AMPLOP PERNIKAHAN


amplop
(bikin sendiri pake power point)

Zaman sekarang, jika kita diundang untuk datang ke suatu pesta perkawinan, maka yang biasanya kita persiapkan adalah sejumlah uang sebagai “tanda cinta”.  Uang tersebut kita masukkan ke dalam amplop.  Amplop tersebut akan kita berikan kepada mempelai dan/atau keluarganya.

Ternyata setelah saya perhatikan, untuk urusan “amplop-mengamplopi” ini, lokasi “penyemplungannya” ada beberapa macam.  Paling tidak ada TIGA tipe lokasi “penyemplungan” yang berbeda-beda.

Lokasi  1 : di meja penerima tamu
Ini adalah lokasi penyemplungan amplop yang paling sering saya temui.  Tamu datang, lalu menulis namanya di buku tamu (semacam buku absen gitu).  Kemudian amplop tersebut kita “cemplungkan” ke dalam tempat yang disediakan.  Bentuknya seperti kotak biasa.  Ada pula yang bentuknya seperti bis surat.  Kadang ada pula yang dihias cantik, senada dengan nuansa warna thema dekorasi pernikahan.

Yang agak unik adalah saya pernah menemukan kotak amplop yang berpasangan.  Berjejer dua sekaligus. Kotak pertama ada tulisan berbunyi : “Untuk Orang Tua mempelai”.  Kotak ke dua bertuliskan : “Untuk mempelai”.  Tamu dipersilahkan untuk memasukkan amplop ke salah satu dari kedua kotak tersebut, sesuai niatnya mau memberikan kepada siapa.  (mau “ngamplopin” dua-duanya juga tidak dilarang … hehehe)

Lokasi 2 : di sebelah pelaminan
Lokasi lainnya adalah kotak amplop di tempatkan di sebelah pelaminan.  Bisa juga disebar beberapa tempat yang strategis di seputar ruangan.  (tentu saja lokasi ini diawasi betul oleh keluarga).  Sengaja di meja penerima tamu depan, tidak disediakan kotak amplop.  Para tamu dipersilahkan untuk memasukkan amplop langsung di sebelah pelaminan.  Atau di tempat yang telah ditentukan di dalam.  (Saya tidak tau alasannya, mengapa kok mesti diletakkan di dekat pelaminan.  Mungkin salah satunya, untuk alasan keamanan)

Mekanisme 3 : direct contact
Maksudnya adalah amplop diserahkan langsung.  “Salam tempel”.  Bisa diserahkan langsung ke mempelai.  Ada juga yang diserahkan langsung kepada orang tua mempelai.  Terutama orang tua mempelai perempuan.  Istilahnya orang tua yang punya “gawe”.  Di beberapa adat perkawinan, memang pihak perempuanlah yang bertindak sebagai tuan rumah dari perhelatan perkawinan tersebut.

Menarik untuk dicermati, bahwa ternyata urusan amplop mengamplopi ini targetnya bisa ada dua macam sasaran.  Sasaran pertama “untuk mempelai”, sasaran kedua adalah “untuk orang tua mempelai” (wanita).  Saya berasumsi bahwa di beberapa tempat, adalah hal yang lumrah jika pihak orang tua juga mengharapkan bantuan dari para tamu yang datang untuk meringankan beban biaya pernikahan ini.  Yang memberikan amplop ke pihak orang tua biasanya adalah keluarga dekat, teman-teman atau tetangga kiri kanan ayah – ibu mempelai.   Sementara kolega, teman kerja, teman sekolah, kenalan kedua mempelai biasanya memberikan langsung kepada mempelai.

Jadi demikianlah …
Ternyata untuk urusan amplop mengamplopi ini, lokasi “penyemplungannya” ada tiga macam.  Yaitu di meja penerima tamu, di sebelah pelaminan atau di “salam tempel” kan langsung.

Dan dari segi sasarannya, sasaran pengamplopan itu ada dua jenis … yaitu untuk “orang tua mempelai (wanita)” dan untuk “mempelai” itu sendiri.

Bagaimana menurut pengalaman pembaca ?
Baik pengalaman sebagai penyelenggara ? mempelai ? …
Atau pengalaman sebagai tamu yang diundang ?
Cerita ya  …

 Salam saya

71071D338183D7765E8404E3E942AEC9.

.

.

.

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

98 tanggapan untuk “AMPLOP PERNIKAHAN”

  1. saya sepertinya hanya mengalami yang nomer satu saja Mas, ketika menikahkan anak sulung, juga ketika menjadi tamu undangan.

    dan, ketika jaman baheula jadi mempelai , malah gak terima amplop , karena tanda cinta para tetamu berupa kado berbagai macam keperluan rumah tangga 🙂
    Salam

  2. Tiga titik pencemplungan itu pernah saya saksikan juga, Om. Kalau saya kenal mempelai, biasanya langsung salam tempel, biar kelihatan bahwa porsi yang saya embat sepadan dengan bentuk amplop, ahaha. Tapi yang lebih sering saya memasukkan amplop di meja penerima tamu. Kirain tadi mau bahas jumlah isi amplop hehe 😀

  3. ada juga Om yg di undangannya dicoret amplop, dicoret bunga, dicoret kado… berarti tamu nggak diharapkan membawa apa2 yah.. bawa diri aja… 😀

    pernah jg dlu saya mau masukin amplop di penerima tamu, oleh penerima tamunya ditempeli sticker nomor… yaaaa rasanya saya gmanaaa gtu.. hehe.. padahal di amplopnya sy sudah tulis nama dan do’a2 utk mempelai…

    mekanisme kayak begini bikin ribet yah Om? jaman Rasulullah spt apa dulu ya kadang sy bertanya2…

  4. Halo Om!!! ^_^
    Daku belom pernah nemu yang nomor 2. Unik ya. Hihihihihihihi….
    Ada satu lagi Om, kalo di budaya kami. Pai-pai/sungkem ke keluarga yang dituakan, kasih teh/wine (banyaakn si bukan wine beneran, tp fanta merah) 1 sloki kecil, sebagai balasannya dikasi angpao atau perhiasan emas. Hehehehehehehe… biasanya dilakukan waktu temu manten atau pada waktu resepsi.

  5. Tempat penyemplungan kadang berupa gentong jg ya Om hihihi. Saya malah lupa waktu nikah dulu si urusan amplop ini tempatnya diletakkan dimana..

  6. yang nomer 2 saya belum pernah nemuin om…kalau yang no 1 dan 3 sering bangett, apalagi kalau didesa salam tempel masih jalan om.

    Seperti pengalaman mbak Lyliana Thia, saya juga tuh ngalamin. Di undangan sudah ada kartu yang harus diisi nama dan alamat sebagai pengganti kartu nama, eh sampai ditempat resepsi masih disuruh ngisi absen dan amplopnya sitempelin nomer absen…ribet banget kan. Saya pernah menolaknya, tapi kata sipenerima tamu harus nulis, karena katanya untuk kenang-kenangan. ealah…apa gunanya coba sudah bikin kartu sebagai ganti buku tamu. Tidak efektif banget. Ngabis-abisin kertas saja. ehhh malah curcol disini….maaf ya om.

  7. Saya pernah yang pertama Om. Saat itu pernikahan sahabat saya sendiri. Itu juga baru pertama kalinya menyerahkan amplop pernikahan dan sampai sekarang (sementara) ini masih yang terakhir, belum pernah lagi, hihi. Dulunya masih usia agak muda, pakai “kado” istilah kami nyebutnya Om. Biasanya tetangga, atau teman yang seuisia saya. Jadi berupa benda yang dibungkus dengan kertas kado, tidak menggunakan amplop (lebih ke tamu dewasa)..

  8. Ada satu lagi om…. khusus di kampung saya, pariaman. Isi amplop di kumpulkan diatas pentas pd malam hari setelah acara pesta pernikahan.. bagi tamu yg dtg terlambat dan warga terdekat dr lokasi pesta memberikan amplop nya ke pentas lalu isinya diumumkan lewat pengeras suara. Orang sana menyebutnya dengan badantam.

  9. Saya pernah nemu nomor 4 nih Om NH, itu pas liputan akad nikah dan resepsi di Indramayu, dan di desanya bukan di kota. Tamu datang bisa kapan saja, dan sesudah akad mempelai di pelaminan. Nah itu tamu pas datang, yang orang sana pasti bawa beras dan dicatat tuh .. Buat pulangnya ada bekel bungkusan juga. Nah uniknya untuk amplop dan kotaknya disediakan secara mandiri tak jauh dari area makan. Jadi nggak usah khawatir lupa bawa amplop, dan para tetamu juga setelah beres makan baru pada isi amplop di lokasi. Habis isi ya dicemplung deh dalam kotak amplop. Ini bener-bener pertama lihat yang amplop disediakan (jadi memang nggak ada yang bawa sendiri) dan isinya langsung di lokasi. Sayang lupa perhatiin apa pada tulis nama nggak itu.

  10. saya pernah nemu yang pemisahan tempat amplop itu ‘kelg mempelai pria’ dan ‘kelg mempelai wanita’… agak aneh rasanya… tapi yg paling sering sih tipe 1, Pak…

  11. saya pernah lihat ke tiga jenis tempat amplop itu, mas. Cuma yang pemisahan antara untuk mempelai dan orangtua mempelai, belum pernah nemu. Di tempat saya, biasanya tempat amplop itu adalah ‘hak’ nya orangtua mempelai perempuan, karena yang punya hajat keluarga perempuan, lain lagi bila hajatan ngunduh mantu, maka tempat amplop ya buat keluarga lelaki.

  12. saya pernah ngalamin tiga-tiganya, tapi kalau yang ngundangnya sodara saya lebih suka kirim kado daripada uang, tapi kalau orang lain apalagi yang kurang kenal lebih suka kasih amplop, pengalaman saya waktu nikah dulu, ortu engga mau nyediain ‘kotak’ buat nyemplungin amplop, takut dibilang jualan nasi katanya hehehe, engga tau deh ortu saya tiap nikahin emang gitu, jadi yang kasih amplop langsung ke ortu atau ke saya dan suami langsung, pas malam pertama saya malah sibuk nyimpen amplop yang nyungsep di saku baju suami dan baju saya xixixi, begituu ommmm yang baik hati!
    salam dari Cianjur!

  13. Untuk lokasi penyemplungan amplop yang disebar dibeberapa tempat rasanya saya belum pernah saya temui, Oom.
    Kalau saya biasanya langsung saya kasih ke teman yang mengundang saja Oom. Salam tempel begitu ya. Nah, ini kalau undangannya di rumah saja.
    Kalau undangannya di gedung, biasa saya serahkan pas setelah mengisi buku tamu. Yang saya lihat biasanya amplop yang kita berikan itu diberi kode oleh sang penerima tamu. Kodenya biasa ditulis setelah si penerima tamu itu melihat ke buku tamu yg barusan diisi.
    Kalau saya nikah nanti dan Oom diundang, kira-kira Oom mau menyerahkan amplopnya bagaimana nih Oom?
    Hormat dari Bekasi, Oom.

  14. Selain ketiga alternatif diatas saya pernah menemui acara yang nggak ada kotak buat nyemplungi amplop. tolah-toleh nyariin kotaknya dimana. mau tanya, Tanya ke siapa. jalan terakhirnya saya salamkan aja ke mempelai. setelah cari tau emang adatnya di desa begitu. amplop disalamkan langsung ke mempelai atau ke orangtua

  15. aku juga pernah bingung nyari kotak amplop pas di nikahan, eh ternyata ada di atas pelaminan, padahal aku bawanya kado, piye jal, jadi bingung mo ditarok mana hihihi

  16. 1. Ngamplopi seperti ini di kampung saya sudah berjalan berabad-abad (lebay.com) Tetangga atau kerabat yang datang ke tempat hajatan menyerahkan amplop kepada panitia yang ditugasi untuk menunggu “buwuhan” ada meja dan buku catatan. Jaman dulu nggak pakai buku tamu Om.
    Sampai sekarang juga masih, tapi sudah disiapkan buku tamu.
    Buwuhan itu dicatat nama,alamat. Lalu amplop itu diberi kode angka sesuai urutan datangnya amplop. Setelah acara selesai shohibul hajat akan mbuka amplop di kamar untuk mencocokan antara jumlah uang dan nama tamu. Ini penting agar kelak jika tamu tadi punya hajat bisa buwuh dengan jumlah yang minimal sama ha ha ha ha. Jangan sampai tamu buwuh 5000 lalu pas dia punya hajat kami hanya buwuh 3000.
    Selain ngasih amplop ada juga tamu yang membawa barang misalnya sebaskom tahu, sekotak mi instan, dll. Nanti Emak juga akan membawa barang selain uang.Ini berkangsung sampai sekarang, umumnya kaum wanita yang mbawa bahan makanan, termasuk gula, beras.

    2. Tempat amplop yang di pelaminan saya belum pernah melihatnya. Umumnya ya di meja khusus dekat pintu masuk. Sangkig pitalnya kotak amplop itu ada panitia yang ditugaskan”mengamankan dan membawa kotak amplop” ke rumah shohibul hajat ketika acara selesai.Hal ini guna mecegah orang lain yang pura-pura disuruh pemangku hajat untuk mengambil kotak fulus. Maklum tak sedikit orang yang mengintai kotak ini.

    3. Selain memasukkan amplop dalam kotak ada juga tamu yang nyelipin ke tangan shohibul hajat saat bersalaman. Atau memasukkan langsung ke saku pemangku hajat. Mungkin malas antri atau biar kelihatan kalau dia ngamplopi.

    4. Di tempat saya sasaran amplop adalah shohibul hajat,bukan pengantinnya. Nanti ortu ngasih juga ke manten sih.

    5. Ketika saya menikahkan Eny dan Sandy adajuga lho amplop yang kosong mlompong he he he he. Nggak apa-apa kok, kan undangannya memang tertulis”mohon doa restu”

    Hi hi hi..bisa satu artikel sendiri ya Om komen saya.

    Salam hangat dari Surabaya

      1. Ada yang begitu tapi mungkin juga teman yang kayak makan buah simalakama.
        Mau nggak datang yang ngundang teman baik. Mau datang kok dompet manyun.
        Akhirnya cari jalan tengah dengan membawa amplop kosong agar masih kelihatan sopan di depan penjaga buku tamu.
        Bisa saya maklumi kok.

  17. semuanya udah pernah ketemu oom…,
    sebagai tamu ya ngikut aja deh…
    tapi kalau ragu mau kasih siapa, kalau penganten teman sendiri ya langsung kasih pengantennya

  18. Kalo yang amplopnya dibagi2 itu belum pernah liat Om.
    DI sini, amplopnya di dekat pelaminan, bukan di meja tamu.

    Biasa juga dikash salam tempel kalo sang tamu gak mau amplopnya diambil sama orangtua pengantin krn tempat yang ditaruh di dekat pelaminan lazimnya dimiliki orangtua pengantin. Tergantung orangtuanya mau ngasih berapa sama anaknya. Itu yang secara umum. Tapi tidak semua seperti itu juga. 😀

  19. Aku juga belum pernah lihat kotak amplop di sebelah pelaminan Om.
    Yang paling sering sih di depan, dekat buku tamu.

    Kalau di ada teman di kantor punya gawe, biasanya ada 2 cara yang aku dan teman2 lakukan.
    Jika teman kantor itu menikahkan anaknya yang cewek, biasanya amplop cukup kami masukkan ke dalam kotak amplop.
    Hal ini juga berlaku jika yang menikah adalah teman kantor yang cewek.

    Sementara, jika teman kantor yang menikah cowok, atau teman kantor menikahkan anaknya yang cowok, maka kami memilih untuk “salam tempel” pada teman kami tersebut.

  20. Kalo waktu nikah dulu sih, aku no.1 Om..
    Dan baru tau kalo ada kotak yg dipisahin antara keluarga gituh….

    Tapi aku pernah dapet undangan pernikahan yg dibelakangnya ada…no. rekening lhooo…seriusaaaan..
    Sepertinya sistem amplop ini udah terlalu mainstream kali yaassh…hihihi…

  21. Kalo saya sering direct contact alias langsung sama sang mempelai om

    Kata “penyemplungannya” bikin saya tertawa ngikik 🙂 pemilihan kata yang hebat. heheee 🙂

  22. Kalo kebiasaan di tempatku ya om,,kebanyakan lgsg salam tempel,,kecuali klo di gedung om,,tmptnya di meja penerima tamu 🙂

    1. Hahah …
      BIasanya kalau sudah nomer satu … nomer dua tidak ada
      Tapi kalau nomer tiga … sepertinya sering terjadi …
      ada orang yang sengaja membawa amplopnya ke dalam … dan di salam tempelkan langsung ke mempelai atau orang tua mempelai … biar afdol mungkin

  23. Waktu kakak saya nikah, lokasi peletakan kotak amplop-nya pake cara kedua, di dekat pelaminan. Tepatnya di dekat jalan naik pelaminan. Jadi amplop-nya akan dimasukkan saat tamu akan naik pelaminan untuk bersalaman dgn kedua mempelai.

  24. Saya pernah datang ke undangan di Bandung, yang menikah teman blogger. Bingung mau memasukkan sumbangan/kado, untungnya di teman…ternyata teman-teman nya, membuat tempat menyerahkan amplop di samping pengantin…..hehehe.

  25. Saya malah baru tahu ada klasifikasi amplo untuk yang nomor satu, Om. Kalau nikahannya besar2an, saya langsung cemplung amplop. Dan umumnya, di sini ada di pintu masuk lokasi pernikahan. Dan ini pun kalau teman laki2. Kalau teman perempuan, lazimnya kado, Om.

    Pernah tuh, ikut buka kotak amplop. Di pojokan ada tulisan Dari siapa, untuk siapa. 🙂

  26. Kalau orang batak yang nikah, suka juga di meja tamu disediakan dua kotak Om. Satu untuk keluarga perempuan, satu lagi untuk keluarga laki-laki. Yang kasih langsung ke depan juga bisa, tapi kadang-kadang ga enak hati melewati meja tamu tanpa masukin ke kotak haha…
    Kalau saya, misal yang nikah itu teman dekat, saya lebih suka kasih langsung, biar langsung sampai….

  27. Kalau saya tinggal di desa, di desa saya mengamplop itu namanya “buwuh”, tujuanya untuk investasi. Kalo sering buwuh nanti pas punya gawe bnyak orang yg buwuh ke kita…

  28. Saya punya pengalaman menghadiri pesta di wonogiri. Amplop yg dicemplungin tamu ke kotak yg disediakan “dipancing” utk dikeluarkan dicatat dan dikasih nomor. Amplop saya diambil langsung kemudian nama saya dicatat.
    Hal itu dilakukan pada saat pesta sedang berlangsung.

  29. wah seru kali ini si papah jeli aja ngeliat tempat nyemplungnya
    sebagai orang yang pernah menikah aku punya pengalaman menerima amplop dan mengamplopi tentunya
    pada saat nikah gak nyediain tempat nyemplungin amplop jadi suka ati tamunya aja mau ngasi ke aku langsung kek mau ngasi ke ibuku kek nggak mau ngasi kek terserah gitu hehehhee tapi ternyata banyak juga awak dapat amplop.

    kalo pengalaman menghadiri resepsi memang di depan disediakan tempat nyemplung amplop dan aku ngelihat siapa yang menyelenggarakan resepsi:

    1. kalau undangan dari teman yang nikah
    maka amplop akan langsung aku berikan ke orangnya (yg nikah)

    2. kalau undangan dari teman tapi yg nikah mungkin kakak/adeknya
    maka amplop aku masukkan ke meja penerima tamu

    3. kalau undangan dari orang tua yang nikah (misalnya sepupuku yang nikah gitu)
    maka amplop aku serahkan pada orang tuanya

    4. kalau undangan dari orang yang kenal-kenal gitu aja nggak terlalu dekatlah
    maka amplop aku masukkan di meja resepsi

    demikian kira2. salam saya pah

  30. Untuk yang direct contact ke orang tua biasanya ada asisten yang ‘nadahi’ biar yang punya gawe tidak ‘mbentoyong menggenggam amplop’
    Wah jadi satu serial postingan pernikahan nih Dhimas
    Salam

  31. Kotak pertama ada tulisan berbunyi : “Untuk Orang Tua mempelai”. Kotak ke dua bertuliskan : “Untuk mempelai”. <<—wah aku belum pernah nemuin nih…besok2 mau lebih teliti merhatiin deh…hahahahaa

  32. Trus waktu pencemplungannya juga macem2 lo pak. Ada yg ketika pulang baru dicemplungkan, ada yg pas datang langsung dicemplungkan.

    Kalau aku biasanya pas datang. Semacam “bayar” tiket melihat “konser” pernikahan plus makan makannya haha..

  33. Sepertinya yang nomor dua saya belum pernah ketemu Pak
    termasuk yang pakai nomor nomoran seperti disebutkan pakde cholik
    ditempat kami biasanya di taruh di meja penerima tamu dan souvenir
    Ada juga dapat cerita dari paman, di kampung beliau yg hampir semua anggota masyarakatnya dari suku jawa, malah amplop langsung dibuka begitu kita beri dan langsung dicatan nama + jumlah uangnya.
    Dan pastilah akan sungkan klo memberi dalam jumlah yang terlalu kecil hehehe

  34. Soal amplop ini saya kadang bingung juga. Jika yang menikah itu teman kantor, kadang kan kita suka saweran. Logikanya kan sudah ngasih amplop dong ya… Tapi ntar begitu datang kan nggak selalu bisa janjian bersamaan, jadi akhirnya… ya masukin amplop lagi, soalnya nggak enak kalau kelihatan datang terus nggak masukin – terutama yang posisinya di dekat meja tamu … Gimana tuh menurut Om Trainer?

  35. Kalo yang diletakkan di dekat pelaminan saya belum pernah melihatnya, Om; kebanyakan di desa saya di Jombang sana yang langsung diberikan kepada yang bersangkutan saat salaman. Misalnya, bila kita diundang itu teman bapaknya, ya tempel langsung amplop itu ke bapaknya, teman anaknya ya langsung ke anaknya, teman ibunya ya langsung dikasih ke ibunya, hehe….

  36. Saya biasanya menemukan nomor satu om. Kotaknya cemplung ada di sebelah meja penerima tamu. Ketika saya resepsi juga demikian. Kalo yang di sebelah pelaminan biasanya pengantin sunatan.
    Unik ya om bisa milih ngasi ke ortunya atau ke pengantinnya,,,,
    Tapi masing2 orang pasti ada alasan ya untuk memilih kotak cemplungnya ditaro dimana 🙂
    Salam ya om.

  37. saya belum pernah nemu yang nomor 2. Paling sering yang nomor 1. Klo nomor 3 pernah saya lakukan, biasanya kalau yang jadi pengantin adalah teman saya.

  38. Kalau kami sih lebih sering kado ya om…
    tapi kalau keluarga sih keknya ngasih amplop itu adalah sebuah keharusan…. “nyumbang” istilahnya. Apalagi kalau dikasih hantaran. itu bisa saja jadi kode ” ente wajib nyumbang om”

  39. he he he tulisan yang jeli banget, kadang kita kalo nyemplungin amplop nggak pernah mikir sampai ke situ, asal ada kotak dihias dan ada lobangnya ya cemplungin saja ke situ …

  40. kalo di kampung saya di kuningan, kebanyakan langsung salam tempel.. soalnya biar diinget sama mempelai dan keluarganya kalo kita ngamplop.. ujung2nya kalo keluarga kita ada yang hajatan malu kalo kita pernah ngasih amplop malahan ngga ngamplopin

  41. Di kampung saya masih tradisional.. perempuan bawa beras, gula, minyak, pisang, mie besar, tergantung yang punya hajat dulu pernah bawa apa. Istilahnya nyaur utang. Kadang kalau orang kaya, dilebihi, lebihanya untuk titip, besok kalau punya hajat, si empu penerima mengembalikan sejumlah itu. Jadi enggak ada putusnya om di kampung sampai turun temurun ke anak cucu.

    Sama halnya dengan tamu laki2 tetapi berupa uang. Jumlah nominalnya juga tergantung hutangnya dulu berapa. Yang menarik waktu krisis moneter om. Nilai uangnya turun tapi jumlah disamain. Misalnya dulu aku pernah naruh uang kepada orang yang berhajat senilai 5,000 sebelum krismon tentu sudah tinggi nilainya. Nah saya punya hajatnya pas sudah krismon orang tersebut balikin di amplopnya tetap 5,000 sementara nilainya tentu nggak sebanding.

    Ini yang dulu sempat jadi kisruh antar tetangga. Untungnya waktu itu aku masih kecil hehehhe

  42. saya seringnya nemuin yang nomor 1 dan 3.
    Selain itu, saya pernah nemuin sang empunya gawe yang mencatat siapa menyumbang berapa. Jadi nanti kalau yang nyumbang itu punya gawe, giliran ngamplopnya sebanding dengan yang pernah disumbangkan … semacam, sumbangannya dikembalikan lagi pas yang nyumbang punya gawe. hi.hi.hi.

  43. Poin 1 itu kok wagu ya om, ortu + anak kok perhitungan. Tapi belakangan saya punya dilema. Sekarang banyak yang resepsinya dipisah antara laki & perempuan. Saya gengsi dong nggak nyemplungin amplop karena amplop dibawa suami. Sebaliknya suami juga merasa aneh lenggang kangkung saja. Kalau dicantumkan di undangan sih bisa kita bagi dua dirumah. Tapi kalau di tekape barutau, ya bapak2 harus ngalah sama ibu2 dong

any comments sodara-sodara ?