HANYA “ACTING”


.

Lengkapnya … “Adegan ini hanya acting belaka”

Pernah melihat tulisan tersebut di layar televisi ?

Bagi yang suka menonton sebuah acara komedi di televisi swasta pasti mengetahui hal ini.  Tulisan tersebut selalu keluar di layar televisi manakala ada adegan tertentu yang diperankan oleh para komediannya, yang agak “rawan”.  Entah berlaku mencaci maki, berantem, adegan bullying, laku ngerjain, aksi “slap stick” dan tindakan-tindakan serupa lainnya.  Tindakan-tindakan yang cenderung kasar dan kadang agak kurang baik untuk dilihat anak-anak.

Saya mempunyai kesan bahwa stasiun televisi tersebut seolah membentengi segala bentuk aksi yang (menurut saya) kurang pantas itu dengan cara menulis … “Adegan ini hanya acting belaka”.  Seolah-olah tanggung jawab sudah lepas kalau mereka sudah menayangkan tulisan tersebut.  Sudah aman … nggak akan diprotes oleh KPI dan sebagainya.  Menurut hemat saya … tulisan tersebut jadi semacam pembenaran bagi mereka untuk bisa berlaku apa saja … demi mendapatkan tepuk tangan penonton …

Fenomena yang sama juga saya rasakan ketika pada awal atau akhir tayangan mereka berkata … “… Tayangan ini dibuat hanya untuk kepentingan hiburan semata … “

So … kalau anda mau aman berlaku dan bertindak apa saja di layar kaca … gampang … katakan saja kalimat pembenaran yang maha sakti … yaitu : …

Adegan ini hanya acting semata

atau

Tayangan ini dibuat hanya untuk kepentingan hiburan semata

.

Semoga ini kekhawatiran saya saja yang berlebihan.
Maksud saya menulis ini hanya sederhana saja, yaitu agar jangan sampai mereka melawak dengan melakukan adegan perbuatan semau mereka … demi tepuk tangan dan tawa penonton … yang kemudian dengan ringannya berlindung dibalik kalimatkalimat sakti tersebut.   Lepas tanggung jawab.

Semoga mereka dapat terus menghibur para pemirsanya … dengan cara yang bertanggung jawab, baik dan eiylekhan.  Bukan dengan cara slap stick yang kasar.  Saya yakin potensi dan bakat melucu mereka masih sangat baik kok. 

Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

30 tanggapan untuk “HANYA “ACTING””

  1. Mestinya kalau memang ada adegan yang kira-kira gak pantas, yah, di cut saja ya, Om..Gak pakai acara pengumuman segala. Yang nonton anak-anak gak sempat tuh bacanya..Kan mereka lebih tertarik nonton adegannya..

  2. Yang paling ngetren sekarang adalah mengguyur pemain dengan bedak atau tepung dan bahkan di salah satu acara saya lihat pakai cake cream.. Acara-acara tersebut malah tidak ada alur ceritanya sama sekali, isinya hanya becandaan gak karuan para pemainnya..

    Geregetan ya Om melihat acara-acara yg tidak sehat itu di tivi. Menurut saya, karena tv itu berkaitan banget dg visual, maka makna yg akan tertangkap secara visual harus benar-benar dipikirkan. Memukul orang dg sterofom yg dibuat seperti kayu, tentunya makna awal yg tertangkap adalah “memukul”. Perkara bahan apa yg digunakan meski ada penjelasan di bawahnya, menurut saya tidak akan langsung bisa dipahami, terutama bagi anak kecil..

    Hanya bisa berharap agar acara tv nasional kita bisa lebih baik dan bermartabat..

    salam,
    http://www.hardivizon.com

  3. Saya sudah makin mengurangi menyalakan TV di rumah. Kebetulan, anak-anak juga tak suka menonton acara-acara lawak yang seperti itu. “Norak”, kata mereka.

    Saya setuju dengan pendapat Om Nh, bahwa kalimat2 itu seperti sebuah pembenaran dari adegan yang ada. Apalagi kalau sampai mengolok2 kondisi fisik seseorang. Sekalipun yang diolok2 juga nggak masalah (lha wong dibayar), tapi amat tidak pada tempatnya.

    Apalagi kalau mau meninjau dari sisi agama. Waaahh… nggak banget tuh om.

  4. Hasil pengamatan saya :OVJ lah yang memecahkan rekor acara yang paling banyak adegan dorong mengolok-olok,mendorong,menjatuhkan, memukul dan tidak jelas juntrungan ceritanya.
    Saya menonton OVJ hanya karena senang melihat para pesindennya belaka.

    Salam hangat dari Surabaya

  5. wah sayang sekali jika sekarang sudah banyak acara spt itu di Indonesia. Waktu pertama kali melihat di TV Jepang, aku tidak pernah suka dan heran kalau ada yang suka dengan pelawak itu. Mereka dengan seenaknya memukul kepala temannya dengan kipas atau apa saja. Dan memang sih di Jepang tidak ada tabu memukul kepala seperti di Indonesia, jadi mungkin tidak masalah. Tiap daerah punya budayanya sendiri

    TAPI untuk acara-acara yang berbahaya mereka akan menulis begini:
    “Anak yang baik tidak akan meniru”
    “Dilakukan dengan pengawasan dokter/petugas yang berwewenang (acara eksperimen)”
    “Sudah mendapatkan ijin pengambilan (misal untuk taman nasional dsb)”
    “Diperagakan oleh model”
    dan lain-lain, tidak pernah aku baca ada tulisan seperti : “Adegan ini hanya acting semata” atau
    “Tayangan ini dibuat hanya untuk kepentingan hiburan semata”

    Bahkan pihak TV bertanggung jawab atas “ucapan” dan “tindakan” yang menyinggung SARA, dengan langsung meminta maaf begitu ketahuan/terjadi. Ada daftar kata-kata tertentu yang sama sekali tidak boleh diucapkan oleh seorang announcer, termasuk di dalamnya kata-kata slang

  6. Melucu yg gak pake kata-kata kasar, gak pakai ngerjain orang lbh disukai.

    Saya krg suka Om dg acara TV yg ada catatan-catatan seperti itu krn bkn gak mungkin ttp ditiru sama anak-anak karena menurut mereka “ini hanya acting”

  7. Jika menayangkan “silent comedy” (mungkin Mr Bean termasuk kategori ini) kebanyakan masyarakat kita nggak bisa memahaminya. Jadi pihak stasiun televisi hanya menyesuaikan dengan tingkat pemahaman kebanyakan penonton, yang penting dibanjiri sponsor. Urusan dampak negatifnya sih itu mah urusan belakangan. Terima kasih postingannya Pak 🙂

  8. Saya juga heran dengan tulisan semacam itu, Om. Pas ada adegan pukul-pukulan, walaupun pakai stereofom pun, meskipun gak sakit, tetep aja di tonton. Apalagi kalau yang nonton masih anak-anak. Mereka gak lihat bahan yang di pakai mukul, yang mereka lihat hanya aksi pukul-pukulannya.. ujung-ujungnya tetep aja di tiru

  9. Iya tuh, komedian-komedian tambah lama tambah kasar bercandanya. Saya juga nggak suka kalo mereka udah meledek-ledek fisik sesama pemain. Nggak ada lucu-lucunya buat saya sih.

    Masalahnya masih banyak yang suka nonton, ratingnya tinggi, dan kemudian dianggap makin kasar berarti makin laku. Gimana dong?

  10. Sama om. Sy juga gak suka dengan lelucon kasar. Sok lucu. Lama2 orang2 Indonesia mengira seperti itulah humor. Anak2 kita belajar begitu. Coba kalo nulis di blog begitu “Ini hanyalah pura2 semata” ihhh gak banget ya .. kan tetap jelek kesannya …

  11. parahnya, acara-acara seperti itu yang paling banyak disukai pemirsa TV. Sedihnya lagi, disaat ramadhan, banyak tayangan konyol dengan menggunakan kostum kostum wanita, sungguh ironis tidak mampu meletakkan acara sesuai dengan porsi kemanfaatan
    Untungya saya dan anak-anak sangat jarang menyalakan TV

  12. lebih aneh lagi, pemirsa justru malah suka dengan hal-hal berbau konyol dan kekerasan tersebut Pak. sepertinya televisi sekarang lebih mengutamakan rating daripada kualitas tayangannya. padahal menurut saya, justru televisi adalah sarana yang paling mudah menjangkau masyarakat untuk berbagi ilmu dan informasi lho…

    lebih baik nonton stand up comedy daripada lawakan yang seperti itu.

  13. Keluarga saya berkomitmen untuk tidak menonton TV om, kalau mau nonton film ya lebih baik kita download dari internet yang benar2 sudah disaring. Daripada menuntut dunia TV kita berubah dan ga tau itu kapan, mending kita mulai langkah kecil dari diri sendiri dan keluarga.

  14. Memang menyedihkan sih melihat tayangan lokal TV. Bagaimana dengan “kekerasan verbal” yang sering dipertontonkan oleh sinetron? Efek dari kekerasan verbal tidak kalah merusak dibanding kekerasan fisik 😦

  15. Kebetulan saya jarang nonton tv. Tv di rumah bisa loh sehari atau beberapa hari ga nyala blas. Kalopun ntn tivi ya berita. Sampe kadang suka ketinggalan info yg lagi happening.

    Tp sepertinya yg dibilang om betulbkok. Hanya akting semata, tujuan hiburan semata adalah bentuk ketidakpedulian produser. Anak kecil mana ngerti ini acting apa betulan. 😞

    Salam saya.

  16. Iya Om, saya juga ga suka dengan aksi mereka menghibur dengan cara kekerasan dan keterlaluan hanya untuk mendapat tawa penonton. Mudah2an masyarakat Indonesia banyak yang sadar untuk tidak menonton acara-acara seperti itu.

  17. masih banyak cara melawak yang baik ya om. gak harus buang buang sampah sterofom yang gak bisa didaur ulang, atau mencaci, dan sebagainya. ya masyarakat juga seharusnya dapat tontonan yang baik 😦

any comments sodara-sodara ?