karsini # 25 : AKU INI ORANG KAYA


Lanjut …

Ini karsini # 25 … karya penulis tamu … kiriman dari salah satu sahabat blog saya …

Simak ceritanya … dan tebak siapa penulisnya …
Kalaupun toh anda tidak bisa menebaknya … saya rasa OK juga untuk mengomentari isi tulisannya … !

———————-

AKU INI ORANG KAYA

Tulisan ini hanyalah tulisan tentang keseharianku saja. Aku orang kaya, kataku? Iya, memang benar kok. Sombong?! Ah, nggak juga…

Selasa pagi itu seperti biasa aku mengikuti kelas yoga, dan seperti biasa pula guru yoga kami mengajak melakukan meditasi. Hari itu, kami latihan pernafasan. Kami duduk bersila di atas matras, punggung tegak, seakan-akan ada satu garis lurus dari ubun-ubun sampai tulang ekor. Kami bisa pejamkan mata atau fokuskan pandangan ke satu titik. Beginilah kurang lebih yang guru yoga kami arahkan selama melakukan meditasi.


Coba amati nafasnya.. Kita seringkali lupa, bahwa kita bisa bernafas dengan baik. Banyak  orang tergeletak di rumah sakit, dengan berbagai macam alat menempel ditubuhnya yang membantu ia untuk bernafas, membantu ia untuk tetap hidup.


Ambil nafas 3 hitungan… Keluarkan nafas 6 hitungan… Berusahalah untuk bernafas yang panjang. Nafas yang pendek akan menyebabkan kita kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen bisa menjurus ke segala macam penyakit.


Sadarilah bahwa oksigen yang kita hirup ini gratis dari Tuhan. Sadarilah aliran darah yang menjadi lancar akibat asupan oksigen. Sadarilah jantung kita yang tak pernah berhenti berdenyut.

Setelah meditasi dan pemanasan, kami melakukan gerakan inti, kemudian peregangan dan pendinginan. Dan latihan pun berakhir. Aku sadar, tubuhku terasa lebih bugar. Aku juga sadar akan aliran darah yang menjadi lebih lancar karena olahraga, olahraga apapun itu.

Siang harinya, aku ke klinik seperti biasa. Sebelumnya aku ingin cerita, bahwa ada seorang tuna wisma yang mangkal di depan klinik tempat aku bekerja. Ia, adalah seorang bapak-bapak paruh baya, yang menurutku kurang sehat dilihat dari segi psikis. Kasihan. Pakaiannya robek sana sini, terkadang ia memakai baju satpam yang tidak dikancingkan, entah ia mendapatkan baju itu dari mana. Ia juga sering berteriak nggak jelas. Entah berteriak kepada siapa. Awal aku kerja disana, aku kaget dan takut. Tapi lama-lama terbiasa.

Bapak itu kerjanya ya duduk-duduk, terkadang juga menjadi tukang parkir. Sepanjang hari ia disana, duduk di teras depan sebuah warung makan Padang, yang terletak persis di sebelah klinik. Bahkan jika aku jaga sampai malam pun, ia tetap ada disana. Ia mungkin kurang sehat secara psikis, tapi ia sangat mengerti uang.

Memang kendaraanku nggak pernah dibantu parkir olehnya. Tapi hari itu beda. Tukang parkir yang biasanya entah lagi kemana. Mungkin lagi makan atau apa. Dan kebetulan pula, aku harus pulang, dan ya.. tentu saja si bapak itulah yang membantu kendaraanku keluar dari lahan parkir.

Aku panik ketika menyadari bahwa aku nggak punya uang kecil. Di dompet hanya ada selembar seratus ribuan. Bagaimana ini? Akhirnya setelah “dibantu” keluar dari lahan parkir, aku memberikan tangan tanda permohonan maaf kepadanya. Tapi ia marah. Kendaraanku digedor-gedor dengan kepalan tangannya. Aku takut dan sungguh tak enak hati. Aku minta maaf berkali-kali.

Tapi untungnya ya sampai situ saja. Begitu aku jalan, dia berlalu. Besoknya, ia sudah lupa kejadian hari itu. Pelajaran yang aku dapat ya, siap sedia selalu uang kecil di kendaraan. Memang sedih, rasanya nggak bisa berbuat banyak untuk orang-orang seperti bapak itu. Tapi sepertinya ini diluar kuasa dan kemampuanku. Jika sahabat berada di posisiku, apa yang akan sahabat lakukan?

Aku jadi sadar, bahwa aku ini jauh lebih beruntung daripada bapak itu. Bukan karena aku memakai baju yang layak. Bukan juga karena aku duduk dalam kendaraan sementara ia, tempat tinggal pun tak punya. Aku rasa, aku lebih beruntung karena aku memiliki kesadaran. Sadar bisa bernafas. Sadar punya Tuhan. Sadar kalau lagi marah. Sadar kalau lagi senang.

Dan bagaimana kita bisa menikmati kesedihan dan kebahagiaan kalau kita tidak sadar? Hmm.. Seketika aku merasa lebih kaya daripada anggota DPR.

 

———————-

KARYA SIAPA INI ???

.

STOP PRESS
Ini adalah kiriman dari sorang penulis tamu
Dia adalah LYLIANA SETIANINGSIH  a.k.a Lyliana Thia
Seorang dokter gigi
Ibu dari seorang putri, Vania
Keluarga Bhineka Tunggal Ika
Tinggal di Jakarta
Blognya bertajuk : THE GREEN PENSIEVE

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

37 tanggapan untuk “karsini # 25 : AKU INI ORANG KAYA”

  1. Ini Mbak Lyliana Thia 😀
    Hmm… mungkin di lain waktu, duitnya bisa diberikan, meskipun bapak itu nggak nyadar. Setidaknya bisa lebih membuat kita lega karena telah ‘bayar utang’ 😀

  2. Komentar pertama muncul dari Kakaakin …
    tapi mohon maaf jawaban kakaakin saya umpetin dulu yaaa …

    (clink) (kedipin satu mata pada kakaakin … )

  3. komentar kedua muncul dari Nie … (juga dari kalimantan … sama dengan kakaakin)

    tapi jawaban saya umpetin dulu …
    (again … clink … kedipin satu mata ke Nie …)

  4. Komen yg ini pasti ga diumpetin karena saya (seperti biasa) tak tahu siapa dibalik karya ini…hehe… tentang uang ketersediaan uang kecil itu, saya setuju sekali, jangan sampe kebelet masuk toilet umum tapi harus ditahan-tahan karena tak punya koin yg pas, hehe…

  5. untuk sementara ini ijinkan menyimak dan berkomentar singkat ya Om..
    “memang betul..KESEHATAN dan KESADARAN adalah KEKAYAAN yang utama ”

    SALAM Hangat dari Kendari. 8)

  6. Komen isi tulisan dulu ah…

    Agak sulit memang ketika berada pada posisi tersebut, mau memberi ternyata tidak seimbang antara pekerjaan dan upahnya, tidak memberi, sepertinya itu juga salah. Maka, menurut saya yang bisa dilakukan adalah mengatakan kepada si bapak bahwa akan kembali lagi nanti dan memberinya upah parkir sebagaimana mestinya.

    Nabi Muhammad bersabda: “berikanlah upah pekerja itu, sebelum kering keringatnya”. Si bapak, meski bukan tukang parkir resmi, namun ia telah bekerja. Maka, ia berhak mendapatkan upahnya.

    1. makasih sarannya Uda,, memang itu spt hutang ya.. tapi jujur aja saya takut mendekati orang itu kalau “nggak ada urusan apa2” hehe… hmm.. mungkin saya titip saja ke pak tukang parkir yg biasa ya.. 🙂

  7. Kalau ke Kliniknya siang hari kayaknya drg. Lyliana Setyaningsih putrinya Laksamana Sudjiwo yang pernah satu kantor dengan saya di Merdeka Barat 13.

    soalnya :
    -drg.Monda ada disana, dinas pagi
    -drg.Adel ada disana, dinas pagi
    -dr.Tusuda ada disini, dinas pagi
    -dr.Boyke kayaknya belum pernah kemari.
    -dr. Keke A.Muhir, dosen, dinas pagi
    -drg. Fadly, shooting
    -dr.Lula Kamal, dinas pagi dan shooting iklan (dang-kadang)
    -dr. Ratna Rosita, sekjen Depkes, gak ngeblog, isteri temanku yang sama2 minum susu bayi di Balikpapan tuh.
    -drg. Tina Talisa, presenter TVone (kabarnya sudah pindah), siaran
    -dr.Tompi, rekaman suara
    -dr. Sonia Wibisono, shooting iklan
    -dr muda. Rizna Nycta Gina (Jeng Kelin) shooting
    -dr.Astrid, rekaman

    Cekak Cringkange yo drg. Lilyana Setyaningsih deh. Dados

    Salam hangat dari Surabaya

  8. saya pernah mengalaminya.. di dompet hanya ada selembar lima ribuan dan sekeping dua ratus rupiah. saya bilang terus terang sama bapak tukang parkir sambil menunjukkan seluruh uang saya.., “saya hanya ada uang lima puluh ribu dan dua ratus rupiah.. bapak ada kembalian atau bagaimana?”

    bapak itu tersenyum dan berkata “sudah non, tidak usah… hati2 di jalan..”

    Ya, memang saya pergi dari situ.. kemudian masuk Indomaret, membeli sebotol air mineral hanya sekedar ‘mecah uang’ kemudian kembali ke bapak tadi dan memberikan haknya plus air mineral tadi. Selesai. Saya lega.

    1. kebahagiaan dan kesedihan selalu berjalan beriringan… seperti janji Tuhan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. dan segala kesulitan dan kemudahan dalam hidup telah digariskan sebagai takdir.

      kesadaran atas semua itu membawa hati kita pada ketenangan.. dan bagi saya pribadi, kekayaan bersumber dari hati. Yang kaya hatinya pasti suka berbagi, dan yang suka menumpuk-numpuk harta apalagi mengambil yang bukan haknya sesungguhnya sangat miskin.. miskin dan kasihan sekali 🙂

  9. Dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambahkan. Bersyukur sendiri adalah nikmat. Yuk banyak2 bersyukur 🙂

    Ttg Pak Parkir, sy setuju dgn teman2. Karna tdk pny uang kecil, kita bs blg padanya kalau tdk pny uang kecil dan akan memberi uang parkirannya nanti stlh kembali. Semoga dia mengerti. Dan sy yakin dia akan senang sekali menerima uang parkiran

  10. Dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambahkan. Bersyukur sendiri adalah nikmat. Yuk banyak2 bersyukur 🙂

    Ttg Pak Parkir, sy setuju dgn teman2. Karna tdk pny uang kecil, kita bs blg padanya kalau tdk pny uang kecil dan akan memberi uang parkirannya nanti stlh kembali. Semoga dia mengerti. Dan sy yakin dia akan senang sekali menerima uang parkiran itu di lain waktu krn artinya kerja

  11. Dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambahkan. Bersyukur sendiri adalah nikmat. Yuk banyak2 bersyukur 🙂

    Ttg Pak Parkir, sy setuju dgn teman2. Karna tdk pny uang kecil, kita bs blg padanya kalau tdk pny uang kecil dan akan memberi uang parkirannya nanti stlh kembali. Semoga dia mengerti. Dan sy yakin dia akan senang sekali menerima uang parkiran itu di lain waktu krn artinya kerja dia dihargai.

    1. atau, ngasi uang terkecil yg ada di dompet pun boleh juga kan? Sekali2 bikin seneng Pak Parkir hehehe Daripada lain kali kita lupa? Lebih baik memberi lebih toh? 🙂

  12. Untunglah di Jepang tidak ada tukang parkir. Parkir coins bisa bayar pakai credit card juga…..
    Kerja di klinik berarti dokter, dan aku cuma tahu 2 dokter blogger yaitu Mbak Monda dan Thia… Tapi karena mbak Monda sering bilang naik angkutan umum, jadi pasti Thia deh

  13. Bapak itu mungkin “agak terganggu” keadaan jiwanya ya…
    Di perempatan dekat rumahku, ada petugas yang mengatur lalu lintas, saya lihat juga “agak kurang waras”…namun cukup sadar untuk mencari uang buat keluarganya.

    Sebaiknya memang kita sedia uang kecil di mobil, untuk parkir, bayar Tol, ataupun untuk bayar cepek boy.

any comments sodara-sodara ?