RACAUAN PENGAMEN CERITA DI ATAS BIS KOTA


Ini adalah hasil URUNAN #2

Karya para narablog :  aurora ; vizon ; Inge; marsudiyanto; Ram; nakjaDimande; Hendra Putra; anna; septarius;  Ifan Jayadi;  rein; Rita Susanti ; jumialely;  guskar; Abdi Jaya; anakdel; Vyan RH ; Bro Neo; Desri;  henny ; Hery Azwan dan tentu saja NH18

Dengan berbagai latar belakang yang berbeda … Dan bertempat tinggal mulai dari Medan sampai dengan Pare-pare.

RACAUAN PENGAMEN CERITA DI ATAS BIS KOTA

Tidak !!!, 
Sekali lagi saya katakan … Tidak !!!.  Saya sudah muak dengan segala akal bulus tipu dayamu.  Setelah kemarin kau … makan coklatku tanpa izin!!.

Dua hari yang lalu pun … Engkau malah memberiku sejumlah uang dalam amplop warna coklat!!!.  Aku tahu, uang itu adalah caramu untuk menutup mulutku. Jangan harap aku mau mengikuti maumu! Aku rela hidup miskin, tapi penuh keberkahan, daripada kaya tapi penuh kenistaan…!

Pergilah kau menjauh dariku ! Aku ingin memulai hidup baru bersama dengan sendiriku… Jangan kau kira aku menyedihkan… karena kau takkan pernah tau bagaimana semua kujalani.  Aku bahagia… walau dengan caraku sendiri.  Silakan kau maknai bahagiamu dengan caramu.

Kau tau?, Kau tidak lebih dari Lelaki yang tidak tau diuntung.  Lelaki yang lupa kacang pada kulitnya … Aaahhhh …seandainya kau tahu betapa aku merindukan saat-saat dahulu, ketika hidup terasa lugu. Ketika kita hanya punya uang seribu dua ribu, tapi kau mampu membuat pipiku selalu bersemu ketika kau petik mawar merah jambu dan kau selipkan dirambutku. 

Sekarang semua berubah pilu, kau berubah seiring langit yang kelabu. tak ada lagi trainer yg dulu selalu menghiburku sekarang hanya ada Lelaki pengecut dengan seribu satu tipu daya.  Tapi jujur.. kadang tipu daya mu pun mampu membuatku melambung aku tau yang kau katakan hanyalah semu.  Tapi membuatku lupa berpijak pada bumi yang seumur hidupku selalu ku jejak untuk melangkah. 

Lebih baik.. kau pergi menjauh dari hidupku.  Aku sudah muak melihat tingkahmu. 

Sekarang, aku sudah menikmati hidup di kota nan romantis dan dinamis, Yogyakarta. Setiap alun nafas kota ini telah membuat hidupku semarak. Dinamika dan kreatifitas serta kebersahajaan penduduknya telah menyentakku dan membuat hari-hariku indah. Kalau saja dulu kuikuti maumu, pergi bersamamu dan tinggal di Paris, tentulah aku takkan sebahagia ini. Meski Paris menjanjikan kemewahan dan kemodernan, tapi aku tetap mencintai negaraku, Indonesia. Aku mencintai kesederhanaan dan kejujuran. Di Jogja, aku menemukan segalanya.

Eh… kamu tahu tidak, tadi malam aku bermimpi bersua denganmu. Ternyata, kamu sekarang sudah berubah 180 derajat. Engkau menjadi seorang yang hampir tak kukenali.  Aku terperangah. Inikah dirimu yang pernah kukenal dulu. Atau ini hanya sekedar ilusi dalam mimpiku belaka.  Aku mendengar dari teman-teman … bahwa kau sudah kembali lagi ke Indonesia dan sekarang menjadi juragan kain batik terkenal… kuharap kau tak lupa pada diriku, juga pada kenangan-kenangan kita. 

Kau masih ingat ?? pagi itu hmm, kamu sudah pulang ke Bukittinggi, memulai hidup baru dengan berjualan nasi kapau. Mungkin kamu masih ingat bahwa aku paling suka dendeng balado dan itik lado hijau, yang kita santap saat angkasa cerah dan berwarna hijau langit. Tak lupa es tebak dan juga dadiah dalam tabung bambu itu akan meredakan segala rasa haus kita. Ahh kenapa aku masih saja mengenang kebersamaan kita?  Aku hanya bisa mendoakan agar hidupmu bahagia, bersama orang yang mengasihimu. Selamat menempuh hidupmu yang baru dengan penuh semangat dan keoptimisan. Lupakan masa lalu yang kelam itu.

O,ya aku juga masih ingat … disuatu Pagi yang lain … Pagi yang tidak pernah aku lupakan.  Pagi yang sangat memprihatinkan, karena kau temui aku ketika kau belum mandi.  (Harus aku akui, bau badanmu memang luarbiasa jika belum mandi …)

Ya… , ketika itu aku harus segera bertemu denganmu untuk menyampaikan sesuatu yg harus kau tahu. Karena dalam sms mu di pagi buta kau katakan bahwa kau akan segera pergi ke tempat yang jauh. sehingga pagi sekali aku datang ke rumahmu tanpa ingat bahwa ternyata aku belum mandi. Dengan segala keberanian yg kupunya aku ungkapkan perasaanku padamu, supaya aku tidak menyesal kemudian. Namun ternyata engkau tetap memutuskan untuk pergi … menggapai mimpi Parismu.  Kau tinggalkan aku begitu saja …

Aku masih ingat kata-kata mu waktu itu … “Bukankah datang dan pergi itu sudah jadi hukum alam, sayang.  Yakinlah, kepergianku kali ini untuk kembali esok hari, di sini, di tempat ini… Fisik boleh terpisah, tapi hati kita tetap terikat erat !”  Itu katamu saat itu, ternyata hanya manis dibibir saja, malah sekarang sepucuk surat berkata mantan kekasihku YTC. 

Tak semua kisah berakhir bahagia, aku tahu itu. Inilah saatnya aku memulai langkah kecil penuh harapan di dunia baru yang akan tersenyum ceria, meski tanpa hadirmu lagi. Berbahagialah kau disana, cinta.  Kau pasti berkata : “Tak perlu kau susul aku keparis”.

Eh… kamu tahu tidak? Di Jogja juga ada Paris lho… Letaknya di selatan kota tersebut. Daerah itu amat sering dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Di sana ada sebuah pantai yang sangat terkenal dengan legenda Nyi Roro Kidul… Ya, Paris itu adalah singkatan dari Parang Tritis.  Beberapa hari yang lalu, aku berkunjung ke sana. Menikmati setiap deburan ombak yang menerpa wajah dan menerbangkan rambutku. Sungguh indah rasanya. Ada rasa sejuk menjalari hatiku setiap datang ke sana.  Di bibir pantai, banyak orang berjualan. Yang aku paling suka adalah jagung bakar. Wuih… enak sekali. Perpaduan yang pas, antara pantai dan jagung bakar.

Oya, masih ingatkah kau dengan makanan kesukaan kita…?  hmm… keripik bayam atau daun kemangi itu mengingatkan kenangan indah saat kita menikmati gumuk pasir Parangtritis.  Kamu pun mengajak menyusuri pantai naik dokar sampai ke Parang Kusumo, lalu kita berhenti sejenak di dekat batu yang diduduki oleh Panembahan Senapati ketika bertemu Nyi Roro Kidul. Kita berdebat tentang masa depan kita. Tapi saat itu kamu terlalu egois.. hingga… Kau membentak-bentak aku dengan suara menggelegar seperti nyi roro kidul dan berkata …

“Tadikan aku sudah cerita tentang itik lado hijau, kenapa masih kau pertanyakan lagi..?” …

Ahh kau pasti masih ingin mengenang masa-masa manis itu, sehingga cerita ini akhirnya tak juga selesai.  Aku sangat khawatir kesehatanmu, bila malam ini kau tak tidur karena cerita ini tak jua berakhir. Berapa gelas kopi harus diseduh untuk menemanimu begadang, padahal kau tau begadang itu tak ada artinya..

hmm,  aku jadi ingat saat matamu belum mampu terpejam, kau raih gitar dan kau nyanyikan… lagu kesayangan kita dulu, lagu yang selalu membuat kita tertawa lepas saat kau mendekatiku, memetik gitar dan memandangku dengan penuh rasa, dan saat itu juga aku selalu menemukan belek di matamu.  Kamu memang laki laki jorok dan malas mandi, tapi aku selalu suka dengan aroma badanmu. Entah kenapa aku selalu mengingat aroma itu yang mirip aroma tape ketan cirebon. 

Ohh.. ya, andai saja kau tau kalau saat ini aku merindukanmu, berat dan memang tidak mudah menjalani ini semua sendiri.  Saat 4 bulan yang lalu aku telah resmi janda. Aku juga tau kalau kamu belum mendapatkan pendamping hidupmu, dan tidak muda juga buatmu melepas status perjaka rapetmu, karna hanya akulah wanita yang bisa menerimamu apa adanya. Bila saja ada waktu yang mempertemukan kita, aku akan menyanyikan lagu senandung rindu …

Ya rindu kampung halaman nan jauh dimata, dimana suara gemirik air dan helaan daun kelapa yang melambai seakan mengajak aku untuk segera pulang dan memulai hidup baru dengan kesederhanaan petani kampung yang tak mengenal hiruk pikuk kota besar dan semrawut. Ah rasanya indah selalu.

Memang di kota menjanjikan segalanya, namun bukan itu yang ku mau. Semua terasa instan di sana. Tidak. Aku ingin merasakan proses. Aku ingin merasakan bertumbuh dan berkembang.  Alangkah nikmatnya nasi kapau dari hasil sawah kita sendiri. Bukan nasi warung padang yang entah dari sawah siapa.  Jarak yang membentang antara desa dan kota, terlambang dalam jarak Paris dan Jogja. 

Akan kah kau tau? setiap desah angin adalah kerinduanku padamu yang tak pernah berujung. Ya…aku memang masih bisa menikmati kehidupan meski tanpamu. Tapi tentu akan lebih indah jika kau ada bersamaku, merasakan getar yang kurasakan dalam setiap denyut nadi… dalam hela nafas…dalam kesendirianku…

Apapun yang kau pikirkan, apapun yang kau pilih, apapun yang kau putuskan,  ijinkan aku berbisik lirih ‘aishiteru’…dimanapun keberadaan dirimu kini…Padang, Aceh, Jogja, Jakarta, Paris atau Tokyo…  Selalu kuberharap hadirmu masih disisiku dan senyummu masih untukku

Tapi semua itu hanyalah kenangan, karena aku masih terus teringat akan tipu dayamu, kata manismu, bahkan untuk kesekian kali, aku mencoba melupakan semua itu. Semua itu cuma mimpi indah dan buruk. “kan kamu sudah punya cowok paris yang kau boyong ke kampuang nan jauo di mato, bukit tinggi nan indah, dan berjualan batik sembari membuka warung nasi padang, sesekali menanam padi untuk kau tanak”

Sekali waktu kau hidangkan bareh solok yang harum membangkitkan selera makanku. kisah yang kita mulai dari coklat, uang di amplop coklat, hingga oleh-oleh terakhirmu. Menara eifel aksesoris gantungan kunci sebagai kenang-kenangan di hari pernikahanmu dengan kakasih parismu yang bahasa Indonesia saja tidak mengerti.  Padahal aku tahu sekali kalau gantungan kunci itu buatan Garut yang dijual oleh pendatang haram dari Maroko.

Sesekali kau juga pergi memancing ikan nila di danau maninjau nan jernih. Tampak para nelayan sedang menebar jala menangkap ikan bilis. Udara segar memenuhi paru-parumu. (Halah).  Aku cuma bisa memandangmu dari kejauhan, karna kekasih parismu itu tak mau beranjak dari sisimu sembari membakarkan ikan nila itu untukmu. Padahal Ususnya saja tidak dibersihkannya, kekasih seperti apa itu. Lebih baik kubungkuskan coklat itu dengan sebungkus kertas coklat. Dari pada kau makan nila yang masih amis itu…

(Tiba-tiba saja … Sang pengamen cerita di Bis kota itu langsung menyelesaikan ceritanya dengan …)

Semoga … Selamat Sampai Tujuan …

Ya Pengamen itu menyudahi racauannya … tak peduli kisah yang masih menggantung tak berakhir sempurna itu …

“Demikianlah bapak-bapak Ibu-Ibu sekalian … sedikit kisah rekaan saya.  Dari saya yang hina dan banyak kekurangan ini … semoga bapak-ibu sekalian berkenan menyisihkan sebagian rizkinya untuk kami … kaum yang terpinggirkan … Kami terpaksa mengamen … gitar tak punya … suara pun tak merdu … hanya kisah rekaan  sederhana ini yang saya punya …

Semoga bapak ibu berkenan … mohon maaf kami sudah mengganggu perjalanan bapak-ibu …. Semoga selamat sampai tujuan …

Untuk pak Supir dan pak Kondektur … terima kasih … hati-hati berkendara dijalan … anak istri menunggu dirumah …”

Pengamen itu bergegas merangsek turun dari bis …
Tak sempat lagi mengambil kepingan uang derma dari penumpang …

Sebab …
Sekelebatan di Bis tadi … dia tadi melihat sebentuk wajah penumpang bis yang sangat dia kenal.
Wajah itu wajah ibunya …
Wajah kaget penuh iba …
Setitik air mata menetes dimatanya

Pengamen itu pun berujar dalam hati …
Maaf Bu … saya terpaksa … !!! saya terpaksa …!!!
Saya akan terus begini sampai Ayah mau mengampuni saya … !!!

.

.

 

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

18 tanggapan untuk “RACAUAN PENGAMEN CERITA DI ATAS BIS KOTA”

  1. maaf om gak sempet ngikut urunannya,kemaren sakit soalnya seharian sampai tadi sore,ini udah mendingan sih… ikut ngakak aja deh bacanya 😀

  2. panjang amat yak racauan si pengamen itu…
    pasti penumpangnya pada mau protes, tapi gak berani, soalnya wajah si pangemen terlalu ganteng, mirip John Cusack… Coba aja mirip Sule, sudah pasti ditimpukin dari awal… hahaha… 😀

    teruskaaaann… (bukan lanjutkan)

  3. salut om.. editor yg tangguh juga ternyata Om trainer ini 🙂 sekaligus penulis skrip yg huebat!! cuma nambahin satu dua kalimat tapi bisa menjadikannya rangkaian cerita 🙂

    mantaffff

  4. nekjika racauan pengamen cerita di atas bus kota ini didengarkan bisa jadi menghabiskan waktu dalam jarak tempuh karawang – ciputat, pp 🙂

any comments sodara-sodara ?