.
Ini sambungan Postingan saya yang berjudul WORKING GIRLS kemarin (dulu)
Minggu lalu … adalah minggu yang lumayan padat bagi saya … Saya harus melakukan perjalanan dinas ke beberapa kota … di dua pulau yang berbeda … Ke Balikpapan – Samarinda dan Medan.
Rabu, 11 April 2012
Dalam perjalanan pulang saya dari Balikpapan saya menonton film WORKING GIRLS, di Pesawat. Sebuah film dokumenter. Terdiri dari tiga cerita yang berbeda-beda. Dari sutradara yang berbeda pula. Namun ketiganya mempunya benang merah … yaitu semua menceritakan tentang perempuan-perempuan yang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Cerita pertama tentang Ayu Riana si penyanyi dangdut muda belia. Lalu cerita kedua tentang kehidupan di Rombongan Ketoprak dan Cerita ketiga tentang Ulfi yang pulang kampung.
Waktu itu Cerita Ulfi yang pulang kampung, tidak sempat saya tonton sampai habis … karena Pesawat sudah harus landing di Bandara Sukarno Hatta.
Jumát, 13 April 2012
Saya berangkat lagi ke Medan. Menggunakan maskapai penerbangan nasional yang biasa saya gunakan. Saya pergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk meneruskan menonton Cerita ke Tiga yang belum sempat saya tonton tuntas kemarin itu. Saya fast forwardkan film … langsung ke cerita tentang Ulfi.
Ulfi adalah seorang Waria. pengusaha salon. Berasal dari Aceh. Film dokumenter ini menceritakan lika – liku perjalanan Ulfi ketika pulang kampung ke Takengon, Aceh. Merupakan perjuangan tersendiri bagi Ulfi dan keluarganya untuk menghadapi komentar dari masyarakat disekitarnya, mengingat keadaan Ulfi yang waria itu.
Benar seperti apa yang ditulis oleh ibu YSalma di kolom komentar postingan saya yang kemarin itu … Ada satu scene yang sangat menyentuh … dimana Ulfi ketika shalat di musholla mengambil tempat di shaf laki-laki. Ulfi memilih untuk shalat agak menjauh dari jamaah lainnya. Namun para jamaah lelaki yang lain justru tidak sungkan-sungkan memanggil Ulfi … mengajaknya untuk merapat, ikut bersama-sama mendekat satu sama lain … sesuai dengan anjuran syarat sholat berjamaah … yaitu shaf yang lurus dan rapat.
Ulfi pulang kampung tidak hanya sekedar menyambangi kerabat … ibunda dan juga kakak-kakak lelakinya saja. Dia juga sekaligus menggunakan kesempatan pulang kampungnya ini untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada teman-teman Waria di kampung halamannya untuk selalu menjaga diri dan concern terhadap pencegahan HIV – AIDS.
Sekali lagi … mungkin anda semua tidak bisa merasakan dimana letak bagusnya film dokumenter ini, hanya dengan membaca ulasan saya. Terus terang Saya tidak bisa menggambarkannya dengan baik.
Namun jujur saja … seperti yang saya kemukakan kemarin … Saya memuji film ini. Saya rasa ini film dokumenter yang bagus. Saya banyak merenung melihat cerita-cerita dokumenter di film WORKING GIRLS ini … Dan perenungan saya bertambah dalam … ketika menyaksikan cerita ke tiga tentang Ulfi ini … Seroang Waria … yang berjuang untuk membantu keluarganya … dan juga membantu teman-teman senasibnya … untuk concern terhadap masalah pencegahan HIV – AIDS.
Semoga Ulfi … juga Ayu Riana … dan para pemain di Ketoprak keliling itu … bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih baik lagi … dari waktu ke waktu …
“WORKING GIRLS … we love, we strugle, we have dreams … just like you”
Salam saya
.
.
Akhirnya ngga penasaran lagi dgn dokumenter itu ya…
kupikir mau cerita ketemu seseorang di Samarinda hehehe.
Hahaha …
Tau aja kamu EM …
Ya … daftar blogger yang saya temui bertambah satu lagi …
dan bertemunya di lokasi yang jauh pula …
padahal rumah kita berdekatan …
salam saya EM
jelas tau lah… wong langsung mendapat laporan via sms hehehe
dan ternyata mas yang duluan mengenali beliau yah 😀
well, kan memang Anda berdua orang-orang sibuk 😀
(lucu aja ngebayangin jauhhhh bener ketemunya)
teman kita ini memang penasaran banget pengen ketemu adik kelas,
ditanyain beliau lho oom waktu kopdar yg lalu dgn Mbak EM
Ikutan nimbrung … membaca kopdaran tak sengaja di lobby hotel di blog beliau
om sudah menceritakan kembali dengan baik,
aku bisa menangkap pesan mendalam dari film ini.
makasi, om.. 🙂
Ada banyak bagian yang bagus dan indah …
tapi susah banget dideskripsikan dengan kata-kata …
mesti liat sendiri Bundo
salam saya
Bener Om ceritanya, sangat menyentuh sekali ya ..
terkadang di kehidupan nyata juga ada loh..
kaya temennya temenku begitu, kok bisa ya jadi waria, demi menghidupi keluarganya hiks..
Kisah-kisah yang ada di Dokumenter Working Working Girls itu semuanya berdasarkan kisah nyata Nchie …
Dan langsung diperankan oleh yang bersangkutan
salam saya Nchie
wih luar biasa cerita nya om. ulfi cara membantu keluarga dan masi pengen beribadah itu yang salut banget. keren lah postingann ya
Terima kasih Bayu
Haaaaahh…balikpapan?samarinda?kok banjarmasin gk om???hahahaa
Heemmmh bs kok mbayangin filmnya, justru film2 dokumenter ky gitu yg pesan2nya lebih dapet ketimbang film komersil yg kadang jalan critanya aja gk jelas *sotoy nih aq hihihiii 🙂
Nanti kalau saya ke Banjar … saya kasih tau Mrs Priadi deh …
salam saya
jadinya siapa yg kopdar sama om enha kali ini>???
Yang kopdar dengan saya ?
Senior saya ! hehehe
salam saya Pak Neck
beautifull scene..Really…
Awalnya saya mengira..semua orang akan langsung judge dan menjauhkan si waria..ternyata..tidak….
Om, di mana ndapetin film itu..saya ubek2 sama tante google gak nemu-nemu??
**BTW, barangkali punya banyak buku yuk donasikan buat adik2 di SD Tambora..
^^
Saya menonton film tersebut di Pesawat Garuda Indonesia
Saya tidak tau apakah film ini dijual di pasaran atau tidak
Salam saya Pak
perjalanan si Ulfi dan perjuangannya panjang Mas Abdul,
akhirnya menemukan kesadarannya, itu bukan hal mudah lho ( dia memilih untuk shalat di saf laki-laki # itu sebuah pilihan yang dia lakukan, dan itu tidak mudah buat dia).
Mas eHNa sudah menceritakan nya dgn baik sangat 🙂
dan, memang ini dokumenter yg bagus banget ya Mas…
betapa kesulitan hidup, masih bisa membuat seseorang tetap berusaha utk berbagi dgn sesama dan melakukan sesuatu yang luar biasa , seperti apa yg dilakukan oleh Ulfi
salam
blogwalking,,,
salam kenal ya,,,,
cerita nya hebat om !!
dimana ya film dokumenternya….:)
Trimakasih sudah menulis juga ttg cerita ketiga ini Pak.. Hm..benar2 cerita yg membumi ya pak..semoga kedepan banyak lagi film2 yg bagus, tak hanya cerita maupun settingnya, namun juga hikmahnya…
hihiii,, jadi bapak nntn film hanya saat berada di pesawat? 😀
untunglah tak lama susah langsung bisa nonton kelanjutannya
sarat pesan filmnya tapi tak buat bosan ya, mereka orang2 kreatif Dan jenius
betul sekali Om, banyak kehidupan nyata di masyarakat seperti itu,
walapun saya sudah mantengin TV sewaktu promo pembuatannya, membaca postingan Om dari pertama tentang film dokumenter ini tetap membuat mata merebes milis.
aaahh kok maskapai nasional itu rute pnk – cgk gak ada tvnya yak 😦
Hebat sekali Om, fil dokumentar ini langsung diperankan oleh yang bersangkutan ? ……
kenapa filmdokumenter seperti ini tidak tayang di tv ya Om?
ini bisa di tonton dimana ya? kok menarik sekali ya ceritanya… jadi penasaran.
ikut menuhin nih om hihihi pdahal di atas udah ada tuh !! 😛
alhamdulillah akhirnya saya jgua gak penasaran dengan akhir ceritanya ya pah
jadi kepengen nonton film ini, Om… *lha…kapan mabur lagi coba? hehehe…
Saya yakin cerita film dokumenter tersebut amat berkesan bagi Om NH, terbukti sampai ditulis secara berseri…
ommm….
saya jadi pingin nonton…
salam
Saya setuju dengan kalimat penutupnya Om..
Apapun kondisinya, kita setuju dengan semangat dan mimpi-mimpi para working girls itu… 🙂
wah kayanya seru nih film klau noton langsung
Sekilas saya pernah nonton film dokumenter ini di Metro TV. Memang gak sampai selesai, atau cuma teasernya ya. Aku lupa. Tapi tokoh Ulfi ini sangat melekat banget di kepalaku.
salam saya Bos….
Btw, si Bos enak banget ya setiap bepergian selalu naik maskapai yang ada tipinya. Kalau aku sih biasanya naik maskapai warna merah, baik yang merah raja hutan maupun maskapai benua itu. Hik hik….
jadi tambah penasaran malah Oom..
coba dijual DVD nya ya oom,, hehe
sama kayak mbak Iyha…jd tambah penasaran nech pengen lihat filmnya….
alohaaaaaaaaaaa inyiakk
apa kbar,
udah lama gak main kemari,,
cerita working girls ini juga pernah di bahas di kick andy
ulfinya jadi bintang tamu,,
sekarang si ulfi jadi aktivis kan, memberikan penyuluhan kepada para waria.
waktu itu si ulfi pernah bilang gini ..
“waria itu bukan sampah masyarakat,, mereka punya hak untuk bekerja di kantoran, jadi pegawai negeri , sayang nya itu sulit menjadi nyata, masyarakat kita sibuk melakukan judgement , tidak menerima kehadiran mereka, dan berakhir lah mereka menjadi penjaja seks, kerja di salon,ataupun jadi obyek lawakan
Jadi penasaran. Nyari di google ahh..
Jika mereka itu muslim seharusnya mengetahui bahwa laki-laki yang berdandan menyerupai wanita dilarang oom. Tapi ya begitulah dunia.
Salam hangat dari Surabaya.
mungkin ada sebagian yang menjadi seorang waria itu bukanlah hal yg diinginkannya juga
tapi takdir mungkin menjadikannya seperti itu
memang seharus’y kalo muslim dilarang brdandan menyerupai wanita.. itu bukan takdir, itu bisa dirubah asal ada keinginan yg kuat