.
Perkahkah para pembaca dihadapkan pada satu situasi …
Situasi dimana kita sulit menentukan sikap …?
Antara … Memberi atau Tidak Memberi …??
Sebuah situasi yang dilematis …
—
Ilustrasi imajiner …
Ada seorang kerabat yang relatif dekat … Yang sering sekali datang ketempat anda …
Untuk Apa ??? … untuk memohon bantuan finansial …
Biasanya yang paling sering alasannya adalah … untuk menebus obat, untuk ongkos pulang kampung, untuk menyekolahkan anak, untuk memperbaiki rumah, untuk bayar hutang … Juga alasan-alasan lainnya.
Sekali dua kali … tentu tidak ada salahnya … biasa saja …
Akan menjadi masalah ketika … Hal ini menjadi kebiasaan … dan sering sekali dilakukan.
Dibanyak situasi …
Mereka datang tidak melihat lagi kondisi … bisa awal bulan – bisa akhir bulan … hari libur-hari biasa … siang hari – malam hari … baik kita ada dirumah maupun saat kita tak berada dirumah … (ya … bahkan kadang mereka tidak sungkan untuk meminta ongkos pada asisten rumah tangga atau siapapun anggota rumah yang lain …, ketika anda tak ada dirumah).
—
Dalam Agama … memang kita diperintahkan untuk membantu sesama … dan prioritas pertama adalah lingkungan keluarga terdekat … Apalagi ini secara garis keturunan … merupakan keluarga yang harus kita hormati.
—
Disatu sisi …
Jika kita terus memberi …
Kita tidak ingin … hal ini menjadi suatu kebiasaan … yang pada akhirnya berakibat menjadi kurang baik … (bukan bagi kita … tetapi bagi keluarga yang bersangkutan).
Kita hanya tidak ingin mereka ”ngandelin” … mengandalkan kita … menjadikan kita ATM. Sebab ada kalanya mereka sebetulnya mampu untuk berdiri di kaki sendiri. Jika saja mereka mau berusaha lebih keras …
Namun disisi lain …
Jika kita tidak memberi…
Atau Kalau salah-salah ngomong … bicara agak ”tegas” sedikit dalam menyampaikan keberatan … Takut dia tersinggung … lalu bercerita ke keluarga yang lainnya … Akibatnya keluarga besar kita yang lain, … bisa mempunyai persepsi yang salah kepada kita …
Kita tentu takut dikatakan sebagai Keluarga yang pelit… kikir … Orang yang tidak peduli pada keluarga … Tidak menghormati garis keturunan … dan yang sejenisnya …
Namun Sebaliknya jika kita bicara ”halus” … takutnya mereka malah ”nggelenjem” … tidak mengerti … dan tetap saja melakukan hal ini … terus menerus …
—
Sungguh sangat dilematis sodara – sodara …
Sekali lagi … Kita tidak ingin dikatakan sebagai orang yang tidak peduli pada keluarga …
Namun demikian kita juga tidak ingin kebiasaan yang tidak baik ini terus mendarah daging, demi kebaikan keluarga mereka juga sebetulnya …
Apa pembaca pernah mengalami hal dilematis serupa ?
Apakah tindakan yang anda ambil waktu itu ?
.
Horeee! Amankan posisi: Petromakkkk!
Betul, Pak. Situasi demikian sangat sulit. Makanya jauh-jauh hari Ibu saya selalu memberi wejangan, jika memberi, jangan sampai orang yang kita kasih bantuan tersebut tahu bahwa kita yang memberi. Jadi, kalau saya kasihan sama salah satu keluarga di keluarga besar, saya titipin aja bantuannya. Trus wanti-wanti jangan bilang-bilang dari saya. Jadi Alhamdulillah, selama ini saya gak menemukan masalah seperti itu. Lagi pula, saya tidak terlihat seperti orang yang berlebih harta. Jadinya gak ada yang minta-minta, hehe… (Secara saya punya wajah pelit dan judes pula, hahaha…..)
Seperti nya alasan terakhir kurang valid deh Bu …
Pelit dan Judes … keknya kebalikannya deh Bu …
🙂
Kayaknya selalu ada sih om di setiap keluarga besar….orang-orang macam begini…
kalo saya sih, (tengak-tengok..semoga ybs baca juga)..sebel banget…coz itu jadi tabiat dan kerjaannya kesana kemari minta bantuan…padahal dia sendiri gaya hidupnya yg sok besar pasak drpd tiang…jelas aja saya gamau bantu om…
Nawarin kerjaan juga dah capek sendiri…hehehe…
Akhirnya milih mengurangi berurusan dengannya….
Malesnya suka anak yg dibuat alesan..kan saya jadi ga tega… 😦
Nah ini dia …
besar pasak dari pada tiang …
Taro kata … Nggak punya ongkos …
tapi bawaannya pengen jalan-jalan melulu …
turun temurun di keluarga saya mas… sulit.
bahkan sampai papa pensiun pun (coba pemasukan dari mana tuh)
Tapi ya begitu memang ikatan keluarga di Indonesia.
Yang saya jalankan biasanya adalah memberi pada saudara yang memang mau berusaha. Entah dia menjual pajama, sprei, baju. Kalau memang ada yang mau dibeli, saya ambil bajunya + tambahan uang lebih. Kalau tidak mau ya kasihkan uang begitu saja.
Tapi jika tanpa usaha apa-apa datang, biasanya akan saya cuekin, atau pergi di saat dia datang hihihi. (melarikan diri… enaknya kalau memang tidak tinggal di jakarta)
Kalau memang punya duit boleh deh, tapi kalau tidak ada, aku akan bilang, “Sorry tapi sekarang sama sekali tidak ada”
EM
Yup betul sekali EM
Emang sih mulanya kadang nawarin barang ini itu …
namun ya itu tadi …
ujungnya ya begitu itu …
Thanks for Sharing EM
Saya pernah dan masih mengalaminya Om.
Dalam hal ini, saya pakai teori “si raja tega”.
Sekali-sekala bolehlah, tapi kalau terus-terusan? wah, bahaya itu.
Menolak bukan berarti kita pelit, tapi justru di situlah letak sayang kita kepadanya. Karena, dengan penolakan itu, akan memberi pelajaran kepadanya bahwa kita bukan pabrik uang.
Mau jadi “gunjingan” keluarga besar? biarkan saja… toh, lama-lama mereka juga bakal tahu hal yang sesungguhnya.
yessy setuju banget sama komentar Uda. Toss dulu Uda!
Sesekali waktu bolehlah menolong, Om. Tapi kalau sepertinya kita di jadikan andalan untuk menyelesaikan semua masalah finansial kelliarganya? Aduh…kok gituh ya. Kecuali, kalo keuangan kita sendiri sudah amat berlebih dan kita melakukannya dengan ikhlas 🙂 Betuk begitu, om? 😉
Ya gitu deh Yes …
Sebetulnya ini nggak baik bagi keluarga tersebut lho Yes …
nanti jadi kebiasaan
dan mereka jadi “ngandelin” itu tadi …
Iya Uda …
Sepertinya saya harus menebalkan hati
untuk menjadi Raja Tega …
demi mereka juga kan ya Uda ?
hehhhehh, mungkin karena keadaan Bundo terlihat belum mapan jadi belum ada yang begitu sama bundo. Sekarang bundo hanya konsentrasi ngurusin satu ponakan dari adik karena memang kondisinya butuh bantuan.
doain bundo banyak rejeki ya om, biar bisa bantu banyak orang.
Kita saling mendoakan Bundo Dentist …
Agar kita bisa membantu banyak orang …
orang yang layak kita bantu
kita nggak mungkin memuaskan semua pihak Om. so, sikap manapun yg kita ambil, pasti ada yg ‘kecewa’. entah kecewanya patut dibenarkan atau tidak.
kalo saya sih ngga mo pusing. lakukan saja apa yg TIDAK menyalahi aturan agama, (dlm kasus ini, agama pun melarang kita utk ‘membantu’ melanggengkan orang menjadi pribadi manja & lupa berikhtiar)…
selebihnya, itu konsekuensi. kalo dg ketegasan kita dia tersinggung, atau orang2 pada berprasangka buruk, itu bukan urusan kita. sekali lagi, adalah mustahil memuaskan semua pihak.
mau dianggap jelek? silahkan saja. toh mereka bukan Tuhan. Hanya Tuhan yg pendapatnya patut kita risaukan 🙂
“Hanya Tuhan yg pendapatnya patut kita risaukan ”
Ini kalimat tajam dan sangat dahsyat sekali De …
Thanks ya …
*terpaksa bijaksana-bijaksini mode ON*
Sy nd pernah mengalami kasus serupa Om. Namun seandainya keadaan seperti itu menimpa saya. Sy tidak akan memberi lagi kecuali untuk persoalan yg sangat penting. Dilematis memang. Tp kita tidak bisa menjadi manusia super baek di hadapan semua keluarga. Pasti ada 1 atau 2 orang yg tidak menyukai kita. Untuk persoalan “kikir”, sy kira tdk ada standar moral tertentu yg bisa mengukur seberapa kikir seseorang. Masih relatiflah. Hehehe…
Hai RhyzQ (lama ya kita tak berbaku komentar)
Betul sekali Rhyz …
Kita tidak bisa (selalu) menjadi manusia super baek dihadapan semua orang
ini benar sekali
Selamat Siang,
Selamat hari Senin,
Semoga tetap semangat dalam berkarya dan sukses selalu,
Salam Hangat,
AbulaMedia.com
Terima kasih atas kedatangannya Pak/Bu Abula …
kalau dalam keluarga sih tidak ada karena saya paling muda baik di keluarga sendiri maupun keluarga istri, tapi ada-ada saja teman yang kadang tiba-tiba minta bantuan, sementara dia sudah dikenal susah mengembalikan pinjaman, wah repotnya, menolak atau memberi
hehehe iya mas …
kalau saudara juga begitu mas …
lebih repot … serba sungkan mau nagih
akhirnya ya kita pasrahkan saja …
om, kondisi ini sering saya alami.
padahal saya juga masih tergolong elit alias ekonomi sulit.
waktu itu saya jadi berpikiran positif, yang mengubah mindset saya hingga saat ini sehingga sampai sekarang senang-senang aja menerima orang-orang seperti itu: bahwa setiap kali orang mengharap memperoleh rezeki melalui saya, maka mereka berdoa bahwa rezeki saya melimpah sehingga memungkinkan untuk membantu. jadi sekarang saya enjoy aja menjadi tumpuan harapan orang. didoakan toh? mengenai bantuan kita, tentunya membantu sebatas kemampuan saja, tak harus memenuhi permintaan orang tersebut.
dilemanya memang saat pemberian itu jadi membuat orang terlena hingga malas.
tapi mudah-mudahan sampai saat ini saya belum pernah dapat tamu yang begitu, jadi belum tau solusinya. maap ya, om. hehe.
Jangan sampai bertemu orang yang terlena itu ya Uni …
Semoga tidak ada …
Jika kita pas lagi ada, tentu tak menjadi masalah…namun jika terus menerus, dan kita sendiri juga terbatas (apalagi udah pensiun)…tentu saja hal tsb tak dapat dibiarkan.
Saya dan suami selalu diskusi hal ini. dan melihat lagi kepentingannya, jadi ada juga yang ditolak….karena terus menerus…
Yang sulit, terkadang hanya teman…kalau udah dua kali, ya apaboleh buat, mesti ditolak.
Betul sekali Bu …
Kalau terus menerus …
rasanya kita harus menjadi Tega …
untuk menolaknya
Saya rasa ini masalah klasik yang banyak ditemui keluarga Indonesia Mas. Kalau saya mengatasinya adalah melihat keadaaan. Kalau kita dalam posisi mampu membantu, ya kita bantu seikhlasnya. Tidak perlu memaksakan jumlah tertentu agar telihat baik. Proposional saja.
Kalau mereka memandang kita pelit, bukan urusan kita kok Mas. Terlalu memikirkan apa kata orang malah bisa jadi bumerang kita sendiri (kita malah jadi tambah sungkan atau repot). Toh, kebanyakan yang terjadi adalah, ketika kita butuh, mereka tidak bisa membantu atau malah tidak perduli.
Saya sih sudah kebal dibilang sombong, pelit, atau mentang-mentang kaya (padahal ini ngga bener). Selama saya tidak merepotkan mereka, saya tidak perduli apa omongan mereka. Apalagi yang nyata-nyata disebabkan oleh gaya hidup yang keliru.
Iya mas …
membantu seperlunya …
tidak perlu seluruhnya …
sambil …
kalau bisa kita masuki pesan-pesan moral …
agar dia bisa berusaha lebih baik lagi
agar masalah “ekonomi” tersebut tidak menghinggapi lagi
hmmmm iya iya pernah.. kalo udah nemu solusi nya posting lagi ya mas :p
Jiiaaahhhh … 😦
aduh saya baru kemaren dapet sms dari seorang sepupu, isinya singkat “chi, punya kelebihan rejeki ga?” gitu doang. tapi mengingat-ingat tabiat si sepupu, saya tau banget ujung-ujungnya pasti mau minjem duit.
sampai hari ini, sms itu tidak saya balas Opa. biarin lah dibilang pelit atau apa.
saya sih lebih liat orangnya bisa dipercaya atau ngga. kalo menilik kasus sepupu saya, saya lebih memilih tidak meminjamkan. Ya dari pada duitnya ga balik sementara sayanya butuh… 😐
HHmmm …
Lebih liat orangnya ya ChiC
Yang sering kejadian …
Orangnya ya … hanya itu-itu saja …
dengan tabiat … yang juga begitu-begitu juga
🙂 🙂 🙂
Saya pernah ngalamin Om.. dan kayaknya sih masih.. hehehe..
Setuju dengan Uda Vizon, ada saatnya kita harus bisa menolak.. tpi mungkin lebih melihat sikon kali yah..
Sikon yg mana kita harus memberi dan sikon yg mana kita harus menolak..
Betul Kan …
Celakanya …
Melihat presentasi mereka …
Mendengar cerita-cerita mereka …
Mencermati acting body language mereka …
Situasinya seolah-olah (digiring) untuk memberi terus Kang
Gimana dong ??
hehehhe
Biasanya kalo mereka udah sering melakukannya, kita jadi lebih aware Om.. lebih tau gitu gejala2 awalnya, akting2 mereka..
Kalo terus digiring ke arah sana, ya mau gak mau harus menebalkan hati untuk bersikap tegas ke mereka..
Itu opini saya lho Om.. 🙂
Lebih baik memberi mereka modal untuk usaha, daripada secara rutin “ngasih jatah” buat mereka. Selain menghilangkan ketergantungan juga bisa membuat mereka lebih mandiri..
Kalo mereka gak mau modal dari Om, buat saya aja deh modalnya.. hihihi.. 😀
untuk menghadapi situasi spt itu, sampai sekarang saya masih belum punya cara menghindar pak.
selain saya nggak tegaan (meskipun sadar klo sedang dikerjain orang), mungkin itu cara tuhan agar saya mengeluarkan sedekah.
betul pak …
saya juga punya kecenderungan untuk mudah iba …
tepatnya …
mengko gek ngene nek gak dike’i …
mengko gek ngono nek gak dibantu …
Jadi ya gitu deh pak …
kalau sil mengalami posisi dilema dengan kasus yang berbeda om…
Sekarang lagi dilema, memilih mata kuliah yang harus dikontrak di semester depan..
(nyambung ga ya???)
Nnnggggaaaaaakkk
hahaha …
itu bukan dilema …
itu bingung !
pis euy …
hehe..iya sih emang ga nyambng..
Oh itu namanya bingung?
Bedanya apa om??
Oh ya, sil masih butuh doa dari om trainer nih..
http://silfianaelfa.wordpress.com/2010/01/19/kekuatan-doa
Saya itu gak tegaan. Kalo ada temen yang minta bantuan, pasti aku kasih.
Benar memang, untuk orang-orang tertentu, sekali diberi, besoknya minta lagi, dan jadi kebiasaan. Kalo ada masalah langsung ke kita tanpa mereka mau berusaha dulu. Lama-lama mereka mengandalkan kita. Tapi… untuk yang minta terus-terusan, tega gak tega, aku harus tega. Stop memeberi bantuan.
Betul mas
Saya juga begitu
suka gak tegaan …
tinggal pasang muka memelas sikit
pasti luruh hati saya
salam pak…lama nggak mampir…sehat-sehat aja kan ? 🙂
semoga senantiasa dalam lindungan Alloh SWT pak..sukses terus yach… 🙂
Alhamdulillah Sehat Ajeng …
Semoga ajeng juga sehat – sehat …
Thanks ya
Sama Pak, saya juga nggak tegaan … Jangankan kerabat atau saudara, sales yg suka nawarin barang saja saya kadang nggak tega nolak. Emang sih dia bilang cuma “demo” nggak apa-apa, tapi ujungnya nggak tega juga kalau nggak beli (mudah-mudahan nggak ada sales yg baca komen ini ya … hehehe).
Maaf, maksud hati membalas komentar yg di atasnya, keburu “kesalip” di tikungan dunia maya … 🙂
Biasanya yg datang ada juga yg bilang pinjam. Nah, saya biasanya bilang kalau adanya cuma sebagian (kecil) dari yg dia perlukan. Kalau memang dia niatnya pinjam tentunya suatu saat dia akan mengembalikan dong … Memang ada yg tidak/belum bisa mengembalikan tapi kebanyakan pura-pura lupa pernah pinjam. Biasanya sebelum urusan pinjam-meminjam ini beres mereka tidak berani datang lagi … Sementara dalam hati kita relakan saja uang yg sudah kita berikan
Betul pak …
saya juga demikian …
selama ini biasanya saya membantu sebagian kecil … bukan karena pelit ,…
tetapi memang kami adanya spare ya segitu …
dan ini diniatkan membantu saja … di balikin syukur … kalau tidak ya tidak apa-apa
lama ga mampir jadi keteter, hehehe…
pas mampir disuguhi masalah dilematis seperti ini, wah buat saya yang masih anak kemaren sore berat mutusinnya om, perlu pemikiran yang jernih dan dewasa untuk masalah seperti ini.
salam hangat
Sip …
Tapi yang jelas semoga bisa jadi pemikiran kita semua
topiknya bagus nih om,aku juga sering mengalami yg seperti ini.
di satu sisi bener kata guru spiritual saya,memberi tidak boleh melihat siapa orangnya,memberi saja ,untuk melatih keikhlasan kita.
namun memang kadang ada yg jadi ‘tuman’ alias kebiasaan,karena dikit2 jadi minta kita terus.
nah saya menyikapinya dengan punya beberapa prinsip :
1.memulai dari yg kecil,artinya gini : saat kita memberi pertolongan kita kan belum tau karakter orang ini gimana ,berikanlah dari yg kecil dulu dan kita ikhlaskan pertolongan ini ,anggap aja pasti gak balik,jadi menolong semampu kita. misalnya gini ,saat ada yg mau pinjam 500 ribu ke kita sementara kita belum tau karakternya dia (apakah akan balikin atau susah balikinnya atau malah sama sekali gak bakal balik) lebih baik kita kasih 50 ribu atau 100 ribu ,tergantung keikhlasan kita,anggap aja sedekah kita.
prinsipnya orang gak akan minta kalo gak kepepet (seandainya mereka gak deket sama kita) jadi memang orang yg minta itu pasti udah kepepet banget sampai minta ke kita.
2. Jika utang yg pertama belum lunas ,jangan pernah meminjamkan lagi utang berikutnya. nah dengan menggabungkan prinsip satu dengan kedua ini kita bisa menghindari masalah yg lebih besar.
saya sendiri kemaren baru aja ada yg minta tolong,bekas anak buah dulu,saya kaget juga udah lama gak nongol tiba2 mau sms terus nanya2 kabar,tapi saya berprasangka baik. terus dia bilang kalo dia sekarang lagi ada keperluan,dan perlu uang untuk persiapan kelahiran anaknya (lagi hamil 8 bulan) serta cicilan motor suaminya . nah dia janji mau balikin nanti pas gajian. ternyata setelah awal bulan tidak ada kabar,pas saya tanya bilangnya bulan depan lagi karena ada kebutuhan mendadak (udah mulai curiga nih ada yg gak bener). terus pak akhir bulan berikutnya saya tanya dia akhirnya datang minta ketemuan ,diantar suaminya ke kantor dan menjelaskan kalo dia sedang ada masalah di kantor,bahwa dia udah dipecat (yg berarti dia bohong kalo mau bayar dari gajinya mencicil setiap bulan) ,disini saya mulai kurang suka,tetapi masih mencoba bersikap ramah. tenyata dia terlibat kasus penggelapan uang di kantor (tambah gak simpatik).
Yang paling ngeselin ternyata dia mau pinjam uang lagi sama saya,terus mau jaminin motor suaminya (yg masih kredit baru beberapa bulan) ,saya bilang gak ada ,saya juga punya kebutuhan,jadi saya gak bisa minjamin dia (padahal saya ada sih ,tapi saya udah gak respek sama dia dengan ingkar janji pembayarannya). dengan kecewa dia pulang. beberapa minggu kemudian suaminya sms saya pake hape dia ,(keliatannya udah rada desperate) ,bilang kalo dia udah coba kesana kesini belum dapat2 juga,kira2 bisa gak dia pinjam uang ,dia minta tolong banget karena sekarang istrinya udah di tahan dipolsek.
dengan berat hati saya tetap bilang saya tidak ada uang,karena saya juga punya kebutuhan ,sorry to say,saya dari dulu udah megang prinsip2 ini,jadi jangan harap dapat pinjaman dari saya kalo belum ngelunasin utang pertama ke saya (yg mana pasti jumlahnya kecil karena sesuai keikhlasan saya)
nah gitulah sekelumit cerita saya,ini tadinya mau saya tulis di blog saya,tapi keknya seru juga ditulis disini ,heheh.
btw ada beberapa macam tipe pengutang om :
1. sebelum diminta udah kesadaran telepon dan bayar saat punya rejeki (ini yg paling saya suka)
2. harus diminta dulu baru ngasih ,kalo gak diminta gak inget sama utangnya,karena merasa kita belum butuh karena belum nanyain. (masih mending)
3. diminta susah,kadang ditelponin susah ,gak diangkat ,sms gak dibalas ,gak ada niat baik buat bayar utang,malah ada yg marah2 kalo ditagih ,padahal kita yg punya uang kok malah berasa kita yg punya utang sama dia jadinya.
demikian curhat saya ini om,semoga memperkaya tulisan ini;)
Wow …
Thanks Didot …
ini sangat mendetail …
Keknya bisa jadi postingan senidir nih
yah…berikan semampunya aja…wong lagi susah juga kok..tapi yang dilematis yang meminta itu saya om…jadikalo ndakom kasih kemana lagi nyarinya khan yang lebih dari saya….
hahahah …
ada-ada aja nih pak
Sepertinya hal semacam ini dialami juga oleh cukup banyak orang, sahabat..
Menolong/membantu, sepanjang bisa, adalah sangat menyenangkan. Namun memang perlu dipikirkan juga, apakah pertolonga/bantuan yang kita lakukan itu benar membantunya atau justru menimbulkan ketergantungan (baca: tidak menumbuhkan kemandirian) atau bahkan lebih jauh, tidak mendidik..? Kadang jawaban pertanyaan2 itu sering menjadi kontras dengan niat baik kita untuk membantu dan semua itu adalah aspek2 yg menurutku HARUS diperhatikan karena jika tidak tujuan kita membantu itu juga tidak tercapai.
Memberikan edukasi dan arah/batasan yang jelas, memang harus pinter2 karena sering disalah artikan dan menimbukan gesekan. Namun tanpa memberikan unsur edukasi pada saat membantu, sering kali situasinya berubah dan orang2 yg memerlukan bantuan itu kemudian jadi berfikir bahwa: “Bantuan itu adalah hak mereka, dan kewajiban kita”. Suatu interpretasi hukum sesuai kepentingan..
Lho aku kok malah ngasih kuliah, ini gimana sich..??? Yang diminta duit.. bukan kuliah.. tau !! Huahaha 😀
Tapi saya senang dikuliahi kok Mas Nug
Apa lagi oleh orang yang berkompeten di bidangnya …
hehehehe
memang susah ya pak..! mungkin memberi sampai sewajarnya aja ya…
Ya …
Ini yang paling pas …
Memberi sampai sewajarnya aja
😆 😆 😆 😆 😆
RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk
MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll
Waaah lama engga berkunjung paaaak
Iya
SERBA SALAH !!!! alias Dilema memang om
berhubung saya belum berkeluarga ya jadi belum pernah merasakan
tp jelas terjadi dikeluarga juga, melihat komen2 ortu kalo ada keluarga yang tiap datang hanya untuk “meminta” !!!!
tapi ada satu yang aku petik dari ortu’ku, setelah memberi selalu memberi “wejangan” ataupun “jalan; misal mencarikan pekerjaan, memberi info kerjaan” kepada saudara..
HHmmm …
Ini contoh yang bijak …
mencoba memberi nasihat atau “jalan” … atau info kepada mereka
saya mengalami om. tapi ini bukan saudara, kerabat atau apalah. beliau hanya teman mama semasa remaja yang dulu memang sering nraktir mama (berhubung dia dulu dari keluarga berada). Nah skrg, keluarganya pecah, bankrut dan ga bisa membiayai banyak keperluan. akhirnya hampir tiap bulan dia mampir kerumah. awalnya sih kita nrima, tapi kok lama2 jadi sering bohong dan sering minjem uang(tanpa pernah dikembalikan)dengan seenaknya.
Saya, Papa dan suami udah gedhek banget liat kelakuannya, tapi ya mau gimana lagi, diomongin scr jelas juga dah ga mempan dan pada dasarnya Mama juga orangnya ga bisa nolak, akhirnya ya gt terus sampe sekarang.. Nyebelin, kalo dibantu terus ya dia keenakan, kalo ga dibantu ya kasian juga… DILEMATISSSS
Itu lah Nyik …
memang sangat dilematis …
akhirnya adalah … kita membantu sewajarnya saja
Sewaktu saya masih dinas dulu ada yang ‘peminta bantuan berlangganan”, ada yang mengatakan”ingin silaturahmi” dan yang alasannya penuh tipuan terus, mereka nggak tahu kalau saya sebenarnya mengetahui akal bulus mereka.
Awalnya tak kasih cukup besar dan secara gradual makin kecil,makin kecil dan akhirnya dia nggak kembali lagi.
Yang perlu dikasih adalah Orangtua dan saudara dekat seperti yang mas sebutkan tadi.
Yang harus sellu kita ingat adalah : jika kita memberi maka akan diberi,entah siapa yang membalas memberi-itub Tuhan sudah punya pluginnya.
Terima kasih atas bahan renungannya.
Salam hangat dari Anoraga
Siap Pak …
Ya … betul sekali pak …
“jika kita memberi maka akan diberi …”
entah dari mana itu …
entah berwujud apa itu …
saya juga percaya itu pak …
Prinsipnya “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”
Renungan yang bagus, dilematis itu kan mirip buah simalakama tho mas, dimakan gitu nggak dimakan gini. Jala keluarnya ? Di emut-gitu aja kok repot.
Thanks renungannya yang jitu.
Salam hangat dari Bhirawa
Di emut ???
Beuh rasanya pasti … mak senut-senut gitu ya pak …
Aaahhhhaaaa …
Saya tidak pernah berfikir kesana tuh …
wah asik …
Makasih Pak …
🙂
Jika memberi dengan ikhlas maka balasannya Insya Allah berlipat ganda-kini atau nanti.
Jika tidak ikhlas-sebaiknya jangan memberi-malah rugi he he he.
Namun, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.
Mari kita menjadi manusia yang kaya arti-kalau tak datang ditunggu-kalau ada disenangi-kalau pergi ditangisi ( amargo gak nyangoni ha ha ha ha)
Salam dari Bhirawa
kalau saya masih mempunyai sedikit rasa tega. Dengan bilang “Saya tetep punya uang, tapi kebutuhan saya atas uang itu lebih besar, jadi tidak ada kelonggaran untuk membantu”
jadi saya tidak pernah berbohong dengan mengatakan tidak punya uang.
Hmmm …
Betul Pak Mandor …
Ini tegas … tapi tidak berbohong …
Sering saya katakan kepada staff (dulu) ” Saya tidak suka ditipu karena orang ditipu itu nggak enak. Ketika saya percaya kamu ternyata kamu sedang tertawa-tawa dibelakangmu karena kebodohanku kena tipu kamu. Kamu cerita kepada orang lain ” ha ha ha komandan kena tipu saya”
Akhirnya mereka tak berani menipu saya.
Jadi kalau yang hobi minta2 itu mau nipu kita, sebenarnya kita tahu kok.Sekarang tinggal kita tega apa tidak mengatakan ” Kamu mau tak panggilkan orang kampung atau tak tilpun Pakde Cholik ?Dijamin dia akan ngacir pulang dan gak datang lagi mas.
Salam hangat dari BintangSatu
Hahahaha …
Saya catat ini …
“mau tak panggilken Pak Cholik dari Surabaya itu ??”
Ah ini kalimat sakti nih keknya …
🙂 🙂
dulu sih saya termasuk raja tega….
sekarang umur sudah semakin tua, jadi agak bijaksana…hihihi
Kalo saya sih, kalo memang ada uang lebih ya dikasih aja ..
hitung hitung untuk numpuk pahala…
perkara kita ditipu atau tidak, ya gak perlu susah susah dipikirin,..
lha kalo dia memang mampu, dia gak akan mau minta seperti itu.
Ini sungguh bijak Mas …
Seharusnya memang kita tidak perlu berfikir yang aneh-aneh …
jika ingin memberi … ya beri saja
perkara itu menipu atau tidak … itu biarlah menjadi urusan yang bersangkutan
orang tua saya tidak mempunyai penghasilan tetap…untuk menyekolahkan anak-anaknya (kami)dulu, mereka banting tulang bekerja keras. Tetap saja hasilnya kurang. Untuk menutupinya, mereka terpaksa pinjam uang kepada saudara..ya..ada yang mau meminjamkan….namun tak jarang malah menghina dengan kata-kata,”Kalau tak punya duit, ngapain nyekolahin anak! Sudah saja keluarkan anaknya dari sekolah!” Yang banyak membantu kami waktu itu justru tetangga yang seorang mu’alim(guru ngaji). Pahit yaaa Om…tapi ayah saya selalu punya buku untuk mencatat berapa dan kepada siapa telah meminjam uang. Itu pun kami ketahui setelah beliau wafat….Tak terhingga rasa terima kasih kami kepada mereka yang dulu sempat memberikan bantuan.
Jadi Om, kalau memang mau membantu…bantulah orang-orang yang menurut Om pantas menerima bantuan tersebut….
Ini yang saya sebut dilematis Bu …
Kita semua pasti ingin membantu keluarga yang berkekurangan …
asal uang tersebut memang dipergunakan untuk hal yang penting di masa depan
seperti pendidikan dan sebagainya … dan ini memang sangat layak untuk dibantu
atau paling tidak diberi jalan keluar … bagaimana mengatasi masalah ini …
Saya sedih Bu … membaca komentar ibu yang menyebutkan bahwa …
sampai – sampai ada yang Menghina dengan kata-kata yang menyakitkan itu Bu …
Saya yakin Ayah terpaksa melakukan ini semua … karena tak ingin pendidikan anak-anaknya terputus ditengah jalan … Dan Ayah pasti punya niat baik untuk segera mengembalikan uang tersebut … terbukti dari adanya catatan-catatan lengkap itu …
Semoga Beliau tenang di alam sana ya Bu …
Bagi saya sama dilematisnya ketika terus2an memberi dan mengambil keputusan untuk tidak lagi memberi…karena seringkali dialami…
Jika terus memberi, ada rasa kok kayanya gak mendidik dengan terus2an membuatnya merasa nyaman untuk selalu meminta dan membuatnya merasa ada ketergantungan. Lalu ketika tidak memberi, biasanya orang kalo lagi bener2 butuh, akan sangat sensitif, dan jika kurang “paham” dgn kondisi penolakan, akan biacara negatif kemana2, akhirnya timbul gesekan…
Namun saya pernah membaca kisah hikmah di jaman RAsulullah, ketika seorang peminta2 datang untuk meminta sdeekah, sampia dua kali masih diberi, sedangkan yang ketiga kali ia diberikan “pekerjaan/solusi”
Kurang lebih maknanya, mungkin batasan tiga kali itu lebih baik memberikan Kail daripada ikan terus menerus…dan Kail itu sendiri mungkin bukan hanya berbentuk materi saja mungkin ya Om…
satu lagi, gpp Om ya panjang2 deh komennya :mrgren:
saya pernah nonton Film “Les Misérables” , seorang pencuri yang mengambil perhiasan perak seorang Pendeta, dan pendeta tersebut membiarkannya walaupun tertangkap basah, ada satu pesan untuk dijadikan kebaikan barangnya itu, suatu hari pencuri tsb menjadi seorang walikota dan banyak beramala dan berbuat baik bagi orang banyak..” Nyambung gak Om ? 😀 hehe
kalo dilema cinta pernah ngalamin ga om? misalnya mau nya yang itu tapi yang datang yang ini, semuanya baik 🙂
saya sendiri mengalami hal tersebut, tapi saya selalu melihat sisi kenapa orang tersebut sampai terjadi hal seperti itu, jika semata-mata demi kebutuhan keluargany saya berusaha bantu tapi karena hal tersebut karena kelakuan bodoh misalkan hutang karena kartu kredit sedangkan kemampuan bayar tidak ada mungkin saya tidak akan bantu
saya sendiri termasuk tipikal yang rewel masalah uang, menghargai uang itu penting terutama ketika orang yang meminta bantuan benar-benar menggunakan uang pemberian kita untuk kepentingan keluarga bukan untuk yang lain
om… diriku gak comment soale pengalaman dulu yak… mO ngintip pengalaman ajah..kayaknya wejangan dari ibunya mbak Ratna bisa saya contoh..
Pernah saya mengalamai hal yg demikian, seperti apa yg Mas Enha tulis disini.
akhirnya saya dan suami mengambil keputusan utk membicarakan secara terbuka pd mereka, dgn mengatakan, bahwa bukannya kita tdk ingin membantu, kita pasti dan tetap akan membantu tapi tdk dgn cara setiap bulan ” ditagih” seperti ini, kalau ada kita akan transfer, kalaupun tdk ada jangan marah, krn sayapun punya anak yg masih perlu biaya sekolah dan keperluan rumah tangga lainnya.
dan, untuk mengirimi mereka adalah termasuk dana tdk terduga yg bisa ada atau tdk ada, mohon pengertiannya.
akhirnya masalah terselesaikan, dan kamipun tdk merasa terganggu lagi dgn ” tagihan” dr mereka.
dan, alhamdulillah, silaturahimpun tetap berjalan sewajarnya,tanpa ada yg sakit hati.
maaf komennya kepanjangannya, jadi seperti curhat he……..he………..
salam.
Been there!!! malah sering!!!
coba deh om bayangin, kalau aku lagi liburan kerumah mama, tiba2 aja sodara pada dateng padahal kalau aku gak dirumahboro-boro mereka pada jenguk mamaku *kesel kan?* atau ini sering kali aku terima telepn dari om ini atau tante itu nanyain kabar *biasanya gak pernah* ehhh ujung2nya masalah U…bukan gak iklash om, aku tuh suka membantu tapi masak iya mereka begitu dateng kalo ada perlunya aja. kadang udah dikasih besok2 minta lagi…ckckckckc pusing euy…jadi salah satu tips untuk ngakalinnya :
1. mereka minta berapa, aku kasih setengahnya saja dan bilang tolong di pulangin pada waktunya karena duit itu diperlukan untuk sesuatu.
2. kalau memang orangnya dirasa masih mampu sebaiknya gak usah dikasih 😀
galak? bodo amat!!! kecuali sama keluarga yang memang mereka tidak ada dan cukup santun untuk meminta bantuan biasanya aku langsung kasih.
tulisan ini ikut membantu menginspirasi saya buat nulis tentang utang. kisah lengkapnya silahkan baca disini ya :http://universitas-kehidupan.blogspot.com/2010/01/utang.html
makasih om atas tulisan ini:D
kalau kita lagi ada apa salahnya untuk memberi toh yang pasti sesuatu yang kita berikan tidak akan membuat kita jatuh miskin, apalagi orang yang kita bantu adalah sanak saudara kita, bayangkan kalau kita membutuhkan pertolongan siapa lagi yang bisa menolong kita kalau bukan mereka.
siang mas,
saya kan ada tugas dari dosen untuk mencari tahu pengertian dari dilematis,sedangkan saya mencari tahu di goggle ga ketemu juga
kalau boleh saya mau tanya sama mas,tentang pengertian dilematis itu apa yah
dibLz ya
thanks
siang mas mau tanya pengertian dari dilematis apa ya??
heheh pertanyaan yang konyol
tapi saya butuh jawaban ini
di bls ia
thanks
Menurut saya … (entah betul … entah salah )
Dilematis adalah suatu situasi dimana kita dihadapkan pada dua (atau lebih) pilihan …
yang sama-sama punya kelebihan … dan sekaligus sama-sama punya kelemahan juga
dan masing-masing pilihan tersebut mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda … tergantung pilihannya …
Dilematis itu mungkin bahasa awamnya … Situasi Bingung Memilih …
Ibarat pepatah …
Kalau buah ini dimakan … induk jantan mati
Kalau buah ini tidak dimakan … induk betina yang mati
(ya semacam itu lah …)
Salam saya