akhir acara, pas mereka sudah obral harga 😀
    Yang menyebalkan, kalau foto-foto jualannya nggak laku, suka mereka buang sembarangan. Saya pernah lihat seperti itu.

  12. Saya sih jarang ada yang ngambil foto candid gitu, mungkin karena bukan orang penting juga .. 🙂
    Lagipun sekarang insting jadi banci foto udah menurun drastis. Ada foto terpajang, biarkan saja..
    Kalo mau diambil, harga harus masuk akal

    Wduh Mas.. judul dg kosakata yg satu ini selalu membuat hati terluka *aah.. mulai ambil sapu tangan*

    1. Hati Terluka ?
      Aduuh maafkan Bu …
      Apa apa rupanya … ? Boleh cerita kah ?
      Tulis diblog ya Bu …
      (mencari-cari posting terkait di blog hil-sya)

      salam saya

  13. sering juga saya ngalamin seperti ini, oom. biasanya di acara perpisahan sekolah atau wisuda perguruan tinggi. kalo menurut saya sih ada untungnya juga, bener kata oom, foto2 hasil jepretan mereka kadang lebih bagus, apalagi kalo yg candid, lebih bagus deh saya jamin. hehehe. tapi kalo si fotografer dadakan ini sampe maksa2 saya untuk beli fotonya sih kayanya nggak, paling cuma nawarin aja, ga sampe maksa2. ortu saya juga emang suka nyempatin diri untuk ke liat2 foto yg udah dicetak, kalo ada yg bagus, baru deh dibeli.
    terus ada untungnya juga (jadi cerita nih, oom) peristiwa yg saya inget banget. waktu itu pas saya perpisahan SMP, saya pergi sama mama dan papa ke gedung itu. terus entah gmn, mama dan papa terpisah. saya kebetulan bareng sama mama. papa (yang emang suka pelupa), lupa dengan baju dan kerudung (warnanya) yang dipake mama. karena tempat itu penuuuuhh banget, jadi kan papa ga mungkin juga nyari satu per satu dengan ngeliat wajah, akhirnya papa pergi ke tukang foto itu, beli foto mama dan akhirnya inget dengan warna yang mama pake, terus akhirnya ketemu deh. hahahaha 😀 *panjang banget komennya -.-‘

  14. pasti ngalamin om T, di acara umum biasanya dan saya pilih beberapa lembar yang kualitas pengambilan gambarnya bagusan…
    tapi pernah di acara pelantikan kantor, saya liat dua foto hubby seorang diri tapi ada bahu seseorang yang mengganggu : itu bahu saya toh rupanya … huwaa…
    kenapa gak sekalian moto kita berdua aja ya, mentang-mentang bukan saya yang dilantik 😀

  15. waahhh..iya, aku pernah kek gitu om pas wisuda dulu.
    gak sadar ada yg fotoin. tiba2 banyak foto tersebar di lapak depan gedung. bagus juga sih sbenernya. foto mati gaya bagi saya lbh bagus dr pada akting, hehe..
    kalo ada yg bagus ya dibeli. kalo nggak ya mereka rugi. biasanya diakhir acara dan sudah sepi, foto akan diobral..

  16. Biarpun tidak jadi milyuner, yang penting untung ya Pak. Harga foto yang ditawarkan memang sudah diperhitungkan, sehingga tetap untung.

    Pa kabar Pak NH? Sory lama tak silaturrahmi ke sini

  17. Pernah liat yang seperti ini di theme park, kebanyakan foto-foto lagi diatas permainan yang extreme tapi gak pakai acara maksa untuk dibeli.

  18. saya cuma bisa motret-motret yang gak jelas. dan, sama sekali gak tertarik dengan dunia fotografi~ 😳

  19. kalo saya malah senang om sama hasil jepretan para fotografer dadakan ini….krna biasanya hasilnya bagus2 ketimbang moto sendiri hehehe…….

    jadi kalo ada foto yg ada sayanya pasti langsung ditebus…tapi kalo fotonya jelek misalnya sy lagi nunduk atau mukanya ngga kelihatan jelas…ngga jadi ditebus heheheh…..

  20. Kalo saya pernah ngalamin di tempat wisata Om..waktu ada acara family gathering kantor. Yang saya alami sih mereka gak maksa, cuma sekedar nawarin aja.. kalo saya mau ya saya ambil, kalo gak mau ya tinggalin 😀

  21. Memang masih ada yah yang seperti itu jaman sekarang?? Sepertinya udah jarang ada, hampir semua event skrg ada EO (Event Organizer)-nya, jadi tidak akan ada fotografer dadakan seperti ini. Tapi memang susah juga menghadapi mereka, mau foto nya ga diambil….malu sama orang2, foto kita dipajang disitu ga ada yg ambil hahaha

  22. Wah… ternyata dimana2 sama ya… ada fotografer dadakan gitu 😀
    saya sih pasrah saja dengan foto2 saya yang bertebaran itu… Malas belinya, karena ntar juga gak tau mau ditaruh dimana 😀

  23. Tips Om bagus sekali …. Kalau kita tidak berniat membeli foto-foto itu, sejak awal sebaiknya kita menolak untuk difoto (kecuali mereka memotret tanpa setahu kita). Masalahnya, kadang kita baru tertarik membeli foto sesudah melihat hasilnya (contohnya saya). Kalau posenya menguntungkan, dan kelihatan cantik kayak selebriti (halah … halah … :D) ya dibeli. Tapi kalau kelihatan jelek, kayak emak-emak ngamuk, melengos ajah … pura-pura nggak kenal …. hahaha 😀

  24. kalau di kampus yang paling sering yah pas wisuda oom. dan serunya dan kocaknya kalau habis selesai wisuda dan ada foto yang gak kebeli, biasanya masih dipajang esok harinya dengan harga yang jauh lebih murah.
    dan waktu aku wisuda dulu itu, aku malah gak nemu fotoku. ada sih beberapa, cuman nampak separuh gitu doang. tapi teteup loh dibeli sama mamah. hihihihihihi…
    eh tapi pernah loh oom ada foto seorang mahasiswa dipajang di pos satpam kampus. gak tahu deh itu kenapa…

  25. Aku sering gak merhatiin apa fotoku ada di sana atau gak om… lha wongan sibuk bawa kamera juga, wkakakakaka… lagian kalo masih model mahasiswa gini, gak bakal di foto2, mereka mikir: ih pasti gak ada duitnya, wkakakakakak…

  26. Fotografer dadakan seperti itu sering saya jumpai dan sayapun sering kena foto baik waktu mash dinas maupun setelah pensiun. Bahkan di asrama haji juga ada tukang foto dadakan seperti. Yang bgaus saya beli yang tidak bagus saya cuekin.
    Bahkan di Hotel Borobudur ketika saya sebagai host seminar juga kena cegat di toilet. Mereka membuntuti saya dan langsung menyodorkan beberapa lembar foto. ha ha ha ha..terjebak d toilet deh.

    Kalau punya uang dan foto kita bagus ya sebaiknya diberi imbalan, kasihan juga kan mereka mencari makan dan pakaian untuk dia dan keluarganya. Kalau tidak punya uang…sebaiknya jangan bepergian jauh2 dari rumah deh.

    Salam hangat dari Surabaya

  27. Biarpun sudah bawa kamera sendiri Kalo saya pasti beli walaupun biasanya cuma satu lembar dan bagaimanapun hasilnya.Bahkan tak buat koleksi. Kini saya merasakan senangnya menikmati photo photo yang saya beli dari paparazi dadakan itu..Kalau anakku liat photo photo itu yang pengambilannya dari tahun ini sampai tahun ono, pasti ngasih komentar.Wah ayah tahun 1994 kurus ya…tahun 1996 kumisnya lebat ya..tahun 1997 rambutnya gondrong ya,,,tahun 2000 kok perutnya terlihat gendut ya…dan komentar komentar lainnya.

any comments sodara-sodara ?