(Masih sedikit berhubungan dengan postingan sebelumnya)
—
Tahun 1990 …
Saya pertama kali masuk sebagai “Management Trainee” di perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini.
So … Menu 3 bulan pertama adalah hanya … Training-Training dan Training …
Mata pelajarannya hanya ada 3 … Tentang Management … tentang Computer dan … Bahasa Inggris …
(FYI : Dulu komputer masih sebuah barang yang mewah sangat … jadi harus dipelajari khusus).
Yang akan saya soroti adalah tentang Mata pelajaran ”ENGLISH”
Disana kita di latih untuk bisa bicara cas-cus ngah-ngoh dalam bahasa Inggris … macam kursus Inggris lah …
Salah satu pokok bahasannya adalah … ”Bagaimana bercakap-cakap dalam suatu forum profesional dengan memakai bahasa Inggris … ”
Entah di pertemuan, di Airport, pada jamuan makan malam, saat jamuan makan siang bisnis dan peristiwa sosial lainnya.
Ada satu pelajaran yang sampai saat ini masih membekas dihati saya …!!!
Waktu itu Instruktur Mentor Bhuwley yang mengajar English mengatakan bahwa …
”Jangan sekali-kali berbicara mengenai MUSIK, jika anda bercakap-cakap dengan orang lain dikesempatan-kesempatan seperti itu”
WHAT !!!
Tentu saya terkesiap … meradang … Sebagai orang yang senang musik … tentu saya merasa terusik dengan pernyataan Mister Bhuwley tersebut … Mengapa kita kok ndak boleh bicara Musik … ? ketika jamuan makan malam bisnis, saat snack break, Lunch atau bertemu seseorang di Airport … dsb …
Dan apa jawabannya … ???
Kata Mister Bhuwley tersebut :
”Itu kekanak-kanak-an dan … kita akan terlihat … Tidak Profesional … !!!”
Cep klakep … saya ndak bisa ngomong apa-apa lagi waktu itu … Namun bathin saya tetap terus kepikiran …
Masak iya sih … Bicara mengenai Musik itu terlihat kekanak-kanakan dan tidak proffesional … ???
Masalahnya … hanya bidang itulah yang bisa saya kuasai … mau bicara politik ndak ngerti, mau bicara sosial ndak nguasai … mau bicara ekonomi pun sami mawon …
So akhirnya dalam kesempatan-kesempatan jamuan resmi makan malam, atau bertemu seseorang di Airport … atau saat ada training entah di dalam maupun di luar negeri … saya lebih memilih sebagai pendengar saja … (ja-im mode on …)(takut salah soalnya …)
And yes bisa dikatakan … pada saat-saat forum resmi seperti itu … Jamuan Makan malam, Bussiness Lunch, Menjadi peserta Training, atau juga bertemu seseorang yang baru ditempat-tempat tertentu …
Saya merasa …
Saya bukanlah “Saya” …
Saya hanya berpura-pura menjadi “Saya”
Sesungguhnya …
Saya menjadi “orang yang lain” saat itu …
Dan itu menyiksa sangat !!!
What Do You Think ???
.
.
Itu sebabnya …
Saya rada tidak begitu comfortable kalau mendapatkan undangan Makan Malam Bisnis, Bussiness Lunch atau yang sejenisnya …
And yes … saya banyak menolaknya …
dengan berbagai macam alasan …
Baca dua tiga kali lagi …
Bah … Trainer bicara sok filosofis …!!!
PRETTTT !!!
santai om…
nanti saya temeni di denpasar yah…
okeee
Hayuuuuu …
Sapa takut … !
🙂 🙂
So …
Dal, Bro, Budiuy, Decent … kita siapin session foto resmi blogger tiga tangan ya
ok bro ….
by jabon
wah mosok gitu sih..
musik kan bahasa universal, so bisa digunakan seluas-luasnya menurutku… gak tahu deh kalo dianggap tdk profesial
salam saya,
Yang benar maksudnya mungkin …
harus dilihat situasi dan kondisinya …
Saya juga baru tahu kalau ada hal seperti itu Pak. Ada teman orang Indonesia yg terbiasa banyak senyum pada berbagai kesempatan. Nah, waktu di Jerman dia dikasih tahu supaya lebih sering pasang wajah serius. Katanya di sana banyak senyum apalagi cengengesan dianggap kurang serieuse Pak … waduh … 🙂
Jangan pasang wajah cengengesan ? hahahaha …
Eh tapi ya mungkin aja ada benarnya ya PAk …
mungkin … hehe he he heh
sabar ya Mas…. 😆
tapi kalau di rumah kan bebas sebebas-bebasnya… sampai orgennya di kelonin 😆 ,what do you tink ❓
hahaha …
dikelonin sih tidak …
tapi kalau dibelai-belai tiap jam … naaaahhh itu mungkin bener …
hahahaha
Oww…, saya baru tahu…
But in the other hand, beberapa olah raga tertentu kalau dibicarakan malah kyaknya bs menaikkan gengsi ya, Om. Beberapa negosiasi bisnis kantor saya lancar dilakukan di lapangan Golf tuh, setelah rekan dan klien tahu kalau atasan saya gila Golf…
Yup …
Begitulah … kalo giliran ngomong Golep … Formula One … dan yang sejenisnya … beeeuuuhhh serasa bonapit sangat …
Aih anggota DPR aja melakukan tawar menawar di diskotek sekarang mah. Trend sepertinya sudah berubah, Om… 😀
Hahaha …
kalo itu … no comment !
aku malah baru denger nih…kayaknya dulu waktu kuliah nggak ada deh “teori” bahwa pembicaraan tentang musik bisa dianggap tidak profesional…
iya …
ini mungkin teori bikinan si mister bhuwley
Yang betul mungkin adalah …
jika berbicara pada forum tersebut … harus melihat dulu target lawan bicara kita …
itu mungkin yang benar
Instruktur Mentor Bhuwley pasti tidak suka musik deh. Coba kalau bicara musik classic/opera pasti kelihatan profesional, krn di Inggris mainannya kan gitu –setara dengan golf.
EM
Sepertinya begitu EM …
Dia tak suka musik …
Dan tau ndak EM … selera berpakaiannya juga nggak banget …
Celana panjang kotak-kotak warna coklat … baju krem … dasinya bunga-bunga … ini pakaian kebangsaannya ..
hahaha
mungkin hanya pada tempat waktu dan posisi yang kurang tepat hahahah
berkunjung n ditunggu kunjungan balik makasih
HHmmm …
Ya … kalau dikaji dengan tenang …
mungkin yang dimaksud Mr Bhuwley itu … kita harus lihat situasinya …
ha mosok membicarakan musik terdengar tidak profesional Opa? gimana kalo pas lagi memang pembicaraan santai?
lah kantor saya punya partner dari Italy yang tiap kali ngobrol sama sayah, kita selalu menyelipkan pembicaraan soal musik, karena beliau dulu mantan DJ sebelum akhirnya memutuskan menerukan usaha kakeknya. Dan itu sama sekali tidak terdengar tidak professional. Lah wong obrolan sambil dinner atau lunch bareng kok…
aih sama bingungnya nih eike, Opa.. Soalnya kalo memang itu tidak professional, kok ya hubungan kami dengan si partner Italy itu masih berjalan lancar dan mulus ya…
Itu lah …
dibeberapa kesempatan … hal ini malah justru bisa mempererat persahabatan jeh
but saya setuju …
harus kita lihat dulu siapa lawan bicara kita
oh ya? baru tau… swear dech!
saya juga dulu itu baru tau …
dulu saya pernah diajarin oleh perusahaan dengan yang namanya “chenography”(kalo gak salah nulis) alias kita berperan, berkata kata, bertingkah laku disesuaikan dengan jabatan kita. kalo sudah dirumah, itu mah urusan masing2.
hhmmm …
sepertinya perlu dipelajari nih
the do and the don’ts nya
Mentor Bhuwley kudu ngedengerin om NH main piano dulu kaya’nya.
Huh! enak saja bilang musik itu kekanak-kanakan, kasian banget nasibnya dia 😈
huahahhaa …
Setelah mendengarkan aku main mungkin malah beranggapan
Musik itu identik dengan panti wreda … jangan-jangan
coba aja klo ada yg berani bilang begitu, berhadapan dulu dengan aku..!
**panti wreda, ngekek dulu ahh..
Masa’ sih??wah..sy br denger tuh hehe.. sy jg ska musik pdhal.. Mksih ats infonya
info ini harus diklarifikasi kebenarannya …
Pendapat Doktorandus Bhuwley itu juga perlu di teliti kebenarannya
lah kalo kayak saya gini yg kerja di bidang entertainment dan musik ,masak gak ngomongin musik?hihihi….
baru tau kalo si om juga suka musik:D
Itu laaahhh … saya juga heran jeh
mungkin si mister musik hanya sebagai hiburan aja tuh. musik juga sebuah karya yang gak semestinya dianggap rendah gitu…
wah.. gak setuju…
dari pada ngomongin cuaca? hiiih..malah basa basi bgt ya..
atau bahkan mungkin dia benci Musik ?
🙂
ada 3×3 di sini:
1. tiga bulan training
2. tiga materi; managemen, komputer, bahasa inggris
3. tiga kali juga: training, training, dan training..
hehehe… 😀
hmmm… pengajaran si mister kudu dikritisi tuh. kalau jaman sekarang, pasti dah didemo mahasiswa, hehehe… 🙂
pembicaraan mengenai segala yang formal dapat dimulai dengan sesuatu yang ringan dulu, termasuk musik. kayaknya si mister kudu ditraining lagi tuh Om, selama tiga bulan dengan materi: musik, musik dan musik… 😀
setuju…? have a nice week end Om 😀
menurut mereka yang ringan itu mungkin ..
masalah cuaca … lalu lintas dan yang sejenisnya
wah, masak sih?
bukannya musik justru adalah bahasa universal.
justru dgn membicarakan hal yg kita kuasai,kita akan lebih pede dan informatif.
bulenya kudu belajar lagi mungkin, tentang ” how to start talking to comfort your self and others” ada tuh buku karangannya Daniel H. Pink isinya salah satunya justru bicara ttg musik.
salam.
hehehe …
asumsi saya … mister Bhuwley ini pernah ditolak cintanya oleh seorang penyanyi
dia mungkin jadi benci musik
Wah, kalo kita merasa jadi bukan diri kita, pasti nggak nyaman banget rasanya ya… tapi sayang banget melewatkan makan2 gratisnya
Mungkin tuh bapak khawatir lawan bicara nggak mudeng dengan pembicaraan tentang musik?? mungkin 🙂
Oiya, blog trainer udah saya tempel di blog saya ya Om…
Insya Allah bakal sering mampir 🙂
Salam dari kakaakin di http://try2bcoolnsmart.wordpress.com/
Terima kasih Kakaakin
blog nya kakaakin juga saya sudah masukkan kedalam Blogroll saya
please lihat di The Girls cabaret
pasti gak nyaman banget menjadi bukan diri sendiri, tapi om trainer bisa mengatasinya. dan baru denger ada etiket yang melarang pembicaraan soal musik saat lobby atau negosiasi loh….
Ya mamah Aline …
memang tersiksa sekali jika kita harus jaim sepanjang waktu
Hahaha…
Nggak boleh bicara musik….
dan seperti kata pak Hendra, ga boleh cengengesan?
Karena saya di Perbankan, bahasanya memang khusus pak….jadi ya mesti banyak baca koran, negrti makro dan mikro ekonomi…jadi kalau namanya mau…lunch…dinner dengan embel2nya kita cari tahu dulu, siapa yang akan datang, apa latar belakangnya, supaya siap2 biar obrolannya nyambung….
Hmm, tapi biasanya awal2 kan cuma mendampingi bos, terus bertahap dilatih…lama-lama biasa, dan ganti melatih bawahan lagi
mungkin kalo bicara mengenai musik …
termasuk kategori cengengesan ya BU …
but saya setuju … kita harus banyak membaca mass media
supaya kita ndak plonga-plongo
wah aku juga ga suka tuh model orang yg meng”judge” saklek kaya itu…
hehehe …
saya malah baru tahu om… tapi IMHO, apa bedanya dengan orang yang mendiskusikan olahraga kesukaannya dengan partner bisnis? orang kan bisa juga mencap kekanak-kanakan kalau mau. kalau menurut saya sih terserah….
itulah …
kalo bocara golep … (berikut caddy nya itu)
kok ndak dibilang kekanak-kanakan …
ini namanya kan diskriminatif
A lot of different persons get know the basic keys of comparison contrast essay composing, however this does not mean they can compose superior quality essays, but a media essay service would assist to write the comparison contrast essay of great quality and improve writing skillfulness of students.
Berarti belum ada pembuktian terbalik atas Teorinya si Mentor Bhuwley itu Om…?
hahahaha …
Assalamu alaikum Wr wb.
Sahabatku tercinta,
Saya berkunjung untuk memperkokoh tali silaturahmi sambil membawa setangkai bunga tanda cinta dengan lilitan pita berwarna oranye berisi sebuah doa semoga sahabatku dalam keadaan sehat wal-afiat. Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rhmad,hidayat dan karunia-Nya kepada sahabatku beserta orang-orang tercinta.
Demikian pula doa dan harapan saya semoga kesuksesan,kesejahteraan, rejeki yang halal dan barokah serta kebahagiaan yang hakiki yang ditopang oleh keimanan dan ketaqwaan yang kokoh-kuat dicurahkan Allah Swt kepada anda sekeluarga.
Bersama saya ikut juga si Bening, sebuah blog baru yang nuansanya berbeda dengan blog-blog saya yang lain. Sebagai new baby, si Bening masih memerlukan saran dan kritik yang membangun dari para senior agar blog cantik itu segera bisa berjalan bersama blog yang lain sambil tersenyum.
Terima kasih sahabatku.
Salam hangat dari Surabaya
terima kasih pak de
saya akan berkunjung ke Bening …
Masak iya sih Om? Belom pernah dicoba ya Om, siapa tau ada orang2 seperti Om Trainer yg merasa tersiksa krn ga bs jd diri sndr dlm perjamuan itu, jangan2 ada dua-tiga orang yg sbnrnya juga pengen ngmgin musik tp hrs ditahan2 krn jaim? Hehehe..
hahaha …
so judulnya jaim-jaiman …
mangkanya saya paling benci jamuan bisnis
penuh kepura-puraan
Lha kalo sedang bicara sama partner bisnis yg kebetulan ada di bidang musik, gimana dong…?? 😀
itulah mas …
saya juga gumun jeh …
kalo ngomongin anak-anak gimana ya? hehehe…
wah.. saya belum mengerti dunia profesional pak.
Kalo bicara perkembangan sains umum dan teknologi, saya ayo aja pak 😀
Politik ? sedikit memperhatikanlah. Ekonomi ? Ya… agak ngerti sedikit. Sosial? oke aja.. tapi agak males ngomongin itu.
Musik.., ini saya malah cenderung gak ngerti apa-apa 🙄
Hhmm…About talking with professional or talking with the professional way,,,, SAaya belum ada pengalamnnya Om , Lha wong temennya masih sama anak2 SMA and kuliahan ajah he he he…
Salam semangat selalu dari Bocahbancar
Trus sekarang om nh masih ikutin itu nasehat ???
kalau liat gaya pakaiannya dia cuma kenal musik dangdut tuh…. hehehe
olala..postingan mas EnHa udah bejibun..makngah ngomen yang mana dulu ya ?
jadi speechless nih bro
postingan abanganda
selalu memikat,
walau ringan….
tapi enak dibaca dan perlu
padahal topik pembicaraan yang paling asyik kan kalau yang klik sama kesenangan dan ketertarikan kita ya, om.
kebayang deh betapa tersiksanya.
ah, menurut saya si bhuwley itu mah kelewatan. tidak ada bahasa yang lebih universal dibandingkan musik!
ntar ketemu saya aja, om. trus kita bicara soal blog. abis saya juga gak menguasai musik. hehe.
padahal topik pembicaraan yang paling asyik kan kalau yang klik sama kesenangan dan ketertarikan kita ya, om.
kebayang deh betapa tersiksanya.
ah, menurut saya si bhuwley itu mah kelewatan. tidak ada bahasa yang lebih universal dibandingkan musik!
ntar ketemu saya aja, om. trus kita bicara soal blog. abis saya juga gak menguasai musik. hehe.
*ini komen ulangan, takut yang sebelumnya ketangkap akismet atau hilang gak tau rimbanya*
pertemuan bisnis identik dengan serba formal, sedang musik identik dengan suasana santai, jadi mungkin itulah alasan yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.
memang paling ngga enak terperangkap dalam suasana super formal yang membelenggu dan menyiksa, segala tingkah laku dan tutur kata diatur sedemikian rupa bahkan detak jantungpun jadi teratur dengan sendirinya. padahal kalau boleh jujur, 99% orang yang terlibat di dalamnya tidak menyukai suasana formal seperti itu, penuh dengan kepura2an, hehehe…
salam hangat
Jadi inget saat nonton pertunjukan Al Jerreau dan El Divo langsung pulang dari kantor (masih pakai jas, tapi lepas dasi) beberapa saat yang lalu disana ketemu dengan buanyaaaak sekali teman2 dari kalangan profesional (tua, muda).
Kalau nonton Bon Jovi, atau lebih2 Metalica (sambil was2 apa akan kerusuhan atau gak ya??) emang isinya lebih banyak anak muda, santai, casual, dan kelompok2 bertatoo.. dan sejenisnya.
Trus.. apa emang harus terdikotomi seperti itu?? Apalagi gak boleh ngomongin musik sama sekali. Menurutku sih sah2 aja ngomongin musik di kalangan profesional. Walaupun kalau lagi serius bicarain saham yang lagi naik trendnya, trus tiba2 ada yg bicarain musik dangdut dgn goyang ngebor atau patah2, sepertinya emang gak nyambung blas (walau bukan berarti aku anti musik dangdut)…
Udah akh.. kepanjangan komen-nya.. Kerasin lagu “Its My Life” Bon Jovi lagi… biar SEMANGAT..!! 🙂
ngomongin musik jd pantangan, tp ngomongin bagaimana reparasi atau angkat2 piano boleh dong he..he..
**saya baru tahu klo ada aturan itu 🙂
Mm…kok bisa ya Om, music di bilang gak profesional? itu kan cuma salah satu cara mendekatkan diri? ada-ada aja…
Harusnya be your self aja om…kan udah aku tulis tuh di postinganku…hehehehehe 😀
baru tahu klo aturan itu… masak iya si..?
wah sangat keren … saya harus bisa … by darul amanah