karsini # 26 : RUANG PEMBANTAIAN


.

Ini karsini nomer 26.  Karya kiriman dari seorang penulis tamu.

Jujur saya merasa senang karena dia mau mengirim tulisannya ke tempat saya.  Terus terang kami baru saja berinteraksi di alam maya sejak tahun lalu.

So … simak karya berikut … dan tebak siapa penulisnya …
(Jika disimak isi tulisannya … ini pasti anak muda … hehehe)

————–

Ruang Pembantaian

Aku mengecek lagi power point yang sudah aku susun sejak beberapa minggu yang lalu, sampai aku hafal betul tiap kata yang ada didalamnya. Lalu kusiapkan alat peraga yang sudah kubuat. Hmm, aku sedikit cemas karena alat peraga itu sering kali tidak bekerja dengan baik. Tak berapa lama, empat orang lelaki memasuki ruangan, lalu duduk di kursi yang disediakan, siap menjadi pengadil. Jantungku berdegup semakin kencang. Aku berusaha tetap tenang, meskipun keringat dingin mulai keluar.

Lalu, salah seorang diantara mereka, yang sepertinya sudah ditunjuk untuk menjadi moderator, memberikan beberapa patah kata pembuka, setelah itu, dia mempersilahkanku untuk presentasi. Aku mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri sebelum memulai presentasi.

“Pembantaian dimulai…” kataku dalam hati.

Slide demi slide tampil bergantian. Karena terlalu tegang, beberapa kali aku justru lupa beberapa materi yang semestinya tidak terlalu rumit. Meski tidak terlalu lancar, akhirnya bagian pertama sudah berlalu.

Sebelum memulai sesi tanya jawab , aku harus mendemonstrasikan alat yang sudah aku buat.  Dengan harap-harap cemas aku mulai menjalankan alat peraga.

 “mohon kerjasamanya ya say.” Kataku dalam hati ke alat itu . Alat itu memulai kerjanya dengan baik. Hatiku pun sedikit lega. Ketika mendekati akhir-akhir demo, apa yang kukhawatirkan terjadi, alat itu ngadat.

“Mati aku…” kataku dalam hati. Sekilas lalu kuamati keempat penguji yang sedang memperhatikan itu, mereka hanya senyum-senyum saja. Demopun terpaksa berakhir ditengah jalan.

Ketika acara inti akan dimulai, aku menggigit bibir bawahku, tanda kecemasan makin memuncak. Apalagi demonya tidak lancar. Dan benar saja, pertanyaan demi pertanyaan mengalir, menghujam diriku di ruang pembantaian itu. Beberapa bisa kujawab dengan baik, tetapi ada juga yang cukup sulit untuk dijawab. Kadang-kadang aku beraksi seolah-olah sedang berpikir, padahal tidak tahu sama sekali mau menjawab bagaimana. Kadang-kadang aku hanya bisa senyum-senyum saja, berharap mereka mau memberikan sedikit keringanan. Keringat dingin pun bercucuran. Dengan susah payah, akhirnya sesi itu selesai juga. Setelah itu, mereka mempersilahkanku menunggu diluar, sementara mereka merundingkan hasilnya.

Diluar ruangan aku tidak bisa duduk dengan tenang. Tanganku  mengetuk-ngetuk pinggiran kursi. Sebentar kemudian aku berdiri, lalu mondar-mandir di depan pintu. Berulang kali aku menoleh ke pintu itu, belum juga ada tanda-tanda akan dibuka. Waktu sepertinya enggan bergerak. Aku berusaha menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Setelah menunggu lama, menurutku saat itu, pintupun di buka dan aku di minta masuk ke ruangan. Kulihat mereka hanya senyam-senyum saja. Aku jadi merasa semakin gelisah.

“Jangan-jangan … “ ah segera ku buang jauh-jauh pemikiran itu. Toh hasil resminya belum dikasih tahu. Lelaki yang memanggilku masuk tadi mengambil kertas di atas meja, lalu mendatangiku. 

 “Setelah kami berdiskusi, maka saudara kami nyatakan lulus.” Demi mendengar kata lulus, hatiku girang bukan main.  Lelaki itu memberiku selamat, diikuti oleh yang lainnya.

“Akhirnya…” kataku dalam hati.

“Perjuangan selama enam tahun tidaklah sia-sia. ” Aku hanya mengangguk-angguk saja ketika mereka memberikan daftar yang harus aku revisi untuk laporan skripsi. Yang penting, sudah dinyatakan lulus, urusan revisi belakangan deh …  🙂

———————-

KARYA SIAPA INI … ???

 

.

 

 

STOP PRESS
Saatnya saya membuka jati diri penulis tamu
Ini adalah karya HINDRIANTO PURNOMO
Jika saya mengamati blognya …
Sepertinya Hindri sedang melanjutkan pendidikannya di Taiwan
Hindri selalu membahasakan avatar dirinya sebagai “wong cilik”
Blognya bertajuk … DIRELUNG HATI

 

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

35 tanggapan untuk “karsini # 26 : RUANG PEMBANTAIAN”

  1. gak tahu karya siapa oom. tapi ini adalah karya yang bikin bulu kuduk merindiing. why? why?
    karena eh karenaaaa.. aku jadi ikut membayangkan ‘rasanya’, gemanah menghadapi ruang pembantaian itu. karena dalam waktu dekat aku bakal ngalaminnya.

    huaaah…jadi deg2an bacah ini

  2. Puji Tuhan… Selamat ya sudah lulus.. Tadi waktu baca judulnya, bayanganku adl darah-darah… Hiiiyyy….hampir saja ku-skip. 😀 Tapi begitu baca kalimat pertama: power point, jadi lega…ini bukan pembantaian yg berdarah-darah itu… Hehe…

    Baca ini jadi ingat jaman ujian skripsi dulu. Waktu ada pertanyaan dari penguji 1 yang aku gk bisa jawab, penguji 2 memberi pertanyaan yg sebenarnya memberiku klu. Akhirnya bs jawab pertanyaan dari penguji 1. Seusai ujian, langsung disodori info lowongan pekerjaan dari penguji 2 (yg kebetulan adl kaprodi) dan ditanting: ‘kalau cpt selesaikan revisi, bisa yudisium bulan ini, bs daftar di sini’. Tertantang dong saya, lalu……. (kubikin postingan sendiri aja ya, hehe…)

          1. Wah, kirain mau diadain kuis je Om.. Hehe…

            Sama-sama, Om.. Kebetulan saja tulisan ‘nomer 26’-nya ada di bawah judul dan diwarna biru, jadi langsung kelihatan.

            Kalau boleh nebak, penulisnya laki-laki (‘saudara’ dinyatakan lulus) dari jurusan teknik (demo alat yang sudah dibuat). Dan alat peraga itu semacam robot (ngadat di tengah demo).. 🙂
            Sepertinya ini teman saya. Tapi ndak tau ding, nunggu stop press dari Om Nh saja. 🙂

            1. hihi…ternyata benar 😛
              soalnya dia pernah bilang kalau dia ngirimkan karya ke karsini..
              sempat deg2an bakal ditayangin gk, secara (ngakunya) newbie… 😛

              mas Hind, kenal kan aku 😉

  3. Ruang Pembantaian,,,? Haha keren istilahnya…
    Meski saya sudah melewati kondisi itu dalam setiap strata, tapi sensasi ketegangannya tetap ada dengan tingkat yang berbeda. Namun, kelegaan yang luar biasa setelah proses itu dilalui sungguh dahsyat.. 🙂

    Etapi, saya juga sudah beberapa kali jadi “pembantai” lho… Kata mahasiswa yang pernah saya “bantai”, saya lumayan sadis, hahaha… 😀

    Btw, ini tulisan siapa ya? Hmm… nyari pangsit, eh wangsit dulu ya Om.. 😀

  4. ah…jadi ingat lagi rasa2 saat itu….dan tentu saja kejadian yg menyusul sesudah pernyataan lulus itu : langsung ditarik ke taman rame2…dan diguyur air! hehe…kenangan manis…
    oya…selamat ya utk kelulusannya… 🙂

  5. Waduh, clueless nih Om, siapa ya… Putri Jasmine sptnya ga pake alat peraga segala, sebentar cari petunjuk dulu Om *ceritanya blom mau nyerah* he he

  6. hohohoho…
    ternyata buanyak buanget yang ngirim naskah di mari, dari yang baru ampe yang senior keknya ada semua, hmmm sukses Kek perhelatannya… 🙂

    menikmati satu per satu naskah kirimannya sambil nebak2 yang gak akan tertebak 😀

    sungkem 🙂

  7. Uda Vizon deh

    Ujian, apapun bentuknya pasti mendatangkan kegelisahan dan deg-degan.
    Lapangan HR (Halang Rintangan) di kampus Magelang itu jika dilintasi dengan lari memakan waktu sekitar 10 menit, mulai dari pagar pendek,dinding potlot,dinding tegak, ayunan, rintangan duri, ayunan tali, dll.
    Tetapi kalau ujian, rasanya kok kayak mau BAK, BAB ya oom. Ha ha ha ha.

    Salam hangat dari Surabaya

any comments sodara-sodara ?