WORKING GIRLS


.

Jika saya bepergian menggunakan pesawat terbang.  Maka hanya akan ada tiga kegiatan utama untuk mengisi waktu selama perjalanan.   Yang pertama Nonton In Flight Film, Yang kedua Main Games (Sudoku is my favorite) dan … Yang ketiga adalah … Tidur !!!. 

Nonton Film dan Main Sudoku tersebut saya lakukan dengan menggunakan fasilitas layar sentuh yang biasanya ada di hadapan kita.

Dalam suatu penerbangan, perjalanan pulang saya, sehabis menghadiri meeting di suatu tempat.  Saya berkesempatan untuk menonton sebuah Film Dokumenter.  Film ini berjudul … WORKING GIRLS

Film ini diproduksi oleh Kalyana Shira Film dan Kalyana Shira Foundation.  Film ini disutradarai oleh Lima Orang kalau tidak salah.  Ya sutradaranya banyak …. karena film ini terdiri dari Tiga Cerita Dokumenter.

Tiga cerita tersebut semuanya menceritakan tentang lika-liku Wanita yang bekerja menghidupi diri dan keluarga masing-masing.  Mereka tulang punggung pencari nafkah.  Bread Winner !

Cerita Pertama berjudul : Lima Menit Lagi … ah .. ah …
Judulnya memang diambil dari syair lagu dang dut.  Karena Cerita ini mengambil kisah dokumenter seorang Penyanyi Dangdut pra remaja … yang umurnya belum genap 16 tahun.  Bernama Ayu Riana.  Ayu Riana adalah seorang pemenang kontes penyanyi dangdut : STARDUT yang diadakan di sebuah stasiun televisi pada tahun 2008.  Diceritakan bagaimana Ayu Riana mencari uang untuk menghidupi keluarganya disela-sela kehidupan sehari-harinya sebagai pelajar SMP. 

Di dalamnya juga ada beberapa konflik antara Ayah aslinya dan Bapak angkatnya.  Lika liku untuk mempertahankan popularitas.  Jualan CD.  Upaya membuat Album.  Pembagian keuntungan dan sebagainya.  (Dan saya tersenyum melihat penggalan cerita dimana si Ayu Riana ini diundang untuk menghadiri dan mengisi panggung acara perkawinan seorang temannya, sesama alumni 5 besar STARDUT … yang ternyata sang mempelai wanita tersebut perutnya telah “berisi”)

Cerita Kedua berjudul : Asal Tak Ada Angin …
Kalau ini adalah cerita dokumenter tentang artis-artis … pemain … (juga primadona ?) … pada sebuah Group Ketoprak tradisional yang “ngamen” dari kampung ke kampung.  Di suatu tempat mereka akan menetap sementara dan membangun “Tobong”.   Tobong itu terdiri dari panggung pertunjukan dan juga “back stage” yang terdiri dari gubuk-gubuk tempat mereka tinggal.  Kumuh. 

Diceritakan disana bagaimana romantika cinta hidup “bersama” di Tobong.  Bagaimana mereka tetap berusaha bertahan.  Bertahan dengan jumlah penonton pembeli karcis yang semakin hari semakin menipis … Dan akan semakin menipis jika ada Angin … hujan dan yang sejenisnya … yang membuat penonton semakin malas untuk datang menonton …

Cerita Ketiga berjudul : Ulfi pulang kampung …
Ulfi adalah seorang waria.  Pengidap HIV.  Pengusaha Salon.  A Working “Girl”.
Diceritakan bahwa dia ingin pulang kampung.  Kemana ? … ke Aceh.
Dari background ceritanya saja sudah pasti ini akan sangat menarik ceritanya … Namun …  Sayang saya tidak sempat menyaksikan film cerita dokumenter ke tiga ini secara penuh … saya hanya menonton 5 – 10 menit pertama saja … karena film keburu dimatikan … karena pesawat sudah mau mendarat di Bandara Soekarno Hatta.

—-
Saya yakin para pembaca mungkin tidak bisa menangkap dimana letak keindahan film ini dari cerita saya semata.  Saya agak sulit untuk menggambarkannya.
Film ini sungguh membuat saya banyak merenung … Ini film dokumenter yang bagus … !!!

Sudut pengambilan gambarnya …
Percakapan para pemain (amatir) nya …
Konflik yang terjadi …
Lika-liku problematikanya …

Sungguh sayang untuk dilewatkan …
Saya pujikan bagaimana ketelatenan para awak film ini merangkai cerita … dan menyusun dialog-dialog natural berupa interview dengan pelaku nyata cerita tersebut.  Shot statis dinding bilik “gedek” pun seolah bisa bercerita …

Sekali lagi … Ini film dokumenter yang Bagus … banyak perenungannya !!!

WORKING GIRLS … “we love, we strugle, we have dreams … just like you”

Salam saya

.

.

.

(nanti kalau saya naik maskapai penerbangan nasional ini lagi … saya akan pilih film dokumenter WORKING GIRLS ini … dan saya akan fast forward ke bagian cerita ke tiga … yang belum sempat saya tonton sampai habis …).

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

55 tanggapan untuk “WORKING GIRLS”

  1. ada tiga hal yang mau aku komenin (ngikut gayane oom enha, hihihihi)

    satu : maen sudoku? ya ampuuun.. persis kek temen aku yang itu oom. dia bisa maen sudoku ampek kapanpun dan di manapun. aku ampek sekarang belon nemu asiknya maen sudoku (atau gak ngerti? tuiing…)

    dua : aku langsung gugling film itu oom. penasaran aku. dari ceritanya oom aku tertariiik banget. dan yess, penasaran juga sama cerita ketiganya.

    tiga : er…er… appa yah? er, apa kabar oom? sehat oom? hehehehehe

    1. ada tiga hal yg pengen aku komen dari komen si ais ini:
      satu: kenapa rupanya kalo org sukak kali maen sudoku? itu kan ibarat kita gak berentiiiiii maen tetris (jaman dulu) ampe kemana2 dibawa tetrisnya

      dua: aku sebenarnya juga gak suka sih maen sudoku tapi gak heran kalo ada org yg suka sudoku ibarat org gak heran kenapa aku suka maen catur

      tiga: kupikir dah tak bw lagi kow dek kalo gitu awak kesana lah

      sekian

        1. tv kecil yang di kursi kan? (lha emang ada tv yang kaya di bis-bis ya yang di deket supir n suka nyiarin vcd goyang dangdut wkwkw)

  2. Film dokumenter (yang bagus) memang sedikit ya di Indonesia? Di sini buanyak banget dan amat membantu mempelajari sesuatu. Semisal kisah-kisah orang sukses dan penemuan barang/inovasi baru.

      1. Ya aku suka banget, salah satu yang kuingat dari finalisnya tahun lalu (kl nggak salah) yang suster apung, perawat yg melayani masyrakat di pulau2 kecil keliling hanya dengan perahu kecil

  3. saya belum nemu dvd-nya di toko HA****, padahal film tsb sdh pernah tayang di bioskop Juli 2011 yang lalu. kata nia dinata, film tsb mendapat respon yg sangat bagus di luar negeri.

  4. Eh…kirain film Working girl yg jaman baheula tea..haha…

    Hm, nanti klo sdh nonton yg cerita ke 3 nya, dicritain lagi ya pak…

  5. Dulu ada sinetron berjudul Dibalik Tobong. Mengkisahkan tandak ludruk ( laki-laki dandan perempuan). Ketika jadi laki-laki (belum dandan perempuan) dia dijatuhi cinta sama boss Ludruk yang kebetulan perempuan beneran. Ketika dia memerankan perempuan dicintai oleh salah seorang penontonnya yang setiap apel selalu membawa gorengan sampai temannya bilang ” Tiap datang kok mbawa gorengaaaan saja, serik tenggorokan rek “.
    Sang tokoh adalah pemain kelas A (Utama) dan pandai tari ngremo. Akhir cerita itu, anak si tokoh meninggal dunia karena digigit ular.

    3 hal yang saya lakukan jika naik pesawat jarak jauh ( dulu)
    1. Memilih tempat duduk yang di gang karena memudahkan saya ke tolilet.
    2. Nonton TV yang singkat2 dan lucu misalnya ” Just for Fun” dan sebangsanya. Jika tak ada yang menarik ya tidur.
    3. Lirak-lirik dagangan yang ditawarkan oleh awak kabin. Saya biasanya membeli barang untuk oleh2 atau untuk sendiri.

    Salam hangat dari Surabaya

  6. Saya juga ada satu film di pesawat itu yang tidak tuntas saya tonton, Om. Judulnya “Jakarta Maghrib”. Penasaran banget dengan endingnya. Nanti kapan-kapan kalau numpang maskapai itu lagi, saya akan tuntaskan film ini dan juga tonton film “Working Girls” ini insya Allah.. 🙂

  7. Saya usul Om, bagaimana kalau di blog Om tambah satu kategori lagi yaitu “Referensi Film”. Soalnya banyak film-film yang diulas Om menjadi referensi bagi saya untuk “hunting” CD atau DVDnya jika di bioskop sudah tidak ada beredar lagi 🙂

  8. Huwaaa…saya sama penasarannya sm Om.

    Tapi jadi inget sesuatu, kenapa kalo film dokumenter jarang sekali ditayangkan di TV nasional ya om? kecuali pemenang eagle award (dan cuplikan adegan kandidat), rasanya tidak ditayangkan film semacam ini, pdhl film2 lain bolak balik diputar terus 😦

  9. saya pernah melihat tayangan proses pembuatan film ini yang diulas sebuah stasiun TV swasta sebelumny, lumayan lama ulasan tentang tokoh2nya Om, memang salut sama yang mempunyai jalan hidup dan teguh hati melaluinya serta sineas muda yang mendokumenkannya, yang dari Aceh awalnya ditolak sama keluarga besar, orang kampung, tetapi setelah berhasil di salon, lambat laun keluarganya menerima dan memahami, malah dia membantu perekonomian keluarga, walaupun tampilan sehari2nya transgender, waktu shalat di masjid Ulfi ternyata tetap memilih di shaf laki-laki, paling belakang, yang mendokumentasikan waktu itu sampai nangis.

  10. wah saya jadi penasaran nech om sama filmnya…coba ahh mo cari DVDnya mudah2an dapat…saya paling suka film jenis ini krna banyak sekali hikmah dan pelajaran yg bisa kita petik…..

  11. Om, atau pak de? saya bingung manggilnya….
    Mas sama mbak di atas pada manggilnya OM..tapi saya panggil Pak de boleh?

    Oh ya setahu saya ketiga film dokumenter tersebut dibesut oleh Nia Dinata, kan?

    BTW, saya belum lihat film ULfi ingin pulang..penasaran..
    Kalao dilihat darib angle cerita bakal menarik..
    😀

  12. kebetulan saya pernah menonton film-film itu saat menghadiri sebuah seminar ttg wanita – yang juga menghadirkan sutradara wanita Nia Dinata . Menarik sekali menurut saya dan miris hati menontonnya.
    Terutama saat mengetahui bintang StarDut itu dipertengkarkan oleh orang-orang sekelilingnya. Buat banyak orang, hidup ini keras ya Om..

  13. Dari cerita Om, sih Hani bisa menangkap kalau film-film ini inspiratif.
    Bagaimana menghadapi hidup? bagaimana perjuangan dan bagaimana melewatinya juga mungkin senuah proses ya?

    Saya belum pernah nonton Om..

  14. saya jadi penasaran, Om. Tapi apakah saya harus naik pesawat dulu untuk bisa menonton film dokumenter ini? Kalau Om maksa saya untuk ikut, saya sih nda nolak. hehehehe…

    salam hangat untuk keluarga tercinta.

any comments sodara-sodara ?