M.B.A


 

Singkatan dari Medical Benefit Allowance.  Sebuah fasilitas yang diberikan oleh perusahaan untuk penggantian biaya pengobatan dan/atau ongkos ke dokter JIKA karyawan sakit.  Setiap tahun ditetapkan sejumlah budget tertentu per karyawan.  Besarnya bervariasi tergantung jabatannya. (Taruhlah untuk contoh saja : besarnya adalah 100 mata uang).

 

Ternyata MBA ini banyak dipersepsikan salah oleh karyawan.  Banyak yang menganggap bahwa 100 mata uang itu adalah “HAK” nya. Banyak dari mereka yang akan merasa sangat RUGI sekali jika tidak menghabiskan 100 mata uang tersebut.  Sehingga mereka justru malah berlomba-lomba menghabiskan jatah hak “sakit”nya yang 100 mata uang tersebut. 

 

Pada akhir tahun menjelang tanggal akhir “tutup buku”anggaran perusahaan.  Sering aku lihat banyak karyawan yang tiba-tiba saja “parno” menjadi rajin kedokter.  Mata gatel sedikit ke Dokter.  Badan gak enak sedikit ke dokter.  Gigi agak kuning … kedokter.  Ada titik bekas digigit nyamuk sedikit ke dokter, periksa Lab dsb … Atau bahkan nggak ada apa-apa ujuk-ujuk mak bedunduk ke Dokter.  Dengan alasan jatah MBA nya masih sisa banyak.

(Sedikit-sedikit ke dokter … sedikit sedikit kedokter … ke dokter kok sedikit-sedikit !!!)

 

Aku tak habis fikir … sakit kok di cari-cari.  Hanya demi menghabiskan jatah yang 100 mata uang tersebut. Katanya sayang-sayang kalau masih tersisa, kan itu jatah kita.  (BTW sisa jatah tersebut tidak bisa di ambil dalam bentuk Uang Cash tunai pada Akhir Tahun).

 

Aku yakin … jika 100 mata uang ini (atau sisanya) boleh diambil secara tunai … niscaya … setahun penuh justru mereka akan sehat walafiat,  tidak akan ke dokter-ke dokter. Kecuali kalau keadaan terpaksa.  Dengan demikian mereka akan mendapatkan uang cash lebih banyak.  Addddoohhh !!!.  Sebuah logika yang aneh …

 

Sekali lagi aku hanya heran saja  … jika ada yang bertanya …

“Pak Trainer … sisa MBA nya tinggal berapa ???”

“tinggal 92 mata uang … ???”

“Lho ? kok nggak diabisin pak,  kan sayang-sayang jatahnya …???”

Aku hanya bisa jawab …. “Hawong Ndak Sakit kok dipaksa-paksa Sakit … !!!”

 

Trainer Heran … sakit kok dicari-cari !!!  Sakit kok disesuaikan dengan Jatah …

 

Manusia kadang terlalu Rakus ! … Terus menerus minta “Jatah” … bahkan untuk Sakit sekalipun….!!!

 

Seharusnya kita patut Bersyukur karena ALLAH telah berkenan memberikan kita Nikmat Kesehatan.

(kali ini Trainer serius ..!!!)

Penulis: nh18

I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple.

16 tanggapan untuk “M.B.A”

  1. Di kantor juga begitu, Om. Mereka seringkali menganggap bahwa itu hak, jadi begitu mau akhir tahun, langsung deh kwitansi dokter bertebaran di meja saya *kan saya yang menyeleksi dan melaporkan ke kantor pusat*. Ada-ada sakitnya. Kalau ga gitu yaaaa claim kacamata 😀
    Di tempat kerja teman saya, si F, jika ada sisa MBA, akan diberikan tunai di akhir tahun, cuman sayangnya, jumlahnya hanya 1x gaji, tidak seperti di kantor saya.
    Nah, banyak teman saya bilang, enakan di tempat F, bisa dapet kompensasi. Tapi kalau sakitnya parah dan pengeluarannya lebih dari 1x gaji, ya tetep repot, thooo…
    So…
    Memang enakan sehat aja deh.
    Lagipula, janji para petinggi di kantor saya, yang MBA-nya tersisa banyak, promosi kenaikan jabatan dan kenaikan gajinya bakal lebih diperhatikan… hehehehe…
    amin.. amin… 😀

  2. Nah apa sisa itu tidak bisa ditabung untuk tahun fiskal berikutnya?
    Sehingga semisal dia sakit lebih dari 100 mata uang bisa pakai lebih karena ada tabungan MBA? Kalau ada sistem begitu mungkin semua berlomba-lomba sehat.

  3. udah 4 tahun ngak pernah pakai jatah MBA, wong kalau sakit paling sakit gatal-gatal karena digigit nyamuk 🙂
    Karena heran ngak pernah ngambil jatah, staf HRD sampai suruh aku medical chek up atau p*p sm**r 😀

  4. Kalau asuransi kendaraan sama nggak bos kira2 masalahnya.
    Misalnya kita sudah bayar asuransi tertentu.
    Tapi sampai akhir tahun nggak ada yang “bonyok”.
    Karena nggak mau rugi, akhirnya dibonyokin sendiri biar bisa dapat klaim.

    Barangkali untuk fasilitas kesehatan idealnya nggak usah pake jatah sekian x gaji. Yang penting, ada aturan yang realistis, berapa tarif ke dokter umum, berapa ke spesialis.
    Plafonnya tentu saja tidak dibatasi. Efeknya, kalau tidak kepepet pasti karyawan malas ke dokter. Efek lainnya, pasti ada yang over dari 3x gaji misalnya.
    Aku pernah dengar di sebuah BUMN transportasi kalau rate ke dokter spesialis cuma 15 ribu. Hari gini spesialis 15 rb? Spesialis bebek kalee seperti bebek kaleyo.

  5. MBA sy tinggal 30% persen Boss..
    yg 68% seinget saya emang bener-bener atit. yg 2% rahasia.

    Btw, temen sy, MBAnya 6xGP. dlm rngka mem-bais-kannya, setiap bulan rajin beli keperluan sehari2 trmsk susu buat sikecilnya.. dan dibikin kwitns rata2 500rb. pernah nanya ke sy kira-kira halal or haram, sy jwb bahwa sbnrnya banyak yg jelas hitam / putih, cuman kita saja yg bikin abu-abu.

    hebatnya CS sy ini kalau klg nya sakit selalu ke Suketmas. (puskesmas)

    Alhamdulillah, MBA sy kecil.

  6. Paling tidak harus kontrol ke dokter gigi 1x setahun untuk orang dewasa, 2X setahun untuk anak-anak.

    Check medikal di lab (diabetes/kolesterol/dll) setahun sekali. Check mata 1x setahun ato perduatahun.

    Bagi para ibu test kanker payudara/rahim, setahun sekali. dll.

    Aku pikir kalo jatah dihabiskan seperti ini lebih bermanfaat bagi karyawan.

  7. hehehe..
    sejalan dengan prinsip ‘menghabiskan’ anggaran..
    kasus serupa bukan hanya terjadi di asuransi kesehatan..
    di akhir tahun juga sering ada ‘rapat’ dadakan dan atau kegiatan semacamnya..
    agar penyerapan anggaran terlihat, begitu kata mereka..
    🙂

  8. *Serius juga*
    Saya dulu juga sering menjumpai begitu…
    Kebetulan saya dulu di bagian keuangan yang ngecekin reimbursment orang-orang…
    Agak kasihan ya bangsa kita ini…
    Sangat terlena dengan materi sampai kadang harus menjajakan harga diri

Tinggalkan Balasan ke juliach Batalkan balasan