.
(Tulisan ini terinspirasi dari Kuliah Tujuh Menit Tarawih yang diberikan oleh seorang Ustad, di Masjid perumahan saya, beberapa hari yang lalu)
Dalam kultum tersebut Pak Ustad menjabarkan mengenai syarat-syarat Amalan yang baik. Lalu saya pun berfikir, hal ini sebetulnya secara logika bisa di analogikan dengan syarat membuat Program Aktifitas Pekerjaan di kehidupan sehari-hari.
Syarat-syarat tersebut adalah …
#1. Ilmu …
Pak Ustad bilang bahwa sebelum melakukan amalan di jalan ALLAH, Kita sebaiknya mengetahui dengan benar apa rukun-rukunnya, apa peraturannya, bagaimana tatacaranya … bagaimana perhitungannya … sebab-sebab mengapa kita melakukan … Juga dalil-dalil, ayat, haditz atau ilmu yang mendasari amalan tersebut dsb. (tidak Taklid atau Buta)
Hal ini saya hubungkan dengan pembuatan program di pekerjaan sehari-hari. Bukankah hal pertama yang harus kita sampaikan dan jelaskan adalah menjabarkan LATAR BELAKANG. Sebab-sebab mengapa program ini harus kita lakukan. Bagaimana tinjauan teoritisnya. Bagaimana Analisa situasinya. Apa Strengh – Weakness – Threath dan Opportunitynya. Agar program tersebut dapat lebih tepat sasaran dan berhasil guna.
.
#2. Niat …
Pak Ustad kemudian menekankan, setelah kita tau Ilmunya … lalu kita niatkan melakukan amalan tersebut dengan benar dan lurus. Bahwa segala sesuatu yang kita lakukan ini adalah semata-mata hanya mencari keridhoan NYA. Niat melakukan apa yang diperintahkan NYA. (tidak Riya’)
Dikehidupan duniawi … tahap kedua setelah mengkaji latar belakang dan tinjauan analisa situasi … adalah Menetapkan TUJUAN yang benar … (Bukankah tujuan pada hakikatnya sama dengan Niat)
.
#3. Pelaksanaannya …
Setelah Ilmu didapat dan Niat ditetapkan … Maka Lakukanlah amalan tersebut dengan TERTIB – IKHLAS – SABAR. Tertib artinya adalah amalan tersebut dilakukan dengan semestinya. Ikhlas adalah amalan harus dilakukan dengan gembira penuh rasa syukur, dan penyerahan total. Sementara Sabar adalah Amalan harus dilakukan dengan tidak tergesa-gesa agar sesuai dengan rukun dan aturannya.
Saya hubungkan hal ketiga ini dengan … MEKANISME PELAKSANAAN. Semua kegiatan yang telah kita programkan, harus dilakukan dengan mekanisme step-by step yang jelas. Project Management yang jelas. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Seluruh kegiatan harus dilakukan dengan profesional dan disiplin. Tertib Budgetingnya. Masing-masing ikhlas menjalankan fungsi dan tugasnya. Dan setiap orang yang terlibat harus sabar … melakukan check and re-check agar dicapai hasil yang maksimal. Selalu melakukan monitoring.
—
Sebetulnya dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari ada satu lagi proses … Yaitu proses Evaluasi dan Penilaian Hasil Kerja. Namun jika kita kaitkan dengan melakukan Amalan di jalan ALLAH … Hal ini sudah diluar kuasa kita … Karena sesungguhnya yang berhak menilai dan mengevaluasi tidak lain dan tidak bukan adalah ALLAH semata … Kita hanya berikhtiar saja …
So demikianlah sodara-sodara …
Pada hakikatnya, … Melakukan Amalan di jalan ALLAH itu sebetulnya sama saja dengan kita melakukan sebuah program aktifitas di pekerjaan kita sehari-hari …
Yang berbeda hanya tahap Evaluasi dan Penilaian hasil kerja saja … sebab Dalam hal Melakukan Amalan di Jalan NYA … tahap ini adalah milik NYA semata …
(Sekali lagi … ini pendapat pribadi …dan saya bisa salah …)
(Sesungguhnya Kebenaran sejati itu hanya milik ALLAH semata)
.
Khas trainer, nasihat agama dikemas ke dalam bahasa duniawi 🙂 *halah*
Kata orang bijak; manusia berikhtiar dan berdoa, Allah yang menentukannya. Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT (Dorce suka ngomong seperti itu di acaranya:D)
Assalamu’alaikum oM Cakep.
Yah, gak berhasil pertama. Laen kali mesti janjian biar selesai dip0st, saya k0men. Hehehe
Hmm,
Saya sering bilang..
I’ll d0 my best, Let God d0 the rest..
Kita lakukan amalan semampu kita, Allah yang menentukan bagaimana selanjutnya. Lakukan dengan Ikhlas aja, ntar DIA juga yang nentuin mau dikasih pahala berapa banyak amalan kita itu.
Subhanallah…
Memang pak, kalau manusia itu diciptakan untuk berpikir, so pasti harus pakai ilmu..
Namun karena Manusia (Ma ; tempat Ansa : Lupa, Pelupa) harus sering diingatkan.
Tapi baca repost-an temen, makin gak ikhlas Makin bagus, baca aja di blognya http://musisik.blogspot.com/2010/07/sodaqoh-itu-makin-gak-ikhlas-makin.html
Nyambung banget pak, antara syarat syarat amalan dengan aktifitas dikehidupan sehari hari. Apalagi bila kita menikmati prosesnya dalam tertib, ikhlas dan sabar, mengenai hasil ya kita serahkan saja pada yang kuasa.
betapa ‘alur hidup’ yang disyariatkan dalam agama kita telah diatur dengan sangat sempurna….
demikian juga dalam hal lain…. setau saya, ada banyak hal yg termaktub dalam Al-Quran dapat dibuktikan dan dijabarkan secara ilmiah di zaman sekarang..
btw… pada setiap bulan puasa, saya selalu merindukan qultum dari Quraish Shibab menjelang maghrib di RCTI.. menyejukkan sungguh..
Nggak bisa komen panjang Om, pokoknya setuju aja … (habis, udah bener banget sih)
Tanpa ilmu melangkah seperti tak tentu arah Om, jadi rasanya saya perlu banyak belajar. Plus sebetulnya segala aktifitas jikalau diniatkan LillahiTa’ala hasil apapun kita akan merasa bahagia … duh Om, saya jadi nyeramahin diri sendiri nih 😦
Sangat klop , agar kita berhasil dalam kehidupan perlu step by step dengan managemen yang tepat, terimakasih atas share yang sangat berguna ini pak
Betul Om, melakukan amalan yang kita tahu ilmu dan latar belakang nya ternyata jauh membuat kita lebih khusyu’ dan percaya diri dibandingkan hanya sekedar ikutan dan karena ajaran yg turun temurun…
Assalamualaikum om
Ijin menimba ilmu disini.. *duduk*
*manggut-manggut*
Tentu saya sependapat dengan uraian diatas. Beragama itu harus cerdas bukan hanya sekedar “katanya..katanya” atau “sejak dulu sudah begini kok”, tanpa mengetahui dasar2nya.
Ibadah juga harus ikhlas dan benar.
– Contoh ikhlas tetapi tidak benar : ketika akan sholat subuh ,niatnya sudah benar yaitu untuk menyembah dan mendapatkan ridho Allah Swt. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak berdasarkan syariat agama. Sangking semangatnya dia tambah sholatnya menjadi 3 rakaat. Tentu sholatnya tidak syah walau niatnya sudah benar.
Terima kasih artikelnya yang menambah wawasan
salam hangat dari Surabaya
Contoh lagi amalan yang tidak tertib sekaligus tidak benar.
A dengan ikhlas membayar zakat fitrah. Dia bawa 100 kg beras dari kualitas terbaik dan harganya mahal. Sayangnya zakat fitrah itu diserahkan 2 jam setelah sholat Id. Ini bukan zakat fitrah tetapi menjadi shodaqoh biasa.
Niatnya benar tetapi dalam pelaksanaanya tidak sesuai syariat agama.
salam saya Oom ( ehh..kalimat penutup seperti ini kan punya oom yaaa)
ganti ach – salam hangat dari Surabaya
setuju banget gan…
salam kisah malam
OOT: bersyukur ngga kena banjirnya Situ Gintung kan mas?
take care
EM
kayaknya niatnya kudu benar benar mantep…
Biar ndak berenti ditengan perjalanan..
Iya om….
Kadang no 1, 2 sudah…
No 3 nya itu yang dinamikanya ga jelas…
Berusaha…berusaha…berusaha…
Allah yang akan menilainya.
Trimakasih ya om…mengingatkan saya kalo saya tidak punya hak untuk menilai “orang ikhlas atau tidak”
Salam!
OOT aja ah… apa kabar pak NH?
sebagai umatnya hanya bisa berdoa dan berusaha
hasil akhir kembali dserahkan kepada sang pemilik segala rencana,ALLAH
apapun hasilnya adalah yang terbaik dariNYA,ikhlas itu kuncinya
*gampangya ngomong,tapi menjalaninya terkadang… oopss,astagfirlohh..**
**balik lagi**
itu sayaih om,yang gampang ngomong tapi pengejawantahannya terkadaang.. 😦
tapi inysa allah.. 😉
makasi om,da berbagi disini 🙂
ngeBlog dengan gembira penuh rasa syukur, dan penyerahan total
*makanya ranking 1 IM ditangan terus 😀
hiyaa…. setuju banget mas…
ilmu yang utama … niat adalah yang pertama.. sedangkan pelaksanaannya adalah kelanjutannya.. dan begitu seterusnyaah
betul sekali Oom, kita lakukan semua sesuai alurnya, dan usahakan sebaik dan sebenar-benarnya, soal hasil, hanya Allah SWT yang menentukan….
selalu setuju dengan pendapat Oom yang satu ini..!!!
trainer sejati, tulisannya selalu details dan cerdas!
salam.. 🙂
kapan mampir kerumah Oom?? dah banyak suguhan yang gak ditengok nih, ckckckck….
Iya kek, memang begitulah seharusnya, berilmu untuk beramal dan beramal dengan ilmu, karena syarat amal diterima adalah cara dan niatnya harus benar, maka disinilah peran pentingnya ilmu 🙂
nice post… sungkem Kek *pake kaki 😀
Bu Guru kagak sopan, sungkem pake kaki.. hahaha.. 😀
saya juga setuju dengan papah
salam saya pah
🙂
Bisa aja nih si Om bikin tulisannya.. 🙂
Like this Om! (FB mode on)
menarik ^^
banyak amalan yang mudah dan ringan terasa berat karena kurangnya ilmu akan hal itu.
banyak amalan yang tak bernilai ibadah karena niat yang keliru
banyak amalan yang menjadi sia-sia karena tidak dilakukan dengan tidak ikhlas, tidak sabar dan berburuk sangka.
Semoga kita tidak termasuk golongan yang seperti itu, amin.
semoga kita semua bisa menambah amaLam kita di buLan ramadhan ini..
dan semoga amaLan kita diterima oLeh Nya.. amien…
benar sangat Mas Enha………..
amalan tanpa ilmu, malah bisa salah dan tujuannya gak tercapai secara maksimal ya ……..
begitu juga dgn duniawi, ketika gak tau ilmunya , targetpun tdk akan tercapai maksimal ………
I like this post !
inilah khas dan uniknya tulisan Mas Enha ( yg selalu gak kepikiran oleh orang lain 🙂 )
salam
mampir lagi membaca bekal hidup ini pak
mari sukseskan gerakan minimal sekali khatam Al-Qur’an dalam bulan ramadhan.
Mencoba mengamalkan amalan itu Om…
Salam!
artikel yang menarik om…
info terkini
nice om.. 🙂
setuhu..segala sesuatunya musti ada ilmunya n tergantung ama niatnya..
om, ini ada sedikit postingan Denuzz yang butuh komentar, saran, kritik, atau masukan dari Om. Sekiranya Om berkenan.
Kunjungan om sangat Denuzz harapkan. Terima kasih, om.
Salam akrab dari Burung Hantu
http://blog.beswandjarum.com/denus/2010/08/18/bagaimana-sarang-burung-hantu-di-mata-sahabat/
Bener banget nih, Om…
Segala ibadah kita harus ada dasar keilmuannya, nggak boleh asal saja 🙂
Sama seperti pekerjaan saya, ada dasar ilmunya yang teorinya banyak saya dapatkan saat kuliah dulu 😀
inspiratif
ilmu, niat, dan pelaksanaannya
tak terpisahkan ya pak
🙂
reward dari amal kebajikan yg kita lakukan kita serahkan sepenuhnya kepada gusti Allah
Ilmu.. ya, tau dulu baru di kerjakan. sesuai dengan surah pertama al-Qur’an yakni Al-‘alaq. Yaitu kita membaca dahulu agar tahu dan berilmu. Wallahu’alam
kalau kerja yg nilai bos,kalau di jalan Allah yg menilai Allah yg maha tahu segalanya ,gitu kan om?
kalau bos bisa ditipu2 kalau gak ada,kalau Allah maha melihat,jadi kita harus selalu menjaga hati 🙂